Chapter 18

128 27 29
                                    

Gosip
.
.
.
.
.

"Assalamualaikum." ucap salam dari seseorang yang berada dari luar.

Ranty tengah berada di dapur lantas berjalan ke ruang tamu membuka pintu.

"walaikumsalam, masuk Intan."ucapnya seraya membukakan pintu untuk Intan.

Reihan yang terduduk di sofa melihat Intan lantas meliriknya lalu kembali menatap ponselnya.

"pasti mau nebeng makan nih." ledeknya seraya menyengir.

Intan duduk di samping Reihan. Dia mengintip-ngintip apa yang sepupunya lihat.

"Intan, tante tinggal ya." ucap Ranty.

"iya, Tante." jawab Intan masih mengintip-intip.

Reihan yang menyadari Intan penasaran dengannya lantas mengechat Jerico lewat messenger.

Intan yang melihat itu lantas menaruh tangannya di leher Reihan. Siap untuk mencekiknya.

'Jer, dapet salam dari Intan.' tak berpikir panjang dia langsung mengirimnya.

"Reihann!!!." teriak Intan seraya mencekiknya.

Reihan terkejut membuat ponselnya jatuh begitu saja.

"Kak, beli kerupuk." ucap Ranty dari dapur.

Intan melepaskan cekikkannya, Reihan memegang lehernya lalu menatap sepupunya dengan mata juling serta menjulurkan lidahnya sebagai guyonan sebelum akhirnya dia menghampiri ibunya untuk mengambil uang.

Reihan berjalan kembali ke ruang tamu tangannya meraih kenop pintu berjalan keluar lalu menutup pintunya sebelum akhirnya dia benar-benar pergi ke warung.

Intan yang melihat handphone Reihan tergeletak di lantai lantas mengambilnya. Dia yang penasaran dengan chat yang di kirim Reihan kemudian membuka ponselnya.

Anak laki-laki itu tidak memasang password atau pola pada ponselnya membuat Intan dengan mudah membukanya.
Saat ponselnya terbuka lantas foto anak perempuan cantik langsung muncul diponsel Reihan. Intan tersenyum jahil. Dia menggeser, melihat beberapa foto itu yang berisi foto anak perempuan itu.

Seusai melihat-lihat galeri, dia lantas membuka aplikasi Facebook. Di pencarian terdapat nama Larati Aprita dengan cepat Intan mengestalk akun tersebut.
Melihat profile itu membuat Intan tersenyum, akhirnya dia mengetahui gebetan Reihan.

Mendengar suara sendal membuat Intan menaruh ponsel Reihan di tempat semula.

Benar saja, Reihan memasuki rumahnya dengan tangan menjinjing plastik berisi kerupuk. Setelah menutup pintu dia mengarah Intan.

"Lo liat hp gue, engga?." tanya Reihan pada Intan.

Intan yang saat itu pura-pura menonton televisi, kini mengarah Reihan.
"Gue engga liat." ujarnya kembali mengarah televisi.

Reihan berjalan ke dapur. Melihat Reihan yang sudah ke dapur lantas Intan beranjak dari sofa.

"Tante, aku pulang ya." ucap Intan.

Ranty, Ibu Reihan lantas menghampiri Intan.
"Kenapa pulang?." tanyanya.

"baru juga tante selesai masak."

Intan melihat Reihan tengah membantu ibunya menaruh makanan di meja makan lantas kembali mengarah Ranty.

"Engga usah. Intan udah makan ko." ucap Intan.

"Intan pamit, tan." ucapnya berjalan keluar.

Suara dering di ponselnya berbunyi. Dia membuka pesan lewat Facebook dari Aldo. Bukan Intan kalau tidak membagikan kabar ini kepada Aldo.
Mengetahui anak perempuan itu juga bersekolah sama dengannya, Intan tersenyum senang.

Engga sia-sia dia memiliki sepupu seperti Aldo.

***

Pagi itu, Reihan beserta ketiga temannya berjalan di koridor. Ega melihat Larati tengah terduduk di bangku dekat ruang guru lantas menyapanya.

"pagi, Larati." sapanya

Larati tersenyum,
"Iya, pagi." balasnya.

Elza dan Jerico pun tersenyum melihat Larati. Sedangkan, Reihan berjalan meninggalkan ketiga temannya.

Jerico yang melihat Reihan lantas memanggilnya, "Reihan."

Namun, anak laki-laki itu tak memperdulikannya.

Larati mendengus pelan.

"Larati duluan ya." ucap Jerico lalu berlaru begitu saja diikuti oleh Ega dan Elza.

Larati terduduk seorang diri menatap ponselnya.

"Ehh...lo taukan Reihan anak kelas XI IPA-8?." ucap salah satu anak yang kini duduk di dekat Larati.

"Iya, yang ikut tawuran kan?." balas temannya.

"matanya sampe ketusuk gila, kan. Padahal dia ganteng tapi nakalnya itu loh bikin kesel." ucap anak perempuan itu.

"iya, sayang banget ya. Coba dia engga nakal mungkin udah pada naksir kali." sahut temannya.

Larati hanya berusaha menahan rasa kesalnya.

Dia percaya Reihan tidak seperti itu.

***

Jam istirahat,  Larati berada dikantin tengah menikmati mie rebusnya bersama Tika.

"Ehh..Eh.. Aneh engga sih kalau Reihan engga di keluarin dari sekolah?." ucap seseorang terdengar jelas oleh telinga Larati.

"Padahal dia suka bolos, tawuran. Tapi engga pernah di keluarin."

"seharusnya kepala sekolah mengeluarkan Reihan dan teman-temannya."

"gara-gara Reihan, Diko jadi ikut tawuran."
"kamu jangan dekat-dekat Reihan."

"julukan sibiang masalah memang pas untuk dia."

"Haha... Dia juga pernah ketauan ngerokok di toilet sama Pak Toruh."

"Iya Iya.. Gila. Dipermalukan satu sekolah."

"dia kan engga punya urat malu."

"benar... benar..."

"Dia juga pernah ketauan jalan sama tante-tante."

"Gillaaa."

"No pict hoax."

"Jerico juga suka balap liar. Suka dugem."

"Gillaaa."

"Elza dulu suka malakin orang terus tukang mukul orang."

"Ega ketauan ngerokok di toilet, pernah ngepost foto seronok di facebook."

"coba akunnya apa."

"nih liat aja di hp gue, udah engga aktif lama sih akunnya."

"wahh... Bener bener."

"kamu jangan liatin terus dong!."

"Citra Reihan Cs memang jelek ya."

"tapi mereka masih punya muka."

Larati kesal sekali mendengarnya dengan cepat Tika meraih tangan Larati.

"Itu kan hanya omongan, belum tentu benar terjadi." bisik Tika.

"bagaimana kalau Reihan mendengarnya?." ucap Larati.

"memangnya mereka berani pada Reihan?." seloroh Tika kesal.

"Manusia yang hanya berbicara di belakang sudah pasti hanya besar omongan saja." sahut Tika.

"nyalinya ciut." Tambahnya.

Intan yang melihat Larati dari kejauhan tersenyum senang.

Orang yang Reihan sukai memang tidak salah.

Larati (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang