Chapter 31

57 9 6
                                    

Di Ambang Batas'2'
.
.
.
.
.

Jerico memberhentikan rekam suara, dia mulai memasuki ponselnya ke dalam saku celananya lalu membuka pintu secara tiba-tiba.
Sontak, membuat kedua anak laki-laki yang sedang berbincang itu menutup mulutnya saat melihat Jerico yang sedari tadi disana.

"Gimana permainannya?." ucap Jerico seraya menyunggingkan senyuman.

***

"Han, Kimia lo masuk kelompok 1." ucap Alvin memgecilkan suaranya.

Reihan yang sedang menulis lantas memberhentikan tangannya lalu menoleh,
"Aduh...kelompok pertama lagi." dengusnya.

"Lo sekelompok sama gue." ujar Alvin menjeda.

Reihan yang mendengarnya tersenyum.

"salah satunya juga ada Darren." lanjut Alvin membuat senyum di bibir Reihan pudar.

***

Pukul 12.00, jam pelajaran telah selesai. Seperti biasa alarm di jamnya berbunyi dengan cepat dia memasuki toilet.

Reihan mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebuah kotak berwarna biru navy berukuran kecil serta air mineral. Dia mengeluarkan sesuatu dari kotak itu.

Sebuah pil keluar dari kotak kecil. Alih-alih hendak memasukkan ke dalam mulutnya. Suara gedoran pintu membuat Reihan memasukkan air mineralnya dengan tergesah-gesah lalu dia keluar dari toilet.

Ternyata orang itu adalah Jefri, murid kelas XII IPA-2.

Reihan yang sudah keluar dari toilet membuat Jefri memasuki toilet lalu dia menghampiri ketiga temannya yang sudah menunggunya di kantin.
.
.
.
Jefri yang melihat satu pil ada di lantai lantas memungutnya, dia pun melihat kotak kecil berwarna biru navy tergelak tak jauh dari pil yang di pungutnya.

Melihat kotak itu berisi pil yang mencurigakan lantas dia mengurungkan niatnya membuang air besar. Dia keluar dari toilet kemudian berlalu begitu saja dengan membawa kotak itu.

***

"Assalamualaikum." ucap Reihan seraya membuka pintu rumahnya.

Tak ada yang menjawab salamnya. Reihan memasuki rumahnya sambil menutup pintunya. Dia berjalan memasuki ruang utama melewati kamar orangtuanya yang sepi. Bahkan, dua adiknya pun tidak ada.

Reihan memasuki kamarnya, dia menduduki sisi tempat tidur seraya memangku tasnya yang sedari tadi di pundaknya.

Dia membuka seleting utama di ranselnya. Akan tetapi, barang itu tidak ada di ranselnya. Reihan membuka seleting yang besar, dia mengeluarkan semua isi yang ada di ranselnya.
Namun, barang yang di carinya belum juga di temukan.

Reihan yang merasa meninggalkan barang itu lantas mengacak rambutnya kesal.

Larati (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang