Hari Senin, Cuaca hari ini tidak bagus, berawan dan gerimis kecil yang dipastikan tidak akan berhenti dengan cepat. Upacara hari ini juga ditiadakan karena alasan tersebut.
Gue berangkat sekolah seperti biasa tapi kali ini membawa alat kebersihan yang kemarin dibeli sama Landa. Kata dia, "kalau disimpen di rumah gue, besok tinggal bayangannya aja." Entahlah gue ga ngerti maksud dia.
"Hei Ra!" panggil Dira dari depan kelas.
"Eh Dira," sapa gue balik.
"Gue bantu ya," ucap Dira sambil membawa sebagian alat yang gue bawa.
"Makasih Dir," ucap gue sambil tersenyum.
Setelah menyimpan alat kebersihan, gue langsung duduk di tempat biasa bersama Dira. Kelas masih sepi, cuman ada beberapa orang yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sedangkan gue sibuk mikirin hal yang terjadi Sabtu kemarin. Bahkan udah dua malem gue ga bisa tidur nyenyak gara-gara mikirin hal itu. Hari ini gue ga sabar pingin ketemu Landa, entah kenapa rasanya pingin banget ngeliat dia.
"Ra!" panggil Dira.
Gue masih memikirkan hal kemarin sampai tak peduli hal yang ada disekitar gue. Sampai teriakkan Dira yang tepat di telinga gue bikin gue sadar dari lamunan gue.
"Ra!!" teriak Dira tepat di telinga gue.
"Lan!" ucap gue.
"Lo kenapa sih? Gue panggil ga nyahut, malah ngelamun. Pas udah sadar malah bilang Lan," ucap Dira.
"Ngga kok Dir," ucap gue.
"Lo udah gila atau gimana sih bikin gue pusing. Tadi lo itu senyam-senyum gitu, kan gue takut lo kerasukan apalagi lo inget ga di kelas kita itu ada arwah gentayangan yang disebut Kunti bahagia yang selalu tertawa," ucap Dira khawatir.
"Hahaha lo itu lucu banget Dir, kuntinya takut kali ngeliat gue, soalnya dia tau kalau gue galak," ucap gue sambil terus tertawa.
"Lo nyebelin!" ucap Dira.
Kelas yang tadinya berisik tiba-tiba hening karena Adit yang berlari masuk.
"Woi, ada Hello Kity!" ucap Adit sambil berlari masuk kelas.
Hello Kity itu panggilan anak kelas buat wali kelas gue yang terkenal paling killer. Bahkan semua warga sekolah takut padanya. Bu Kity itu orangnya tegas, jadi semua perintah yang dia suruh harus dilaksanakan. Bu Kity mengajar pelajaran Matematika, semua materi yang disampaikan sangat sulit dimengerti, dan Bu Kity selalu mengadakan ulangan sehabis pelajarannya.
"Bagaimana anak-anak, semua sudah beres?" ucap Bu Kity dengan tegas.
"Sudah kami laksanakan," ucap Abi sang ketua kelas.
"Apa ada masalah?" ucap Bu Kity.
"Tidak ada Bu," ucap Abi.
"Hari ini siapa yang tidak masuk?" ucap Bu Kity.
"Aldo, Zahra, Karel, dan Landa," ucap Wina seksi absensi.
"Ya sudah, mari kita langsung mulai saja pelajarannya," ucap Bu Kity.
Pelajarannya dimulai seperti biasa, gue baru tau kalau Landa tidak masuk hari ini. Gue jadi khawatir pada Landa, gue takut kalau dia kenapa-kenapa, apalagi gara-gara kemarin. Bel istirahat pun berbunyi.
"Ra, lo udah tau belum siapa yang suka perhatiin gue?" tanya Dira.
"Siapa?" tanya gue balik.
"Lo malah balik nanya ke gue lagi," ucap Dira.
"Gue belum tau. Emang kenapa?" ucap gue.
"Gue kasih petunjuk," ucap Dira semangat.
"Apa petunjuknya?" tanya gue antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ralanda (Classmate)
Teen FictionRara, seorang siswi yang terjebak dalam labirin perasaan cinta yang rumit di ruang kelasnya, seringkali merasakan detak jantung yang berdebar-debar ketika berhadapan dengan seseorang yang membuatnya tersenyum sendiri. Setiap hari, dia dihadapkan pad...