1. BERTEMU KEMBALI

498 21 0
                                    

Mataku terasa sangat berat pagi ini setelah menghabiskan malam nyaris tanpa tidur. Jika bukan karena pekerjaan yang begitu mendesak, aku tidak mau sampai menyia-nyiakan waktu tidurku yang berharga.

Rasanya mulutku sudah lelah terus menerus menguap sebagai respon alami kalau aku memang membutuhkan waktu tidur yang damai dan tanpa gangguan. Tapi sayang, pikiran menyenangkan itu baru akan terjadi sekitar tiga belas jam lagi. Membayangkannya saja membuatku ingin melempar sesuatu. Mengapa hari ini begitu menyiksa? Ditambah dengan cuaca mendung yang sangat mendukung untuk tidur dan bersantai di bawah selimut nan hangat.

Oke cukup! Bentakku dalam benak ketika pikiran mulai melantur tidak jelas padahal hari masih pagi dan seharusnya diisi dengan semangat.

Dengan perasaan malas aku berjalan memasuki gedung besar yang tidak asing lagi untukku. Aku bekerja sebagai Information Technology—IT—bidang Programer di Kantor Pemerintahan Paribue. Berbagai sapaan dari para karyawan dan juga orang-orang yang setiap hari kulihat dan kutemui membuatku semakin tidak bisa bersantai. Mau tidak mau aku juga harus membalas sapaan mereka yang sudah sangat sering kudengar hingga aku hapal apa yang akan mereka ucapkan hanya dari jarak sepuluh meter.

Suasana di ruanganku bekerja sudah cukup ramai. Beberapa teman baikku sudah berada di sana, lebih pagi dari yang kuperkirakan. Kurasa semua karena ulah Reaper hingga semua orang termasuk aku harus bekerja ekstra dan datang lebih pagi sebelum para atasan datang. Jika urusan belum terselesaikan dan para atasan mengetahuinya, entah hukuman apalagi yang akan kami dapatkan.

Sebenarnya semua ini adalah kesalahan anggota Dewan yang sembarangan memblokir beberapa game yang menurut mereka tidak pantas untuk dimainkan orang awam. Padahal itu semua hanyalah sebuah aplikasi permainan yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Kenapa mereka harus mengurusi hal seperti itu sedangkan para kriminali yang nyata dibiarkan begitu saja? Aku benar-benar tidak mengerti dengan pikiran para anggota Dewan dan pejabat lainnya. Pantas saja mereka sering mendapatkan komentar tidak enak dari masyarakat. Berkat hacker bernama Reaper, sistem yang akan memblokir beberapa game yang dikabarkan akan dihentikan operasi dan distribusinya diambil alih olehnya demi menghentikan pemblokiran.

"Pagi, Dasthan! Kau terlihat sangat kacau pagi ini," sapa Keane, teman dekat sekaligus juniorku yang paling suka bersikap kasar padaku,

"Kuharap kau sudah menyelesaikan semua masalah mengenai kerusakan sistem semalam. Kudengar hari ini Dewan akan melihat berkas untuk pengambilan keputusan di rapat hari ini," sambungnya.

Telingaku seperti terbakar dengan semua kabar dadakan seperti ini. Beruntung setidaknya aku sudah membuat keamanan baru, meski statusnya masih sementara karena tidak mungkin sebuah keamanan sistem baru kukerjakan dalam waktu satu malam. Sekarang aku harus mengerjakan sisa pekerjaanku semalam agar tidak lagi mendapatkan teguran dari Dewan menyebalkan yang pernah beberapa kali memotong gajiku dengan alasan yang tidak masuk akal.

"Hei, kau sudah dengar kabar hari ini? Ada rumor kalau Reaper merusak sistem di sebuah universitas negeri ternama dan menyebarkan kabar kalau ada salah satu staf sekaligus dosen tetap di sana yang menyelewengkan keuangan hingga ratusan miliyar. Dari kabar yang beredar dari mahasiswa di sana, Reaper membuka sistem dari komputer buatan dosen tersebut lalu memberikan aksesnya pada pihak berwajib dan Rektor melalui e-mail. Tapi kabar penangkapan itu tidak dibuat dengan melibatkan Reaper, hanya kasus Dosen yang korup saja," ujar Geri kepada orang-orang di dalam ruangan. Bergosip seperti biasa dengan kabar yang selalu ia dapatkan terlebih dahulu sebelum orang lain dengar. Entah darimana ia mendapatkan semua kabar itu tapi ia selalu memberikan kabar sesuai fakta.

"Aku penasaran seperti apa Reaper. Kurasa dia benar-benar jenius. Tidak ada sistem yang tidak bisa ia masuki. Dia pasti pria yang pernah masuk ke universitas yang sama dengan Bill Gates," ujar Keane yang wajahnya terlihat seperti sedang berpikir keras. Padahal aku yakin dia hanya sedang membayangkan seperti apa wajah sang Reaper itu.

REAPER (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang