(A)E: 33. Rumit

304 32 4
                                    

Budayakan vote 🌟

(A)bout EL: 33. Rumit





Kelambu menyembunyikan sosok samar yang tengah duduk disana. Keremangan menemani gelap yang sunyi. Menunduk, menyembunyikan genggaman tangannya dibalik selimut. Tak lama setelah tarikan nafas panjang, suara itu akhirnya keluar, "itukah yang Anda inginkan?"

"Untuk sekarang, ya." Berdiri di dekat jendela, sosok yang bersender di dinding membalas. "Aku sudah berbicara dengan Clavian, dan kufikir ini yang terbaik."

"Yang mulia..." panggilan itu terdengar tetapi diurungkan setelahnya, Sivia kini mendongak menoleh kepada satu-satunya sang pemilik eksistensi disini. "Semoga hubungan Anda dan Catalya berjalan baik."

Kaisar terdiam, menelisik sekali lagi tatapan yang terkunci padanya. Pandangan itu tidak bertahan lama karena lautan kegelapan lebih sunyi untuk dilihat. "Untuk malam ini kau boleh tinggal disini, karena besok kau akan keluar dari kediamanku."

"Siapa yang akan menempati tempat ini?"

Jawaban itu dibalas keheningan. Kaisar terlihat ingin beranjak, "Catalya." Balasnya singkat.

Sivia terdiam seolah mengerti.

"Vargas akan tinggal lebih lama. Kuharap kau mengerti." Lanjut Kaisar sebelum berbalik pergi, menyisakan punggung kokohnya untuk dilihat Sivia.

Mata Sivia terpejam, mengelus perutnya yang sudah membesar. Berbagai fikiran langsung berkecamuk di otaknya.

'Kita akan baik-baik saja 'kan?'







***







Pagi yang cerah di Alenta. Vargas berjalan santai sembari bersiul pelan, tidak jarang pelayan dan penghuni istana memberinya hormat, dan tentu saja di balas ramah olehnya. Dia tidak menjumpai Catalya lagi pagi ini. Suasana hatinya hari ini sangat baik, meskipun pingsannya Sivia kemarin sedikit mengejutkannya. Dia berniat mengunjungi gadis rapuh itu.

Nasib mujur kiranya menghampiri, Sivia terlihat tengah berdiri didampingi dua orang dayang yang jaraknya agak jauh. Melihat arahnya, gadis itu mengunjungi taman tidak jauh dari sana.

"Selamat pagi."

Sivia yang tengah melamun tersentak, menoleh ia tersenyum mendapati Vargas menghampiri, "selamat pagi."

"Apa kau baik-baik saja?"

Menganguk, Sivia baru ingat Vargas ada ditempat kejadian saat ia pingsan, "Tabib menyuruhku untuk sering-sering berjalan-jalan diluar."

"Aku sedikit merasa bersalah kem--"

"Tidak masalah," Sivia langsung memotongnya, menghentikan Vargas membicarakan masalah kemarin yang tidak ingin di ingatnya. "Aku hanya kelelahan."

Vargas ragu akan hal itu, seingatnya Sivia terlihat syok kemarin. Apa yang dikatakannya pasti berdampak besar, dan senyum yang mengisyaratkan baik-baik saja benar-benar terlihat palsu dimatanya.

"Pelayanan Alenta pasti bisa mengatasinya."

Sivia menanggapi dengan senyum seadanya.

Vargas yang berdiri disamping Sivia menoleh kearah gadis itu, ia baru ingat meskipun Sivia berstatus sebagai wanita kaisar, tapi rambut yang digelung rapi, dan baju polos tanpa motif rumit kerap Sivia pakai. "Kau...terlihat sederhana."

Celetukan Vargas menarik perhatian Sivia, "apa?"

"Kau," tunjuk Vargas. "Aku yakin ada pakaian yang lebih pantas untuk kau kenakan."

(A)bout EL √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang