(A)E : 17. Diskusi dan Serangan

521 59 10
                                    

Budayakan vote 🌟










(A)bout EL: 17. Diskusi dan Serangan

















"Andai saja kita bisa langsung menyerangnya, tanganku sudah gatal ingin memukul si bodoh itu!" Gerutu Zen, tangan yang bersedekap sudah menunjukkan betapa kesalnya Zen sekarang.

Rey dan Kawekas melirik kearah teman mereka, mungkin disini hanya Zen yang mampu menunjukkan sikap meledak-ledaknya.

Kondisi Rey membaik, meskipun beberapa luka masih meninggalkan bekas ditubuhnya. Pria itu tersenyum tipis, "Menyerang markas Sullybor sama dengan cari mati. Simpan tenagamu untuk hal yang lebih berguna."

"Kau benar, mereka yang cari mati," Sahut Kawekas, melihat pria ini memakai baju rangkap khas pemimpin merupakan hal baru, "Mereka akan dibantai dan semuanya selesai. Aku yakin Tyroon tidak mungkin sebaik itu."

Rey semakin melebarkan senyumnya, "Kau selalu tahu apa yang aku fikirkan."

"Tidak ada yang meragukan otak licikmu, Rey." Balas Kawekas.

"Senang atas pujianmu."

Zen menyipit memandang kedua temannya, diluar sini sangat dingin tapi entah kenapa pembicaraan ini mampu memanaskan otaknya, "Hentikan acara puji-memuji kalian. Yang benar saja, kalian sanggup basa-basi di situasi seperti ini. Jika kalian punya banyak waktu untuk itu, gunakan sedikit waktu kalian untuk memikirkan cara menyeret si bodoh itu kembali ke istana!"

"Kau berniat membuangku dan mengangkatnya kembali menjadi Kaisar?" Tanya Kawekas setengah becanda, "Astaga, ucapanmu melukaiku."

"Jujur, kau sedikit kurang kompeten, Kawekas." Rey mengisyaratkan dengan jari telunjuk yang ia dekatkan kepada ibu jari, "Sifat ramahmu membuatmu lebih diangungkan daripada kinerjamu."

"Astaga! Kalian benar-benar!" Kawekas memicing dan menujuk mereka berdua bergantian, "Apakah jatah tidurku yang berkurang tidak berarti bagi kalian?!"

"Tidak ada yang menyuruhmu melakukannya," sahut Zen.

"Aku sependapat." Timpal Rey yang membuat Kawekas geleng-geleng kepala merasa tidak percaya.

"Kalau begitu, kalian saja yaang menjadi Kaisar dan gantikan tugasku di istana!" Keluh Kawekas sambil bersedekap, "Aku akan kembali kepada kekasihku, setidaknya mereka tidak menyuruhku menandatangani mereka satu persatu."

"Kau fikir kekasihmu siapa?" Berdecak Zen saat mengatakannya, "Aku yakin yang kau maksud adalah barisan tanaman yang rela mengoyang-goyangkan akarnya demi dirimu."


"Ha...ha...ha," Kali ini Rey tidak bisa menyembunyikan tawanya, ini baru mereka bertiga yang berkumpul, pasti jika semua anggota Tyroon berkumpul tidak lama lagi area taman ini akan hancur lebur, "Sepertinya goyangan akar sudah cukup memuaskanmu, Kawekas."

Wajah Kawekas merah padam menahan kekesalan diejek oleh mereka berdua, tapi tiba-tiba senyum sinis terukir dari bibirnya, "Aku akan menikah, kesendirian kalian lah yang patut dipertanyakan. Jangan katakan kalian akan menikahi sebuah pedang, pedang dengan pedang?! Astaga, aku tidak sanggup membayangkannya."

"Adakah hukuman untuk seorang Kaisar yang berkata kotor, Rey?" Geram Zen karena diejek balik oleh Kawekas.

"Tenang saja, aku akan menggagalkan pernikahannya." Rey mengacungkan jempolnya, dan dihadiahi pelototan oleh Kawekas.


"Kalian benar-benar!" Kawekas semakin tajam menatap mereka, "Sebagai Kaisar aku memerintahkanmu Zen, cepat kumpulkan anggota Tyroon yang lain dan segera bawa mereka kemari, dan Rey segera laksanakan tugasmu!"

(A)bout EL √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang