Bukannya udah nyerah,cuma gua udah capek nunggu dan enggak dihargai,dan lo gak pernah tau gimana rasanya-Leo
Kenny.
Kenny.
Kenny.
Berhari hari ituu mulu yang dipikiran gua,anak pindahan dari Bogor yang dateng dateng udah bikin gabut.
"Ya jangan ngakunya ke gua gitu lhoh"
"Harusnya lo balik ngaku juga yo" SW terkekeh sambil terus mengerjakan tugas Sejarahnya di meja ruang tamu rumah Leo.
SW sengaja mengerjakan tugas di rumah kawannya ini karena melihat wajah Leo yang suram setiap hari,nampaknya ia hanya butuh tempat sampah untuk menuangkan kekesalanya beberapa hari ini.
"Ya gila apa seteres gua" kutoopangkan daguku diatas tangan yang kusanggahkan diatas meja.
"Makanya sikat aja tembak lagi"saran SW sambil terus bersibuk dengan bolpoinnya.
"Yaa ajarin biar gak ditolak monyet,biar soswit kaya elu sama si Shellin lah"
"Halah cuma omdo lu,giliran ketemu si Vanya ciut lagi"jawab SW mendengar Leo.
"Ya gua nyerah aja kalo gitu"
"Nyerah gak nyerah bukan mulut yang nentuin,tapi hati yo"jawab SW yanng sudah bagaikan motivator terkenal SW golden waiys
"Ya ajarin gua cara gak nyerah we"
"Kapan rencana lu nge official in Vanya?"tanya SW terdengar mantap.
"Segera lah,biar gak keduluan Kenny"
Panas matahari yang terik membuat peluh terus menetes membasahi seluruh wajah,namun bukannya semakin lelah,malah membuat permainan basket saat olahraga menjadi semakin seru dan menarik.
Tergabung dalam ARONS,klub basket SMA Bintang Raya,cukup membuat aku berperan penting didalam sekolah ini walau dalam bidang akademik aku sangat amat diragukan oleh para guru.
"Leoo pinjem bola satuu dong" teriakan seorang siswi yang rambutnya sudah diikat kuncir kuda tanpa menyisakan satu helai rambutpun di wajahnya.
"Emang bisa main kamu?"jawabku sambil tersenyum.
"Bisalahh apa gitu lho susahnya cuma shoot shoot doang"jawabnya sambil berusaha merebut bola basket itu dari dribblingan ku.
"Coba,kalo gak masuk bolanya kasih Leo lagi"kuberikan Bola basket ditanganku pada Vanya.
Ia men-shoot tawur bola basket itu dan hanya memantul ke arahku lagi.
"Pendek Vanya mah"kataku sambil mengacak acak rambut perempuan yang memiliki tinggi dibawah daguku.
"Eyy berantakannnn monyongg"protesnya sambil menguncir ulang rambutnya.
"Vanyaaa!!"teriakan seorang pria yang juga menyambut datangnya sebuah bola menuju Vanya.
BUGG
"Awww" sebuah bola mengenai jidat Vanya secara tepat.
"Gapapa?eh liat jidatnya jangan nunduk Vaa"tanyaku memastikan perempuan disebelahku
"Ehh Va,Maaf Va,kamu gapapa?"terlihat Kenny yang berlari menuju arah kami.
"Udahh gapapaa sana sanaa bubar woi kenapa jadi ngerubutin Vanyaaa"teriak Vanya yang membubarkan siswa lain didekat sana yang tadinya berkumpul untuk mencari tau yang terjadi,ya semua bubar kecuali aku dan Kenny.
"Eh Monyet arab,kalo maen futsal liat liat pake perhitungan"kataku sambil terus memegang puncak kepala Vanya yang masih menunduk.
"Engga keliatan tadi elah..Va? Kamu gapapa?"tanya Kenny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merebut Senja [COMPLETED]
Teen FictionSAHABAT. sesulit itukah menyematkan sebuah kata dalam hubungan laki laki dan perempuan? Mengapa? mengapa rasa hadir dan menjadi noda dalam kebahagiaan? Ini hanya sebuah kisah,tentang dua insan.. dengan rasa yang sama,CINTA. Akankah mereka berbahagia...