89

265 7 0
                                    

Di hadapan kamu aku membisu. Ingin rasanya aku mengadu. Tentang rumah yang aku kenali kini berdebu. Berbicara dengan hati yang terlanjur kaku, aku berteriak; aku rindu!

Sinar matamu kini membeku. Tolong, tunjukkan lengkungan bibir yang aku suka sedari dulu.

"Kemana kamu yang dulu?" tanyaku menggebu

Terpaku oleh waktu, kamu pamit sambil menenteng air mata --yang aku yakini, itu punyaku. Menyisakan kenangan yang enggan berlalu.

Aku menangis tersedu. Berharap kamu kembali dengan tawa yang merdu. Namun sayang, itu hanya angan semu.

Tuan, berbaliklah. Aku masih menunggu

Live in PoemsWhere stories live. Discover now