Chapter 6

145 45 28
                                    

Saat Dirinya Menghilang '2'
.
.
.
.
.
.

Dihari jum'at, semua siswa SMA N C tengah berkumpul di aula sekolah.
Semua bersolawat di dalam ruangan aula, diwaktu pertama yaitu jam 07.00 - 08.00 adalah kegiatan rohani.
Jerico, Elza dan Ega yang kebetulan datang lebih awal berada disana. Dan terduduk ditempat belakang.

Alasannya agar mereka bisa bercanda.

Eeiitttsss tidak semudah itu furguso. Pak Egi berdiri tepat di belakang ketiga anak itu. Alasannya untuk menjaga ketiga anak itu agar tidak kabur.

Namun, alih-alih terdiam mendengarkan lantunan ngaji yang dibacakan oleh Khusdi. Ketiga anak laki-laki itu sibuk bercanda seraya melihat ponsel genggamnya.

Pak Egi dengan cepat bertindak. Pria itu kini terduduk di belakang ketiga anak laki-laki itu, sedikit menyondongkan tubuhnya.

"Punya kenalan di surga?." ucap Pak Egi sedikit mengecilkan suaranya.

Sontak, ketiga anak laki-laki itu menoleh mendapati Pak Egi yang kini menatapnya sedikit kesal. Ega memasukkan ponselnya ke saku bajunya, sedangkan Jerico dan Elza kembali ke arah depan. Kedua anak laki-laki itu kini memuji Khusdi yang sudah duduk di depannya.

Padahal dari tadi engga nyimak malah asik stalk ciwi-ciwi di instagram. Hehe.

***

Selesai acara rohani. Semua siswa dibubarkan untuk ke kelasnya masing-masing. Begitu pula dengan ketiga anak perempuan itu. Mereka berjalan beriringan menuju kelasnya.
Namun, baru setengah perjalanan Hanna memberhentikan langkahnya kemudian membalik arah.

Dia ingin mampir sebentar. Ingin melihat seseorang.
Dia berjalan menuju UKS. Di sana terdapat Aldy kelas XI IPS-4 tengah membuka kunci UKS.
Hanna memegang keningnya.

Aldy menoleh mendapati Hanna.
"Hanna kenapa?."tanya Aldy.

Hanna masih dengan memegang keningnya.
"Gue boleh istirahat di UKS, engga?." tanya Hanna.

Aldy meraih kenop pintu lalu membukanya. Dia melepaskan sepatunya.
"Boleh, tapi sebelumnya Hanna kenapa?." tanyanya balik kini mengarah Hanna.

Hanna menurunkan tangannya, "Gue lagi engga enak badan. Kayaknya masuk angin deh." ucapnya berdusta.

"Oh." imbuh Aldy kemudian mempersilahkan Hanna masuk.

Hanna memasuki ruangan UKS.

Aldy mengambil remote AC yang disimpan di laci lalu menyalakan AC.

"Hanna, istirahat aja disana." ucap Aldy menunjuk kasur.

Hanna membelalakkan matanya, fiktor pun muncul pada otakknya. Ini masih pagi padahal.

"Saya tinggal dulu." ucap Aldy.

Dia menaruh remote di tempat semula kemudian berjalan keluar.

Hanna membaringkan tubuhnya, dia tersenyum senang karena bisa melihat Aldy lebih lama dari biasanya.

Aldy yang ramah, tinggi bahkan rapih dalam pakaian membuat Hanna menyukainya.

Sekitar 10 menit, Aldy datang dengan membawa segelas teh hangat dia memberikan teh hangat pada Hanna yang terduduk. Aldy terduduk di kursi dengan jarak yang agak jauh dari tempat Hanna.

Aldy tak mau menimbulkan fitnah di dalam ruangan ini, karna hanya ada Hanna dan dirinya saja.

Dia bahkan tak bisa menghubungi rekan-rekannya untuk menemaninya.

"Hanna, kamu kenal Reihan?." tanya Aldy. Sebenarnya hanya biar ada pembicaraan.

Hanna yang sudah meminum teh menaruhnya, "Iya, memangnya kenapa?." tanya Hanna rada kesal mendengar nama itu.

Aldy yang ingin berucap, menutup mulutnya kembali. Dia menghela nafas,"Engga. Cuma nanya aja." sahutnya.

"Kamu kenal dia?." tanya Hanna.

Aldy membelalakkan matanya, "iya, Kenal." jawabnya.

"Dia itu nyebelin, aku kesel banget sama dia. Tingkahnya itu loh." ceplos anak perempuan itu.

Aldy menggaruk tengkuknya, "Dia memang begitu." ucapnya seraya terkikik.

"Tapi, sebenarnya dia baik." imbuhnya kepada Hanna.

Hanna beranjak dari tempat itu.

"maaf, sepertinya saya bikin kamu letih karena saya terlalu banyak bicara." ucap Aldy.

Hanna tersenyum, "engga kok, aku udah agak mendingan." sahut Hanna.

Anak perempuan itu berjalan keluar.
Dia sudah tidak mood karena topik pembicaraan tadi.

"kayaknya saya terlalu banyak bicara." gumam Aldy.

***

Bel pulang sekolah, Tika, Hanna dan Larati berjalan bersamaan. Tepat didepannya ada seorang anak laki-laki membawa beberapa tumpukan buku. Karena terlalu banyaknya beberapa buku berjatuhan, Tika yang melihatnya ingin membantunya. Namun, Hanna menahannya.

"Jangan di bantuin, dia temennya Reihan." bisik Hanna kepada Tika.

Tika memutar bola matanya,
"Emang mau nolongin orang harus liat siapa dia?." ceplosnya kemudian berjalan menghampiri anak laki-laki itu.

"Bangsat. Gimana gue ambilnya coba?." ketus anak laki-laki itu bingung.

Seorang anak perempuan memungut buku itu, Ega yang melihatnya tertegun.
Amara Lestika, anak perempuan yang cantik, dan... Baik hati.

"Kenapa diem aja?." tanya Tika.

Ega menghela nafas, "Tumpuk aja disini." ucapnya.

"Engga, gue bantu bawa aja." ucapnya.
"Kasian bawaan lo banyak banget." lanjutnya seraya tersenyum

Ega mulai melangkahkan kakinya,berjalan memasuki ruang guru. Tika membuntutinya dari belakang.

Sedangkan, Hanna masih menahan tangan Larati.

"Seharusnya kita juga bantuin." imbuh Larati.

Hanna mendelik, "Ngapain di bantuin." ucapnya kemudian melepaskan tangan Larati.

Larati terdiam,mengepal tangannya.
"Sebenci apapun padanya. Jangan sampai melampiaskannya pada oranglain." seloroh Larati.

Gadis polos itu berucap seperti itu pertama kalinya. Hanna menatap Larati.

"bukan begitu." sanggah Hanna.

"Sebenci apapun kamu dengan Reihan, jangan sampai melampiaskannya ke oranglain." tutur Larati.

Larati berjalan mendahului Hanna, meninggalkan temannya sendirian di lorong.

Larati (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang