Tap
Tap
Tap
Dari jarak cukup jauh, Jiheon mengamati langkah Jeongin yang terlihat mencurigakan.
Hampir sepanjang hari Jiheon mengamati dan mematai setiap gerak-gerik sang Kakak, tapi baru saat ini ia menemukan keanehan.
Sang Kakak berjalan mengendap-endap, memasuki salah satu gang kecil yang jarang di lalui pejalan kaki.
Gang sempit yang terletak di samping toko klontong milik Om Sehun itu memang jarang sekali dilalui sebagai jalan utama.
Mau dibilang mencurigakan, Jiheon tidak bisa langsung menyimpulkan.
Pertanyaannya, siapa yang tidak akan curiga saat melihat gerak-gerik aneh yang tak pernah saudaranya tunjukan.
Sepagian ini, Jeongin terus mengurung diri di dalam kamar, dan baru keluar dari kamarnya kala waktu makan siang telah tiba.
Namun, Jeongin tak lekas menyambangi meja makan, ia hanya melalui meja makan, dan bergegas keluar.
Lebih anehnya lagi, sang Kakak membeli banyak sekali sosis kemasan menggunakan uang tabungannya sendiri.
Mau diapakan semua sosis itu? Jiheon sangat tahu jika sang Kakak tidak menyukai sosis seperti yang ia beli.
Jadi akan kemanakah perginya sosis-sosis itu?
~*~
Berjinjit di setiap langkahnya, Jeongin sebisa mungkin tak menimbulkan suara.
Mengendap-mengendap layaknya pencuri, Jeongin berhasil melewati ruang tamu.
Namun...
"Kakak, jangan langsung masuk kamar. Sini Jiheon keringin dulu rambut kakak."
Aksi mengendap-endapnya gagal. Tertangkap basah oleh sang adik yang terlihat tenang di depan televisi.
Jiheon berdiri. Menghampari saudara kembarnya, lalu mengusak rambut basah sang kakak menggunakan handuk kecil yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya.
Seluruh rambut Jeongin basah. Terguyur air hujan yang berjatuhan begitu derasnya.
Terus mengusaknya lembut, sembari sesekali mengelusnya lembut, dengan telaten Jiheon mengeringkan rambut lebat Jeongin.
Dari jarak beberapa meter saja, Jiheon dapat melihat bola mata sayu hitam milik Jeongin.
Kelopak mata ganda serta bibir plum merupakan perpanduan yang sempurna. Indah bak lukisan.
"Jiheonie, maafin Jeongin. Jeongin pergi nggak izin dulu sama Jiheonie," cicit Jeongin.
Jiheon tersenyum. Ia sangat mengenal watak Kakaknya yang selalu berucap jujur dan selalu mudah merasa bersalah.
"Jangan minta maaf. Kakak nggak salah. Malahan Jiheon bangga sama kakak."
Mengingat aksi mata-matanya saat siang tadi, Jiheon telah menemukan jawaban yang sebenarnya.
Jiheon tahu kemanakah perginya semua sosis-sosis itu.
"Besok-besok kalo kakak mau kasih makan mereka lagi, Kakak nggak perlu sembunyi-sembunyi," ucap Jiheon dan dijawab anggukan kecil oleh Jeongin.
Semua perginya sosis-sosis itu berakhir ke segerombolan anak kucing terlantar yang entah siapa pemiliknya.
"Maafin Jeongin ya Jiheonie. Jeongin ngehabisin uang tabungan Jeongin untuk beliin anak kucing lucu itu susu sama sosis."
Jeongin tidak hanya membelikan sosis, tapi jugakan membelikan susu khusus untuk pertumbuhan kucing kecil yang ditinggali induknya.
Memang terlihat kecil. Tapi ingatkah kalian kalau Jeongin teramat takut dengan kucing?
Coba kita lihat dari sisi lain. Seorang Jeongin yang sangat anti dengan mahluk kecil bernama kucing, tiba-tiba saja memberanikan diri untuk merewat beberapa anak kucing terlantar.
Ketakutannya tidak ia jadikan alasan untuk tidak menolong mahluk yang lemah.
Ketakutannya telah berhasil ia kalahkan karena rasa kemanusiannya jauh lebih besar.
"Jiheonie, Jeongin mau nanya... Kenapa anak kucing itu ditinggal pergi sama Ibunya?"
Jiheon mengedikan bahunya, "Mana aku tahu."
"Apa anak kucing itu sama seperti Jeongin? Berbeda dan tidak pernah diharapkan?"
Ini berat. Jiheon tidak akan pernah bisa menjawabnya.
Hingga sekarang pun Jiheon tidak akan berhasil menemukan jawaban yang tepat.
Jadi jawaban apa yang harus Jiheon berikan?
~To Be Continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Special; Yang Jeongin [#Wattys2018] [Wattys longlist 2018] ✔
Fiksi Penggemar[Selesai]✔ #Wattys Longlist 2018 "Bunda, anak autis itu apa? Kenapa teman-teman Jeongin selalu ngatain Jeongin anak autis?" "Kakak special. Terlepas dari apapun kekurangan Kakak. Kakak tetap special di mata Tuhan." ♣Jeongin Fanfiction