(A)E: 1. Awal

1.4K 89 3
                                    

Budayakan vote 🌟



(A)bout EL: 1. Awal







Sepuluh tahun yang terlupakan
Kini tidak hanya menjadi angan
Karena secuil goresan tentangnya
Menjadikan sebuah kisah
Bagi mereka yang terbiasa bersama
Tanpa saling menyatakan cinta

















Istana Alenta diliputi keheningan, tidak ada siapapun yang hilir mudik seperti biasanya. Para penjaga, dayang, dan lainnya tidak nampak batang hidungnya. Kekosongan ini seolah tidak menimbulkan kehawatiran akan serangan yang mungkin bisa datang kapan saja. Lengah, maka siapapun bisa memanfaatkan keadaan ini.


Tetapi semua hanyalah anggapan semata, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari keadaan ini mengingat siapa yang tengah berkunjung ke istana. Sebuah jaminan bahwa istana ini terlindungi dari segala bentuk serangan, penyusup yang bahkan tidak sempat berteriak karena kegesitan.


Mereka yang melindungi, mereka yang biasanya tidak terlihat, dan mereka yang tersembunyi. Kini mulai menampakkan diri, kabar berhembus secara cepat di kawasan istana dalam. Dimana kedatangan mereka tidak boleh disambut oleh siapapun, mereka yang melihat akan siap kehilangan nyawa.


Karena untuk itulah eksistensi kedatangan mereka.


Angin malam berhembus, mendinginkan siapa saja yang dilewatinya. Tapi, sepertinya sosok-sosok itu bergeming, enggan membuka suara, dan memilih menikmati suasana malam. Remang dan penuh keheningan.






"Ada dipihak siapa kalian?" satu kata terucap membuat setiap kepala menoleh. Zennto berkata santai, sesantai sikapnya.






"Siapa yang melepaskan pengkhianat akan dicap sebagai pengkhinat pula." Zennto kembali berujar. "Sekali lagi aku bertanya, ada di pihak siapa kalian?"


"Kau terlihat menyeramkan saat bersikap seperti itu, Zen." Sahut suara lain, Frolec menguap dan mengusap matanya. "Berhentilah, kau membuatku mengantuk dan.....muak."


"Aku hanya butuh kepastian." Tegas Zennto.


Seorang pemuda lain yang tengah duduk direrumputan, melempar-lemparkan kerikil-kerikil kecil yang ada disana kemudian ditangkap kembali, berulang-ulang.



"Apa inti dari pembicaraan ini? Keea dibebaskan oleh wanita Alvin kemudian dibawa pergi oleh calon raja negeri padang pasir. Zennto dan Morris mencegah Alvin agar tidak kembali kepada wanita itu, dan naasnya Alvin memiliki pendirian yang kuat untuk menentang Tyroon. Begitu?" Tanyanya.


"Penjabaranmu panjang sekali, Clav." Frolec memutar bola matanya malas. "Aku tidak menyindir, hanya mencoba mengapresiasimu."


"Terimakasih," Clavian tersenyum miring saat menatap Frolec, "Aku tidak butuh itu."


"Bukankah buruan kita adalah Keea? Lepaskan saja wanita Alvin dan kita bisa langsung menangkap penghianatnya. Masalah selesai." Lanjut Clavian mengambil kesimpulan setelah menimbang-nimbang.


"Menahan Keea kembali berarti siap melepaskan wanita itu dihidup Alvin. Aku tidak yakin Kaisar kita berani mengambil risiko itu." Sindir Zennto. "Kau sengaja mengalah dariku saat bertarung beberapa hari lalu. Ingatlah, lukamu sama sekali tidak bisa membayar kesalahanmu, Al."


Wajah penuh ketenangan dari salah satu sosok yang berada disini terlihat kurang sehat, sekilas orang yang melihatnya akan tahu hal itu. Sekali nafasnya berhembus, sebelum pemilik tubuh berbalik menimbulkan bunyi khas dari jubah kerajaan yang bergerak. Sosok kebesaran itu memandangi mereka yang hadir disini satu persatu, mengambil alih perhatian dari lamunan yang sudah lama terjadi.



(A)bout EL √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang