Pelukku untuk Pelikmu

37 3 10
                                    

Fiersa Besari.
>hah? Maksudnya?
Pelukku untuk Pelikmu.
-Kenny

Suara monitor detak jantung itu terdengar nyaring mengisi heningnya ruang,
Menggema dan menggelegar di tiap akhir bunyi nya.
Seolah dia lah yang paling berkuasa sekarang.
Sedang menggenggam nyawa seorang manusia.

Vanya berdiri mematung 2 meter dari ranjang,
Matanya sembab karena tak henti tangisnya mengalir.
Matanya memandang nanar seorang manusia yang terbaring diatasnya.
Tangannya mengepal kuat sekuat ia ingin berteriak saat ini.
Namun sudah 2 jam terakhir ia hening tak bersuara.

Di kursi luar Kenny terduduk menunggu, menunggu Vanya tenang dan memberinya waktu untuk menikmati perasaanya sendiri.
Ia tengah berpikir, cara apa yang bisa memperbaiki hati Vanya yang kini hancur berkeping.

Pikiran nya itu tersadar saat ia melihat langkah Leo yang tergesa-gesa berlari.

"Vanya mana?" Tanyanya sambil ter engah
"Didalem" ucapnya sambil memberikan kode dengan dagunya.

Leo dengan gerakan cepat hendak masuk menerobos masuk kedalan ruangan yang bertuliskan C-3 itu namun dengan sigap tangan Kenny menghadang Leo dan mendorong dadanya.

"Lo ga punya hak buat ngelarang gue masuk" jawab Leo sambil menepis tangan Kenny

"Dan lo juga ga punya hak buat nyakitin Vanya untuk yang kesekian kalinya" jawab Kenny sambil mendorong tubuh Leo kedepan

"Gue kenal Vanya dari gue masih kecil dan lo gatau apa apa" 

"Trus? Apa gitu cara lo memperlakukan orang yang udah lo kenal sejak kecil? Dengan lo sakitin dia? Berulang kali? "

Mata Kenny terarah pada tangan Leo yang mengepal

"Mau berantem? Kuylah gaskan, mumpung dirumah sakit, mau kamar nomor berapa? Ntar gua yang mesenin"

BUGH!

Satu hantaman melayang tepat di pipi Kenny, Kenny tersenyum sembari memegang rahangnya yang perlahan membiru.

Sedetik kemudian Vanya keluar dari ruangan itu, kedua netra yang sedianya beradu langsung memandang Vanya. Tanpa suara Vanya hanya melenggang pergi menjauh.
Leo mengekor kepergian Vanya, menghadangnya tepat didepannya.

"Va, dengerin Leo" pinta Leo
"Vanya mau balik" jawab Vanya singkat
"Va tolong kasih Le-"
"Vanya mau balik Leo!" Tangis Vanya hampir pecah saat menyentak Leo dengan keras.

Leo yang tersentak mendadak terhenyak. Ini kali pertama Vanya bertindak seperti ini.

"Ayo va" Kenny menggandeng lengan Vanya dan membawanya pergi dari Leo.

Leo yang ditinggalkan masih membeku disana, ia diam seribu bahasa, ia tercekat, entah kamus refleksi macam apa yang akan ia buka kali ini.

Di atas motor , pikiran Vanya masih menerawang, ia tak tau lagi, hatinya sudah hancur se hancur hancurnya. Semesta seolah sudah berhasil merenggut segalanya dari hidupnya. Sesekali Kenny melihat spion motor yang menampakkan raut sedih yang jelas tergurat di wajah Vanya.

Tiba tiba Kenny menghentikan mesin motornya di alun alun yang sudah hampir sepi pengunjung karena malam sudah kian larut. ia turun dan berbalik ke arah Vanya.

"Kok disini? Kan bukan disini rumah Vanya?" Tanya Vanya keheranan.

"Kita udah muter muter kota 5x Va, sadar gak?" Kata Kenny sembari melepas helm nya dan merapikan rambutnya.

"Hah? Beneran 5x? Bensinnya gapapa?" Vanya turun dari motor Kenny

"bensinnya bilang gapapa, tapi dia balik nanya tuh, kamu gimana?"

Vanya menghela nafasnya.
"Maaf Kenn"

"Maaf kenapa tuh?" Tanya Kenny keheranan

"Vanya ngerepotin" Vanya menatap netra Kenny

Kenny terdiam sejenak, ia tersenyum. lengannya menarik bahu Vanya untuk jatuh ke pelukannya.

"Fiersa Besari." Ujar Kenny singkat

"Hah? Maksudnya?" Tanya Vanya keheranan

"Pelukku untuk Pelikmu"  jawab Kenny yang sukses membuat Vanya terkekeh dan melepas pelukannya, tiba tiba Kenny melantunkan potongan reff dari lagu yang disebutnya.

"Kadangkala tak mengapa, untuk tak baik baik saja. Kita hanyalah manusia, wajar jika tak sempurna. Saat kau merasa gundah, lihat hatimu percayalah. Segala sesuatu yang pelik, bisa diringankan dengan pelukan"  Kenny melantunkan lagu karya Fiersa Besari itu sembari melihat angkasa megah milik Bandung dari sudut alun alun

"Lain kali kalo lagi pelik, jangan nyari Fiersa Besari, mahal ngundangnya, Cari Kenny aja biar  dinyanyiin."

"Kan di YouTube banyak, puter aja lagunya" jawab Vanya

"Beda Va"

"Apaan bedanya"

"Kalo Fiersa nyanyi Pelukku untuk Pelikmu,  kalo Kenny sungguhan pelukku hanya untukmu"

Vanya berhasil terkekeh karena kata kata yang keluar dari mulut Kenny.

Setidaknya biarlah semesta merekam, bahwa untuk sekian detik seurai tawa berhasil melupa akan hati yang sedang terluka.
Untuk sekian detik raganya terbawa untuk tak lagi bertanya mengapa ia terluka.
Untuk sekian detik, biarlah ia berbahagia.
Karena tawa adalah hal yang langka, yang esok atau lusa, mungkin ia sudah kadaluarsa

Hai gais!
Apakabs?
Mumpung lagi #DirumahAja itung itung lanjut nih cerita yang sering banget author anggurin, wkwkwk maap yes.
Author mau ngucapin ttp semangat bagi kalian kalian, jangan ngeluh terus, itung-itung lah bantu negara jadi Tenaga Rebahan Indonesia.
Jangan lupa terus doa biar covid-19 cepet selesai world tour concert nya :')

Mending daripada gabut baca aja merebut senja, siapa tau bisa baper baper sendiri, kalo engga juga gapapa hehe.
Dahlah apdetnya ditunggu se santuy-santuynya ya hehe

-menulis tak terbatas dan melampauinyaaaa!

Merebut Senja [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang