(A)E: 32. Bincang Malam

315 31 3
                                    

Budayakan vote 🌟

(A)bout EL: 32. Bincang Malam








Apa yang salah?

Dunianya, tempatnya tinggal, dan segala sesuatu yang diatur olehnya sedemikian rupa. Kaisar ini tenggelam dalam rayuan rembulan, kursi tempatnya duduk dibuat menyamping. Membuat pusat perhatiannya yang terlelap diperaduan bisa terbagi dengan pemandangan malam.

Sekali kepalanya menengok, berbagai keheningan menimbulkan keramaian sendiri di fikirannya. Menghitung bintangpun tidak berkesudahan, tidak ada gunanya. Tapi, tidak bermaksud melankolis melainkan fikiran naifnya menyudutkan tindakannya. Tindakannya tidak berguna? Benarkah?

Memastikan sekali lagi, tubuh yang terlelap begitu dekat, tapi tindakannya membuat jarak tak kasat mata disana. Sejauh inikah? Lalu, apa yang harus ia lakukan?

Kaisar menyenderkan kepalanya, memejamkan mata. Menuntut otaknya terus berfikir, apa lagi yang harus dilakukan?

"Kau berfikir seolah beban seluruh dunia berada dipundakmu." Hembusan angin mendatangkan suara, beserta seseorang yang duduk dipinggir jendela menghadap sang rembulan. Ketenangannya membuat cahaya itu menaungi dengan indah.

"Disaat seperti ini, tiba-tiba perkataan Frolec mengingatkanku." Kaisar memilih tetap memejamkan mata, tidak terusik dengan suara yang dikenalnya.

"Tentang wanita yang menjadi penyebab hancurnya dunia?" Si pemilik suara juga mendengarnya dimulut yang sama. "Mungkin dalam kasusmu, kau yang membuatnya demikian."

"Clav..." ada sesuatu yang perlu diralat saat Kaisar Alvin menyebut nama sosok itu.

"Kau yang membuatnya rumit. Benarkah aku, jika kau adalah orang yang menganggap segalanya terencana tapi nyatanya rencana itu bukan yang terbaik."

"Aku berusaha memilih yang terbaik."

"Baik bukan berarti benar, Al." Clavian menengok, begitupun sang pemilik eksistensi. Alvin menjumpai wajah yang lama tidak ia jumpai. Clavian melanjutkan, "Biarkanlah aku mengatakan perandaian untukmu. Pertama, andai kau tidak memilih Sivia, tidakkah kau berfikir apa yang terjadi? Alenta tetap berjalan seperti biasa dengan Zahran sebagai ratumu. Dalam periode itu, kesulitan apa yang kau alami? Biar aku tebak, itu hal yang tidak berarti. Kedua, andai kau memilih Sivia dari awal, maksudku tanpa memasukkan drama Zahran dihidupmu. Apa yang terjadi? Dari awal kau memiliki kesempatan, kau bisa saja melakukannya, tapi tidak. Dari awal Sivia bisa saja menjadi ratumu, saat pertama kali kalian bertemu. Kenapa kau tidak langsung mengikatnya?"

"Diriku yang dulu, terlalu bermasalah untuknya. Lagipula, aku butuh waktu."

"Kau selalu seperti ini," Clavian bersedekap mengambil posisi miring untuk melihat sang penguasa, "sampai kapan kau melihat dirimu tidak pantas? Demi langit, kau tidak perlu menjadi sempurna untuknya."

Mata Kaisar Alvin menyorot tidak suka, "aku pernah berfikir demikian. Dan kau tahu apa yang terjadi? Dia pergi meninggalkanku, pernikahan yang sudah kutunggu-tunggu."

"Itukah yang kau takutkan?" Clavian menghela nafas, menemukan titik terang dari semua ini, dan berpalingnya wajah Alvin menjelaskan semuanya. "Kau takut dia akan meninggalkanmu lagi?"

"Jika aku memutuskan hal yang tak terduga, dia akan pergi saat itu juga. Kau tahu bagaimana rasanya?" Kaisar Alvin memejamkan matanya, menekan dadanya saat perasaan itu tiba-tiba menyengat. "Bahkan sampai saat ini, kau tahu berapa kali dia bilang ingin meninggalkanku? Dia ingin pergi, membuatku kerap berfikir bahwa diriku yang sekarang masih belum sempurna untuknya."

"Al......" Panggil Clavian, jarak mereka yang berdekatan membuat pemuda ini dengan mudahnya menepuk bahu sang Kaisar, "Kau bodoh, ya?"

Kaisar terkejut dan mendongak.

"Astaga, seharusnya aku tahu kau sebodoh ini." Clavian tampak senang menghina sang penguasa, "dengarkan baik-baik. Bagaimana dia tidak ingin pergi darimu kalau kau tidak pernah memberikan kejelasan padanya?"

"Aku selalu mempertahankannya disisiku."

"Tapi, tindakanmu membuatnya berfikir sebaliknya. Kalau jadi dia, akupun akan berfikir, untuk apa aku tetap disini? Setelah Zahran, sekarang seorang wanita yang luar biasa kau hadirkan disini, Catalya? Disaat kau berusaha memantaskan dirimu, dia akan mundur perlahan karena orang-orang disekitarmu."

"Andai semudah yang kau katakan, Clav."

Clavian menghela nafas berat. "Kalau begitu, jangan memperumitnya. Pastikan posisinya disisimu. Masalah Catalya hanya akan membebanimu."

"Bagaimana kau tahu?" Seharusnya Alvin tidak meragukan apa yang diketahui Clavian, pemuda itu bisa mengetahui segalanya jika ingin.

"Selanjutnya apa? Vargas? Selesaikan saja masalah mereka satu persatu sampai Sivia sekarat menunggumu." Clavian tidak mengatakannya dengan menggebu, berbeda sekali dengan Zennto. Tapi, apa yang dikatakannya, bagaimana menyebutnya? Tepat sasaran? 

Alvin terdiam, pandangannya tidak lagi menyorot Clavian. Tapi, seseorang yang tengah terlelap di peraduan. Entah Clavian menyadari atau tidak, ada sesuatu yang ditahan penguasa itu. Sesuatu yang sulit untuk dikatakan, dimana sang takdir ikut bermain-main didalamnya. Mulutnya berkata dengan rendah, "aku mendengar sesuatu dari Frolec."

"Peramal itu? Kau tidak harus perc--"

"Kawekas membenarkannya." Potong Alvin seketika.

Clavian tertegun, syair indah Frolec mematikan siapapun yang membacanya. Dan kiranya ia sekarang tahu, apa yang membuat sosok itu terlihat berhati-hati seolah tidak kunjung mengambil sikap.

Tapi, bagaimana bisa seperti ini?

"Aku tidak menyalahkannya. Aku hanya ingin tertawa, tragedi akan terulang lagi." Tatapan miris langsung dilayangkan Clavian saat Kaisar Alvin bicara, "Tidak boleh ada persaingan, tidak boleh lagi ada pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan."

"Al... "

"Aku harus mencegahnya, Clav. Mulai sekarang."

"Untuk itukah kau membantu Catalya?" Tanya Clavian memperjelas.

"Tugasku bertambah. Aku ingin Alenta membagi kehangatannya disana."

"Tidakkah kau berfikir terlalau jauh?"

Kaisar Alvin menggeleng, "aku akan menyiapkan tempat yang pantas. Tempat matahari seharusnya bersinar."

"Bagaimana dengan Vargas?"

"Aku tidak pernah ingin menyingkirkan seseorang sebesar ini selain dirinya." Jawab Alvin dengan pandangan menerawang. Disusul keheningan Clavian yang tidak tahu harus berkata apa karena takdir sudah berjalan sedemikian rupa.











***

Tbc
Bukan sok sibuk, tp pekerjaan benar" tdk bisa ditinggalkan 😥 Baru dua hari ini rehat, so...mohon maaf atas keterlambatannya 🙇

Bagaimana part ini? Ga jelas ya?? 😄

Mungkin terlihat tdk penting, tapi part ini akan menjelaskan kisah sebenarnya untuk kedepannya. See u next part!!!

Typo dll mohon dikoreksi.

Danke
Nuri Apori

(A)bout EL √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang