Chapter 26

80 9 7
                                    

Pembenci
.
.
.
.
.

Tika yang berjalan menuju kelas Larati lantas dia berpapasan dengan Hanna.
"Hanna." sapanya seraya tersenyum.

Bukannya membalas sapa Tika, Hanna malah memasukki kelasnya seolah tak melihat Tika.

Tika merasa di abaikan. Dia hanya menghela nafas dalam, berusaha sabar dengan sikap temannya.

***

Reihan berjalan dari meja ke meja teman sekelasnya untuk mengumpulkan buku tugas Bahasa Indonesia.

Alih-alih memberikan bukunya pada Reihan, mereka lebih memilih mengumpulkan buku di atas meja Alvin, wakil ketua kelas.

Alvin yang melihat tingkah teman sekelasnya lantas mengarah ke Reihan yang berdiri di depan meja guru.

Bukannya marah Reihan malah tersenyum pada Alvin. Alvin semakin tidak enak pada Reihan.

Dia membawa tumpukan buku itu, Reihan pun membantunya membawa setengah tumpukan buku tersebut lalu berjalan keluar kelas menuju ruang guru.
.
.
.
Elza yang melihat Reihan sudah keluar lantas menatap teman sekelasnya secara bergantian.

"Hargain Reihan bangsat!." ucapnya kasar.

Darren yang mendengar ucapan Elza lantas menyahutinya.
"Lah, emangnya Reihan jadi ketua kelas karena kita yang milih?."

"kan engga." selorohnya seraya mengarah teman sekelasnya.

Intan yang mendengar ucapan Darren sudah bersiap memegang botol minumnya berniat ingin menyiram anak lelaki itu.

Sebelum Intan melakukannya, Elza lebih cepat meninjukan tangannya ke wajah Darren.

Membuat kedua anak laki-laki itu bertarung saling meninju, bukan meleraikan yang lain malah sibuk merekam serta bersorak.

Larati yang melihatnya menjadi ketakutan, dia langsung memberitahukan Reihan melalui chat massanger.

Pak Abraham yang berniat ingin memasuki ruang guru mendengar beberapa murid yang berpapasan dengannya tengah membicarakan XII IPA-1.
Mendengar itu dia lantas berjalan cepat menghampiri kelas yang di pegang olehnya.

"Gue engga suka ya anak kriminal kayak lo masuk kelas ini." ucap Darren seraya memegang hidungnya yang berdarah, matanya tertuju pada Elza.

Elza yang di tahan oleh Intan lantas berontak, dia menarik kerah baju Darren lalu meninjunya.

Pak Abraham yang melihat kelas IPA-1 ramai di keremungi murid dari kelas lain lantas di beri jalan oleh murid kelas lain.

"Bubar." ucap Pak Abraham.

Membuat semua murid kembali ke kelasnya masing-masing.

Pria itu memasukki kelas, melihat dua muridnya tengah ribut dan beberapa murid malah mengabadikannya membuat pria itu tak segan merebut ponsel dari tangan murid.

Dia berdiri mengarah dua muridnya yang masih berantem lantas dia mengambil pengapus papan tulis kemudian meleparnya ke arah dua murid itu.

Elza dan Darren berhenti. Pak Abraham menarik dua anak tersebut ke ruang guru.

***

"Saya dengar kamu di tunjuk jadi ketua kelas?." ucap Pak Ruli.

Reihan dan Alvin tengah di ruang BP. Bukan berbuat ulah, mereka hanya sekedar mengobrol antara guru dan murid.

Reihan hanya tersenyum.

"Alvin, kalau Reihan bolos kamu omelin aja. Masa ketua kelas bolos." ucap Pak Ruli membuat kedua anak laki-laki itu tertawa.

"Iya, saya omelin pak." ucap Alvin di sela-sela ketawa.

Sesekali Reihan melihat ponselnya. Dia yang mendapati pesan dari Larati lantas membuka pesan tersebut.

Setelah membaca pesan tersebut dia langsung berbisik pada Alvin.

Alvin pun terkejut. Kedua anak laki-laki itu lantas beranjak dari tempat duduknya.

Berpamitan dengan Pak Ruli.

Alvin menuju kelas. Sedangkan, Reihan menemui Pak Abraham.

Larati (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang