1. Jeongin Juga Mau

3.1K 682 351
                                    

"Bunda... "

Rengekkan pelan dari depan pintu kamar milik putra kecilnya membuat Suzy menghentikan pekerjaan memotong buah-buahan.

Senyum Suzy mengembang saat melihat Jeongin berdiri di ambang pintu.

Suzy terlebih dahulu mencuci tangannya di wastafel, baru menghampiri bayi rubahnya yang kini sudah beranjak dewasa.

Masih dengan piyama Stich, Jeongin melangkahkan ke dua kakinya menuju meja makan.

Melihat perpindahan posisi sang anak, Suzy merubah haluan langkahnya. Dari menuju pintu kamar milik Jeongin, menjadi ke arah meja makan.

"Tumbem kamu udah bangun." Suzy mengecupi pipi susu milik Jeongin beberapa kali.

"Ihh, jangan cium pipi, Jeongin!"

Jeongin merengut kesal, tak lupa bibir plum nya ia majukan sebagai petanda jika ia tidak suka dengan kecupan yang dilayangkan sang Bunda.

Suzy tersenyum tipis mendengar penolakkan Jeongin. Tak apa Jeongin menolak kecupannya, setidaknya rubah kecilnya itu mau mengeluarkan sepatah kata.

"Jeongin mau susu sama roti cokelat?" tanya Suzy lembut seraya mengelusi pucuk rambut hitam legam milik Jeongin.

Bola mata Jeongin nampak berbinar, tidak ada lagi eksperesi kesal yang tadi sempat menghiasi kurva wajah manis pemuda itu.

"Hm, Jeongin mau susu sama roti cokelat buatan Bunda!" seru Jeongin gemas.

Tidak tahan melihat keimutan Jeongin, Suzy mencubit pelan pipi susu itu.

"Tunggu sebentar ya. Bunda buatin dulu susu sama rotinya," ucap Suzy sebelum meninggalkan Jeongin, dan kembali mengurusi pekerjaan dapurnya.

Kriet

Jeongin menoleh ke samping kanannya, mengerjep pelan saat melihat siapa yang baru saja menarik kursi di sampingnya.

"Pagi, Kak!" sapa gadis berkuncir dua yang merupakan adik kembar Jeongin ceria.

Merasa kurang nyaman, Jeongin menunduk, lebih memilih memandangi lantai marmer dapur dari pada menatap sang adik.

Jeongin tidak menyukai keberisikan.

Seperti sudah biasa mendapat respon seperti itu, Jiheon hanya tersenyum memaklumi.

Mungkin Kakaknya memang kurang nyaman dengan kehadiran dan sapaan cerianya.

Lagi pula, Kakak satu-satunya itu memang agak sedikit berbeda.

"Sudah mau berangkat, Jih?"

Suzy mendatangi keberadaan dua mutiara berharganya dengan ke dua tangan yang penuh membawa piring berisikan roti dan segelas susu.

Lalu, Suzy langsung menata barang yang ia bawa di atas meja makan, mendekatkan sepiring roti itu pada ke dua anaknya.

"Iya, Bun. Aku udah mau berangkat. Biasalah, kedapetan piket pagi," jawab Jiheon sambil melahap selambar roti panggang buatan Bundanya.

Sedangkan Jeongin tetap terdiam seraya tetap menunduk. Tapi, tangannya mulai merambat mendekati piring roti, kemudian melahap roti cokelat itu setelah mendapatkannya.

Setelah menghabiskan selembar roti, Jiheon beranjak dari duduknya, sepertinya gadis manis itu sedang terburu-buru.

"Bunda, Jiheon berangkat dulu ya!"

Belum sempat benar-benar beranjak, tubuh Jiheon kembali terdiam saat suara lembut sang kakak menyambangi indera pendengarannya.

"Jiheonie mau sekolah?"

Jiheon mengangguk semangat sebagai jawaban. "Iya, aku mau sekolah, kak."

Mendadak ekspresi Jeongin berubah murung, terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Emang kenapa, Kak? Kakak mau nitip mobil-mobilan? Atau mau nitip es krim?" peka dengan perubahan ekspresi sang Kakak, Jiheon berusaha menghibur Jeongin.

"Ungh, Jeongin nggak mau mobil-mobilan."

Namun, Jeongin menolak cepat tawaran Jiheon.

"Terus Jeongin mau apa?"

Kini Suzy ikut ambil suara untuk membujuk Jeongin agar kembali ceria.

"Jeongin mau sekolah, Bunda."

Mungkin kalau hanya meminta mainan atau makanan manis, Suzy dengan senang hati akan menuruti permintaan Jeongin.

Tapi, tidak dengan permintaan yang satu ini.

Jelas-jelas Suzy akan menolak permintaan Jeongin.

Jeongin sedikit berbeda. Tentu saja alasan itu yang Suzy miliki untuk menolak permintaan sang anak.

~To Be Continued~

Sumpah aku nggak tega ngebuat Jeongin jadi kayak gini :'(

Aaa, maafkan aku Jeongin.

Special; Yang Jeongin [#Wattys2018] [Wattys longlist 2018] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang