Terlalu Tidak Berguna

30 4 15
                                    

Mengapa sekarang,
Untuk sekedar menatapnya saja sulit.
Jika dahulu,
Tawa adalah suguhan kala kita bersua.
- LEO & VANYA.

Semua itu masih beriringan dengan sebuah tanda tanya,atau bahkan lebih.
Dimana raga yang dulu selalu ada?
Mengapa sesuatu bisa dikatakan sejati,
Jika berakhir pada hal yang tidak abadi?
.
.
.
.
.

Dalam diam siluet itu membiarkan rambut panjangnya tertiup angin dingin.
Bersama senja menikmati ujung hari.
Ia tak tau,mengapa hatinya tak kunjung menemukan jawab diujung waktu.

"Besok Rabu,setelah Ujian Praktek Jawa. Semua kelas 12 bakal ada Retreat menjelang UN. Bawa perlengkap.." Om SW membuka pengumuman membosankan hari ini.

"Pendek dah umur kita.." Sahut Ria

"Bau tanah dah lu,tau gua" potong Vanya

"Heh sembarangan,bau tanah bau tanah"

Setelah berpanjang panjang menyuarakan pengumuman semi penting itu,SW mendatangi Vanya dan Ria.

"Woe Rabu bawa snack yang banyak yoi,bawa kartu,bawa bedak semua dah,nih Retreat yang mimpin Bu Irma,boring asli"

"Asiappp bosque" sahut Ria,sedang Vanya tak bergeming. Entahlah,hari ini ia tak terlihat bersemangat.

Melihat sebuah siluet muncul dari pintu,dan mendekat kearahnya, detak jantung Vanya semakin tak beraturan,tangannya mengepal keras, namun hatinya jelas luluh mencair.

"Om ngapain si ada acara acara retreat kaya beginian, ganggu sump.."

"Gua kantin dulu" potong Vanya singkat.

Netra Leo mengekor kepergian Vanya dengan tatap penuh arti,seolah dalam hatinya masih janggal dengan sesuatu.

"Gaperlu merasa bersalah yo,Vanya cuma butuh waktu aja" jelas Ria

"Gua tau dimana saatnya gua harus merasa bersalah,dan gua tau kapan saatnya gua harus tau diri ri"jawab Leo

Vanya menghembuskan nafasnya kasar,bersama angin dengan kaki yang digantungkannya pada tembok lantai teratas bangunan sekolahnya itu.

Diam.
Hening.

"Vanya?"

Panggilan yang sontak membuat Vanya menoleh terkejut.

"Bolos kamu?"

"Pak epen.." Vanya menunduk kikuk.

Kini seorang guru tengah memergokinya membolos pelajaran.

"Santai,gak bapak laporin ke disiplin kok"
Guru bernama lengkap Event Triatmodjo itu lekas duduk tepat di sebelah Vanya,juga menggantungkan kedua kaki nya.

Keduanya diam selama beberapa waktu hingga Vanya membuka pembicaraan.

"Pak"

"Ya?"

"Pernah jatuh cinta gak sih"

"Yang namanya pernah,itu namanya bukan cinta va.Yang namanya cinta itu selalu."

Hening lagi. Menikmati suara angin yang meniup pohon kesana kemari

"Sesering apa kamu kesini?" Pak even membuka pembicaraan

"Um? Tiap hari mungkin,"

Pak even tersenyum.

"Tapi bukan berarti Vanya tiap hari bolos loh pak"

Merebut Senja [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang