Bolehkah aku bertanya pada dunia kenapa dia senang sekali membolak balik kan hati seonggok jiwa yang hanya ingin bahagia? -Vanya
Pagi ini Bandung sedang bersedih, gulungan awan yang mengelabu nampak menghiasi cakrawala.
Pagi ini mendung tak sendiri, kelabunya ditemani angin dingin yang menusuk tulang.
Rasanya alam bahkan mengerti perasaan Vanya seminggu terakhir.
Hatinya juga sedang mendung.Netranya tak pernah bosan menatap Leo yang kini tak pernah kembali menatapnya.
Giginya terkatup kaku setiap Athalla menyapa dirinya dengan wajah tanpa dosa.Hari ini adalah ujian untuk hari terakhir.
Vanya bukan lagi Vanya yang selalu semangat untuk ujian dan belajar.
Ia terlihat lesu pagi ini, ralat setiap pagi selama seminggu ini."Mang berangkat ya" pamit Vanya pada Mang Arga sembari keluar rumah.
Mang Arga menarik nafasnya, ia paham betul keponakannya itu.
Sesekali ia merutuki adik bodohnya yang meninggalkan anak semata wayangnya kepadanya belasan tahun lalu.Kenny berjalan ber iringan dengan langkah kaki Vanya saat di sekolah, mengobrol ringan dan sesekali membuat Vanya tersenyum kecil karena cerita lucunya. Dari kejauhan Leo menatap seolah tidak suka.
BRAK!
Leo mendorong kasar tubuh Kenny di tembok.
"Apaan maksudnya?" Tanya Kenny sedikit kasar
"Ngapain l-"
"Ngapain gua jalan sama Vanya tadi pagi? Goblok pertanyaan lo" potong Kenny
"Gue gaakan biarin lo deketin Vanya" Leo menaikkan nada bicaranya
"It's fine kalo lo bener bener bisa bahagiain Vanya. Nyatanya? Lo bikin nangis anak orang, lo bikin sedih anak orang, lo sakitin anak orang, lo tinggalin, lo pacaran sama sahabatnya, trus lo ga biarin gue deketin dia. Lu masih mikir pake otak gak sih?" Kenny mendorong tubuh Leo
Leo terdiam,
"Serakah lu njing" Kenny pergi meninggalkan Leo sendirian di belakang sekolah.
Bel berbunyi, sebagai tanda bahwa ujian nasional angkatan ini resmi telah selesai. Kini mereka tinggal menunggu hasil ujian yang akan keluar sekitar paling lambat 1 bulan mendatang.
Vanya berjalan keluar gerbang sekolah masih dengan raut muka yang sama dengan saat masih berangkat tadi.
"Pulangg.." pamit Vanya pada siapapun yang ada di rumah
"Gampang ujian nya va?" Tanya mang arga
"Ya gampang lah, calon anak UI apa yang susah" ejek Bang Alven
"Apasi bang ih.Bang Alven kok udah dirumah? Dipecat ya? Hehe" kekeh Vanya
"Amit amit.. enak aja,dokter lulusan UI cumlaude gini dipecat" sombong bang Alven
"SOMBONG" balas Vanya
"Eh va tadi ada paket, ambil gih kayaknya mamang taruh di kasur di kamar mamang"
"Woke siap mang"
"Beli apaan sih? Skinker pasti" ejek bang alven
"Paan si kepo, bhay!" Jawab Vanya sambil berlalu
Vanya masuk Kedalam kamar mang arga dan menemukan paketnya masih terbungkus rapih diatas kasur. Vanya mengambil paketnya sembari melihat lihat sekitar, ia tak pernah masuk kamar mang Arga sebelumnya. Ia berdecak kagum atas sifat perfeksionis mamangnya itu,semua barang tersusun sangat rapi.
Langkahnya terhenti saat melihat sebuah bingkai foto di atas meja kecil di sudut ruang kamar.
Ia mengangkat foto itu, mengeluarkannya perlahan dari bingkai, memastikan wajah wajah dari objek foto yang tengah dilihatnya.
Ada sosok yang tak asing didalam foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merebut Senja [COMPLETED]
Teen FictionSAHABAT. sesulit itukah menyematkan sebuah kata dalam hubungan laki laki dan perempuan? Mengapa? mengapa rasa hadir dan menjadi noda dalam kebahagiaan? Ini hanya sebuah kisah,tentang dua insan.. dengan rasa yang sama,CINTA. Akankah mereka berbahagia...