"Aduh.. Sakit, sakit, sakiiit bego, jangan diteken. Aaaaaa.. Lo sengaja ya, aaaaa papa, papa, papa tolongin Vinda paaaa!" Vinda berteriak teriak dengan keras, tangan nya mencengkeram kuat pundak Deon yg saat ini mencoba mengurut kakinya. "Lo nggak usah sok sokan ngurutin kaki gue deh, udah udah!" rancau Vinda frustrasi.
Deon yg mulai merasa jengah dengan cewek yg berada didepan nya ini pun langsung melepaskan pegangan tanganya di kaki cewek itu. Padahal belum sempat di apa apakan Cewek itu sudah berteriak-teriak seperti orang yg akan di mutilasi, tangan Deon baru menyentuh sedikit malah dikira di tekan. "Lo nggak mau di urutin?"
"Nggak-nggak, nggak usah takut gue, palingan besok juga udah sembuh!" jawab Vinda tanpa menoleh dan masih melihat pergelangan kaki nya yg membiru.
"Yaudah kalo lo nggak mau, tapi nanti kalo aliran darahnya macet, terus darahnya beku, Dan lo struk jangan salahin gue ya!" ujar Deon tak acuh dan perlahan naik ke sova duduk di samping Vinda.
"Loh, lo kok ngedo'ain gue struk sih?" Vinda berteriak, sambil memasang wajah sedihnya, dan memajukan sedikit bibirnya kedepan.
"Lah, gue nggak ngedo'ain, cuma ngasih tau, "
"Tapi lo ngasih taunya kaya orang ngedo'ain tau gak?"
"Yaudah mau di bantu urutin nggak?"
"Masa sih gara-gara keseleo bisa sampe ke struk?" ringis Vinda pelan, melihat ke pergelangan kakinya yg membiru. "Ya udah yaudah deh, daripada gue struk mending di urutin!"
Deon tersenyum licik "jadi mau diurutin gue nih?" Vinda mengangguk. Deon kembali jongkok di depan kaki Vinda dan mulai memegang kaki cewek itu.
Namun Deon harus menggeram kesal, baru saja ia mulai menyentuh kaki cewek itu namun ia sudah berteriak-teriak tidak jelas belum lagi tangannya menjambak kuat rambut Deon.Cowok itu menarik kaki Vinda dengan sengaja ia menekan kuat bagian memar di kaki cewek itu. Namun teriakan kuat cewek itu menggema kuat begitu saja di ruangan UKS, dengan cepat Deon mengambil saputangan yg berada di saku celananya dan menyumbat mulut Vinda dengan saputangan tersebut. Dan kembali melancarkan aksinya ia sengaja menekan kuat kaki cewek itu dan dengan kuat membengkokkan kakinya.
Krraakk..
"Aaaaaaanm"
Suara teriakan tertahan Vinda dan bunyi dari kakinya berbunyi bersamaan.
"Wlo kega wanget au hak ama gue, wo hengaga ya? Hakik au hak hih?" Vinda menangis. melihat kakinya yg ia fikir dipatahkan oleh Deon. Tangannya menarik saputangan yg berada di dalam mulutnya. "Hik hik, lo tega tau gak sih sama gue? Lo kalo dendam sama gue jangan kaki gue juga yg lo patahin! Sakit tau gak? Lo tu jadi cowok kasar banget tau gak? Nggak mikirin orang laen yg ngerasa hik hik! Sakit bego??" Vinda menangis sesenggukan sambil mengelus elus kakinya yg terasa sakit akibat ulah cowok yg ada di depannya yg saat ini hanya menatapnya bingung sambil menggaruk garuk kepalanya yg tidak gatal."Maaaa' maaf, yaa!! Memang gitu ngurut nya!" ujar Deon takut takut dengan suara pelan.
"Lo pikir gue keseleo cuma sekali Huh? Dulu waktu gue kecil juga kaki gue pernah keseleo, tapi bokap gue ngurutnya nggak segininya!" ujar Vinda serak sambil menghapus kasar air matanya.
Sedangkan Deon hanya diam tak berani berkata-kata, diam diam ia juga merasa bersalah karena telah memijat kuat kaki cewek yg ada di hadapannya. Ia tidak tau akan jadi seperti ini, bahkan sampai saat ini cewek ini masih menangis sesenggukan sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Gue minta maaf deh, iya gue ngaku salah, tapi kalo nggak gitu kaki lo nggak bakal sembuh!" jelas Deon dengan suara lembut sambil mengelus pelan lutut cewek itu yg tepat berada di hadapannya.
Anjir! Gue nggak pernah minta maaf sama orang lain sekali pun gue yg salah! Batin Deon miris."Bohong lo ketahuan tau gak?" dengus Vinda perlahan mulai menghapus sisa air matanya di pipi. Sebenarnya ia sedikit malu menangis di depan orang yg bahkan belum ia kenal sepenuhnya.
Deon memilih diam dan tidak menanggapi dengusan cewek ini, ia lebih memilih diam, tidak membantah atau menyela sama sekali takut jika nanti tangis cewek itu akan pecah. Namun tanpa disadari oleh Deon sendiri kini Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat Vinda yg mengusap usap pipinya dengan gerakan lucu, ia jadi teringat Tio keponakan nya yg hampir mirip tingkahnya pada saat menangis dengan Vinda.
"Lo ngapa senyum-senyum? Suka liat gue menderita?" tanya Vinda ketus melirik sekilas ke wajah Deon.
Deon berdehem sejenak dan perlahan berdiri "Prasangka buruk mulu!" jawabnya. Lalu mata Deon mengarah ke arah pintu yg tak lama dimasuki tiga orang cewek yg ia duga adalah teman dari cewek yg ada di depannya.
"Vinda Vinda, lo nggak apa apa kan? Kok lo nggak ngasih tau kita sih kalo lo sakit?" Lia berceloteh ria sambil melihati tubuh Vinda yg hanya melongo.
"Lo abis nangis Vin?" Fikha mendekat dan duduk di samping kiri Vinda.
"Lo sakit apa memang?" kini giliran Nita mendekat dan duduk di samping kanan Vinda.
"Kaki gue patah"
"Hah?"
"Apa?"
"What?"
Lia, Nita, dan Fikha berteriak bersamaan sambil melihat ke arah kaki sahabatnya itu.
Sedang Deon hanya melongo kaget tanpa sanggup mengucapkan kata-kata."Patah?" tanya Lia "kok bisa sih? Lo jatuh dari mana memang?"
"Lo emang jatuhnya tinggi ya?" timpal Fikha, sambil menatap kaki sahabatnya itu dengan serius, lalu melirik Deon yg hanya berdiri di samping Lia sambil melipat tangannya di depan dada.
"Kalo gue liat kayaknya kaki lo nggak kenapa-napa deh!" celetuk Nita, sambil menunduk menepuk nepuk kedua kaki Vinda.
"Ngaco!" dengus Vinda " jelas jelas kaki gue abis dipatahin sama dia tadi!"
Lia, Nita dan Fikha secara spontan menatap Deon yg saat ini sedang bingung setengah mati mendengar tuduhan maut yg baru saja di lontarkan oleh cewek tidak tau di untung di hadapan nya.
Udah di tolong in, malahan nuduh gue yg nggak enggak lagi! Batin Deon jengah."Kak Deon matahin kaki lo?" tanya Lia spontan.
"Tega banget sih kak? Salah apa coba Vinda? Sampe tega-teganya kakak matahin kakinya?" Fikha beranjak berdiri dari duduknya menatap tajam Deon yg saat ini hanya melotot bingung.
"Hah?" Deon mengerjap "gue tadi bantu urutin ya! Bukan matahin kakinya temen kalian ini, siapa namanya?"
"Vinda!" sahut Nita.
"Hah.. Vinda," lanjut Deon
"Udah deh ngaku aja lo! Tadi lo alasan ngurutin kaki gue, eh ternyata lo patahin sampe bunyi kuat lagi" cerocos Vinda panjang lebar.
"Terserah!!" seru Deon tak acuh dan melenggang pergi begitu saja tanpa melirik ke empat cewek yg sedang menatapnnya beragam.
***
Vomment di tunggu!
Sorry for typo!!
Maaf juga dengan ke gaje an nya!
Tbc.
|°з°|
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen Fiction"Walaupun aku hanya kau anggap pura pura dan mainan saja. Tetapi aku akan tetap berjuang untuk bisa mendapatkan hatimu" ~Alvinda Viona Pratama "Cowok itu membuktikan cintanya dengan perbuatan!!, dan yg di pegang itu ucapannya. Jadi belom saatnya gue...