(A)E : 14. Berbalik Arah

442 56 5
                                    

Jangan lupa vote 🌟

(A)bout EL: 14. Berbalik Arah









"Aku tidak percaya ini!" Zen berjalan mondar-mandir. Tangan terkepal dan tatapan ganas sudah menjelaskan bagaimana perasaannya kini. "Apa maksud pria bodoh itu?! Turun tahta dan kembali Ke Sullybor?"

Tabib Kawekas memilih diam, Zen sudah berkali-kali mengucapkan kalimat yang sama. Kata-kata selanjutnya yang terdengar hanya makian-makian Zen yang tidak terima dengan keadaan ini. Entah kenapa, kepalanya sedang penuh dengan opini-opini tentang alasan Alvin meninggalkan mereka.

"Apa....apa hubungan Kaisar dengan Sullybor?" Sivia yang tengah berada diantara kedua lelaki ini, memilih membuka suara. Tangannya bertaut resah, "Maksudku, bagaimana bisa?"

Tabib Kawekas menoleh, dilihatnya Sivia yang tidak tahu apa-apa malah terjebak didalam permasalahan mereka, "Nata adalah adikku."

"Nata?"

"Natalvin, nama kecil Alvin adalah Nata, dan dia membuang nama itu saat pengangkatannya menjadi kaisar."

"Tabib adalah kakaknya berarti Tabib---"

"Ya, putra sulung Alenta," potong Tabib Kawekas sekaligus menjelaskan, sosok ini nampak menghela nafas, "Kami dilahirkan dirahim yang sama, dan ayah yang sama pula. Hanya saja kami memilih jalan hidup berbeda."

Sivia semakin tidak mengerti, dia bahkan kesulitan memilah kata, "Tapi, yang menjadi Kaisar sekarang...itu..."

"Sejak aku lahir, aku tidak pernah menginjakkan kakiku di istana sebagai pangeran. Ini hanya cerita lalu, aku tidak dibesarkan diistana. Hal itulah yang membuatku bisa menjadi Tabib sampai sekarang. Kau tahu bukan? Kehidupan diluar berarti kau bebas menentukan masa depan." Tabib Kawekas masih sempat tersenyum kecil mengingat masa lalunya, seolah inilah Tabib Kawekas yang sebenarnya, ramah senyum, dan sopan, "Setelah pemberontakan dia menemuiku. Lucu, saat pertama kali melihatnya, aku tidak mengenalinya sebagai adikku. Adikku yang rapuh, yang menangis dibawah guyuran hujan. Aku masih ingat apa yang dia katakan, aku tidak memintamu menjadi kakakku, aku hanya ingin kau menemaniku."

Tertegun. Seharusnya Sivia sadar akan beberapa hal yang terasa janggal saat ia tinggal di istana. Sepatuh-patuhnya Tabib Kawekas kepada Kaisar, sosok itu selalu tampak santai. Dia juga salah satu orang yang selalu ada didekat Kaisar, sangat janggal bagi seorang Tabib, karena peran itu biasanya adalah tugas Kasim.

Sivia juga ingat sesuatu, seorang Tabib sangat tidak wajar memiliki rumah pribadi didalam istana, bangunan yang tidak bisa dikatakan sederhana, dengan ribuan bunga yang tumbuh dibelakang rumahnya. Bahkan, Sivia yakin kediaman Kaisar tidak seasri itu.

"Lalu, apa hubungan Kaisar dengan Sullybor?" Tanya Sivia.

"Sullybor adalah organisasi gelap," Giliran Zen yang menyahut, sosok itu akhirmya bisa diam ditempat, "Kami sempat kehilangan Alvin saat usianya sepuluh tahun. Tahun dimana ia meninggalkan istana, dan saat kami mencarinya kami menemukannya disana. Bergabung dengan kelompok itu dan melakukan berbagai kejahatan di Alenta. Membunuh para pejabat, mencuri harta istana, dan kejahatan lainnya. Kemudian lambat laun Kaisar Jonth--ayah Alvin sakit-sakitan. Orang-orang beranggapan hal itu karena kenakalan yang dilakukan Alvin. Kondisi Kaisar yang menurun membuat Istana mudah dihancurkan pemberontak, Kaisar dan Permaisuri meninggal dalam insiden itu. Insiden besar dimana Alvin akhirnya diseret ibu suri untuk kembali ke Alenta."

"dan kalian tidak pernah menanyakan tindakannya." Sahut Tabib Kawekas.

"Seburuk-buruknya Alvin, kami tetap menganggapnya sebagai teman," Jelas Zen, "Dia begitu frustasi waktu itu, kematian orang tuanya ternyata berdampak besar bagi Alvin. Alvin pasti punya alasan kenapa dia sampai mengambil jalan yang salah, dan satu-satunya hal yang bisa Tyroon lakukan adalah merangkulnya. Kami tidak ingin Alvin jatuh ke lubang yang lebih dalam, kami tidak ingin Sullybor mengambilnya lagi dari kami."

"Sullybor lah yang memburu Keea sejak dulu." Fakta lain yang dijelaskan Sivia, berarti waktu itu Alvin sudah berada diantara mereka.

"Untuk itu, aku tidak tahu alasan Sullybor melakukannya. Yang aku tahu, semenjak Alvin memimpin Alenta, desas-desus tentang Sullybor dan keberadaanya sudah tidak terdengar lagi." jawab Zen, tangan Zen mendadak terkepal, "Kami memang memaafkan apa yang dilakukan Alvin dulu, tapi sekarang. Saat Tyroon benar-benar sudah berada disisinya, dia memilih pergi...dari kami yang selalu merangkulnya, kami yang selalu menerimanya. Pria bodoh itu menantang kami di medan perang! Dia berniat melawan kami, Demi langit! Untuk apa?!"

Kata-kata itu juga menusuk di hati Tabib Kawekas, pria itu memejamkan mata untuk sejenak mengosongkan fikiran. Tapi, sialnya matanya kembali terbuka, dan tidak menemukan solusi apapun untuk ini.

Tabib Kawekas melihat Sivia yang mematung, sekilas kilat keterkejutan terpantul dari sorot gadis itu, atau mungkin itu lebih mengarah kepada rasa syok, "Ada apa, Sivia?"

Merasa namanya dipanggil Sivia menoleh, dia menatap Tabib Kawekas dengan sendu, "Apa Kaisar tahu saat Sullybor menyerangku? Atau mungkin...." Sivia berkata dengan susah payah, "Mungkin...Kaisar sudah berada diantara mereka saat penyerangan itu?"

Tabib Kawekas mendadak berdiri dari posisi duduknya, dia menghampiri Sivia dan berjongkok didepannya. Tangan Tabib Kawekas menggenggam tangan Sivia yang gemetar sejak tadi.

"Sivia....." panggil Tabib Kawekas dengan lembut, tatapan Sivia yang berkaca-kaca langsung berubah menjadi air mata. Tangan Tabib Kawekas terangkat menghapus aliran dipipi itu, dengan senyuman Tabib ini tiba-tiba berkata, "Maukah kau menikah denganku?"

Bukan hanya Sivia, Zen pun langsung melotot dibuatnya.

"Sebelum dilahirkan anakmu harus memiliki status yang jelas. Ditengah ketidakstabilan Alvin sekarang, aku tidak mungkin mengacuhkanmu. Aku akan mengambil gelarku kembali, dan anakmu akan menjadi satu-satunya harapan negeri ini." Tabib Kawekas mengatakannya dengan begitu lancar. "Penerus negeri ini, pihak istana akan mengakuinya, yaitu melalui pernikahan yang sah."
























***
Tbc
*next part
"Dia mengandung anakmu, tapi dia memilih pria lain untuk dinikahi. Wanita macam apa itu?!" Sengit Lula, sebelum merangkul lengan Alvin dan bersender dipundaknya. Wanita ini ikut bergabung dengan Alvin yang tengah berbaring ditempat tidur.

"Kenapa kau kemari?" Tanya Alvin.

"Untuk apa lagi?" Wanita ini berbaring miring untuk melihat Alvin, "Malam ini aku ingin tidur denganmu."

"Lul---"

Lula langsung bangkit dan menindih Alvin, "Tidak ada penolakan. Malam ini aku sudah membuat pengumuman untuk anggota Sullybor agar tidak mengganggu kita."

"Aku tidak ingin membuat kegaduhan."

Lula menunduk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Alvin sebelum berbisik, "Aku fikir mereka akan mengerti."


Soo.....senaang bertemu kembali!! 😁😁 How bout this part?! Lah..kok Sivia malah sama Tabib Kawekas? 😅

Vomment selalu ditunggu ya!! 😉
Typo deeldel mohon dimaafkan.

See u next part!!! When?

Danke
NuriApori

(A)bout EL √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang