12. Apapun Akhirnya

1.3K 350 46
                                    

Vote+Komennya dong.. Biar aing semangat upnya..

Ketukkan brutal pada pintu kamarnya, tak sedikit pun mengetarkan hati Jiheon.

Gadis itu tetap bersembunyi di balik selimut tebalnya. Menghiraukan setiap ketukkan yang terdengar putus asa.

"Jiheon... Ayo keluar sebantar. Jeongin mau ngomong sesuatu sama Jiheon."

Menangkap suara yang sama namun terasa berbeda, Jiheon menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.

"Jiheon, tolong buka pintunya sebentar. Jeongin kangen sama Jiheon..."

Jiheon? Kenapa ia merasa ada yang salah dengan panggilan itu?

Kemana perginya panggilan 'Jiheonie' yang selama ini tak pernah absen dari setiap kosa kata seorang Yang Jeongin? 

Jiheon sangat asing mendengar namanya dipanggil tanpa embel-embel tambahan kata manis di belakang namanya.

Cukup lama berdiam diri dan membiarkan sang Kakak menyerah dengan sendirinya, akhirnya suara ketukkan itu menghilang.

Seretan langkah kaki menjauh cukup menyakinkan Jiheon jika sang Kakak sudah menyerah untuk membujuknya keluar kamar.

Perlahan, tungkainya bergerak menuruni kasur kesayangannya.

Menyeret setiap langkahnya dengan penuh kehati-hatian.

Bahkan, gadis itu membuka pintu kamarnya sendiri seperti seorang pencuri.

Hal pertama yang gadis itu cara ada selembar kertas. Selembar kertas berisikan kata-kata cantik yang tertempel di pintu kamarnya akhir-akhir ini.

Dan benar saja, kertas itu tertempel di pintu kamarnya. Menggunakan bekas permen karet sebagai perekatnya, Jiheon sudah bisa menebaknya.

"Maafin Jiheon, Kak... "

~*~

Semilir angin sore menerpa pucuk rambut Jeongin.

Dedaunan yang gugur dari tangkainya seakan menjadi hiasan cantik musim kemarau yang terasa menyengat.

Jika kalian ingin tahu siapa pelaku yang menyeret Jeongin hingga berakhir di taman dekat rumahnya, pelakunya adalah Shin Ryujin. Gadis itulah yang menculik Jeongin.

"Ini buat lu." Ryujin menjulurkan lengannya, memberikan sekotak susu kedelai rasa cokelat pada Jeongin

Jeongin menerima sekotak susu dingin yang diberikan Ryujin dengan senang hati. "Makasih, Ryujin!"

Ryujin mengangguk kecil, lalu memfokuskan diri untuk menghabiskan sebotol soda yang ia beli.

"Gimana rasanya? Enak?" tanya Ryujin pada Jeongin setelah gadis berhasil menenggak setengah air sodanya.

Pria rubah itu mengangguk riang. Ke dua sudut bibirnya terngangkat, gusi merah mudanya pun terlihat menawan jika dipadukan dengan senyum tulusnya.

"Enak banget! Makasih Ryujin udah mau beliin Jeongin susu."

Gadis berambut sebahu itu tak berniat merespon ucapan terima kasih Jeongin.

Gadis muda itu hanya terdiam, sesekali memainkan tutup botol sodanya pelan.

Ryujin terdiam. Ada yang ingin ia tanyakan pada pemuda rubah itu, tetapi, ia takut akan menyinggung perasaan Jeongin.

"Jeongin, ada yang mau gue tanyain sama lu." Ryujin menyerongkan tubuhnya, membiarkan bola matanya menatap bebas wajah polos itu.

"Ryujin, mau tanya apa?"

"Gimana kehidupan lu selama ini? M-maksud gue kehidupan lu menjadi anak autis."

Jeongin merunduk. Kotak susu yang sedang ia pegang sedikit merosot karena genggamnya mengendor.

"Kalo lu keberatan buat jawab pertanyaan gue, jangan dijawab. Gue tahu kok kalo risih sama per—"

"Jeongin nggak merasa keberatan sama pertanyaan Ryujin. Jeongin hanya bingung mau jawab apa..."

"Di satu sisi Jeongin sangat bersyukur dengan kehidupan Jeongin karena memiliki Bunda dan Jiheonie, tapi... Jeongin suka sedih saat temen-temen Jeongin nggak mau main sama Jeongin. Karena ... Jeongin anak autis.

Ryujin terdiam. Linangan air mata memenughi pelupuk matanya.

"Walaupun begitu ... Jeongin tetap senang dengan kehidupan Jeongin yang sekarang. Bahkan jika semuanya akan berakhir menyedihkan, Jeongin akan tetap senang."

Buru-buru Ryujin menyeka air matanya. Ia tak mau terlihat lemah di hadapan Jeongin.

"Kenapa lu tetap merasa senang, walaupun akhirnya mengecewakan?"

Senyum selembut sutra yang mengembang di wajah Jeongin semakin menambah kesan sendu.

"Karena, Jeongin nggak pernah mau membayangkan bagaimana akhirnya. Apapun akhirnya selama Jeongin memiliki Bunda dan Jiheon di sisi Jeongin, Jeongin rasa tidak ada yang perlu ditakutkan dari sebuah akhir."

Ryujin mengerjap pelan. Apa barusan ia sedang berbincang-bincang dengan seorang anak autis?

~*~

"Masukkan anak autis ke asrama! Jangan manjakkan dia, Yang Suzy!"

Untuk ke dua kalinya kalimat paksaan itu Suzy terima dengan lapang dada.

"Baik. Saya akan mendaftarkan Jeongin ke asrama. Tapi, berikan saya waktu untuk membuktikan jika Jeongin sudah berubah."

Perbincangan sengit yang terjadi ternyata tak hanya dilakoni oleh dua orang saja.

Ada satu telinga yang mendengar dari balik daun pintu. Hanya mendengarkan, sambil sesekali mengumpat dan menyumpah serapahi.

"Bodoh."

~To Be Continued~

Helo, guys...

Aing nggak mau banyak bacot, cuman aing mau ngasih tahu siapa sih Jiheon itu...

Nah, ini yang nama Jiheon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nah, ini yang nama Jiheon. Dia itu member Fromis_9, marga asli dia itu Baek, dan Jiheon itu posisinya maknae dalam grup Fromis_9.

Ya, sama kayak Jeongin lah. Makanya aing jadiin dia adeknya Jeongin. Soal sama-sama spesies imut.

Special; Yang Jeongin [#Wattys2018] [Wattys longlist 2018] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang