2. Apa Itu?

2.4K 615 257
                                    

Jeongin merunduk, memalingkan wajahnya agar tidak bertabrakan dengan manik mata milik Jiheon.

"Kakak, ayo angkat wajah kakak. Jiheon mau ngajarin kakak sesuatu."

Jiheon menarik telapak tangan Jeongin lembut, berusaha menyakinkan sang Kakak untuk tidak takut lagi dengan kehadirannya.

Ragu-ragu Jeongin mengangkat wajahnya, membiarkan Jiheon melihat mata bulat rubah miliknya.

"Jangan takut kak sama Jiheon," ucap Jiheon sepelan mungkin.

"Uhm, Jeongin nggak takut kok sama Jiheonie." Jeongin menggigit bibir bawahnya. Ia sedikit takut jika adiknya terusik dengan sikap anehnya sama seperti tetangga sekitarnya.

Jiheon menyentuh pucuk kepala Jeongin, memberinya sedikit elusan kecil sebagai penenang. "Kak, kita belajar yuk. Jiheon bakal ngajarin kakak banyak hal!"

Jeongin hanya mengangguk pelan, menyetujui ucapan Jiheon walaupun tidak sepenuhnya yakin.

"Jiheonie mau ngajarin Jeongin?" Jeongin memiringkan kepalanya, ke dua matanya berkedip pelan sebagai tanda jika ia sudah mulai tertarik.

"Kita mau belajar apa?"

Senyum Jiheon mengembang, ke dua tangannya mulai mencari sesuatu yang akan ia ajarkan pada sang kakak.

"Jiheon bakal ngajarin kakak tentang hewan!" Jiheon menunjukan setumpuk kartu berwarna terang dengan macam-macam gambar hewan yang tidak Jeongin ketahui namanya.

"Yeay, Jeongin belajar hewan!" tepuk tangan semangat dan kekehan kecil milik Jeongin menggema, memenuhi setiap sudut ruangan yang terasa hampa.

Hati Jiheon pun ikut terisi, terasa hangat, hingga rasanya Jiheon ingin menangis haru.

"Iya, kita bakal belajar tentang hewan. Ntar kakak tebak ya nama hewannya!"

Yang Jiheon lakukan itu termasuk terapi kecil untuk merangsang motorik Jeongin, agar bisa lebih berkembang.

Jeongin semakin bersemangat, senyumnya terus mengembang bagai bunga sakura musim semi. "Jiheonie, ayo cepat mulai!"

"Okay, okay. Pertama, hayo tebak ini hewan apa?"

Jiheon menunjukan sebuah kartu bergambar anak kucing dengan bulu berwarna abu-abu.

"Jeongin tidak tahu. Tapi Jeongin pernah lihat di rumahnya Tante Jihyo." Jeongin menggeleng ribut, ia benar-benar tidak tahu nama hewan yang ditanyakan Jiheon.

"Ini namanya kucing, Kak. Kucing itu suka makan apa saja!"

"Kucing juga suka makan Jeongin? Ih seram! Jeongin tidak suka kucing!"

Hampir saja Jiheon mati gemas melihat tingkah ketakutan sang Kakak. 

"Ya sudah, sekarang kita lanjut ya. Ini hewan apa, Kak?" Jiheon kembali menunjukan kartu berwarna biru muda dengan gambar seekor kelinci di dalamnya.

"Kelinci!" seru Jeongin senang karna berhasil menjawab satu pertanyaan dengan benar.

"Kakak pintar!" Jiheon memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi kebenaran jawaban Jeongin.

Jeongin pun ikut bertepuk tangan sembari memamerkan gusi merah mudanya.

"Kalau ini hewan apa, Kak?" kartu bergambar seekor burung merpati Jiheon tunjukkan pada Jeongin.

Namun, sayangnya gelengan kecil lah yang Jeongin berikan sebagai jawaban. "Jeongin tidak tahu."

Jiheon mengulas senyum kecil. "Ini burung, Kak. Burung itu bisa terbang tinggi," jelas Jiheon penuh kesabaran.

"Wah, berati burung bisa bertemu sama Ayah di surga ya?"

Sorot mata Jiheon meredup, hatinya kembali merasa sakit, seperti tercubit tepat di ulu hatinya.

"Burung tidak bisa bertemu sama Ayah, Kak. Karna surga hanya akan ditempati oleh orang-orang baik," tutur Jiheon setegar mungkin.

"Berati, Jeongin harus jadi orang baik, biar Jeongin bisa ketemu sama Ayah!"

Runtuh sudah pertahanan Jiheon, air mata yang sudah terlalu lama ia pendam terjatuh begitu saja dari sela-sela pelupuk matanya.

Bahunya bergetar hebat, ditambah isakan yang masih berusaha ia tahan agar tidak membuat sang Kakak khawatir.

"Jiheonie jangan menangis. Kalau Jiheonie menangis, Ayah bakal marah sama Jeongin."

Usapan lembut yang diberikan Jeongin di atas rambut hitamnya semakin membuat Jiheon terisak hebat.

Jiheon menangis karna dia juga merindukan sosok hebat seorang Ayah dalam kehidupannya.

Tidak hanya Jeongin yang merindukan sosok seorang Ayah yang sekarang sudah berbahagia di surga sana, Jiheon juga merindukkan Ayah.

~To Be Continued~

Aku butuh 4 lembar, 4 lembar saat kumenangis.

Special; Yang Jeongin [#Wattys2018] [Wattys longlist 2018] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang