Chapter 8

145 38 3
                                    

Lihat Dia!
.
.
.
.
.

Semua murid tengah mengikuti upacara hari senin. Hari ini kelas IPS-3 yang bertugas sebagai petugas upacara.

Dimana Saat ini, Aldy tengah membacakan Undang-Undang dengan lantang dan jelas.

Hanna tersenyum melihat seseorang yang di sukainya begitu gagah berdiri sana.

Berbeda dengan Pak Tohur, pengawas upacara yang selalu bertugas mengawasi para murid dari barisan belakang.
Kali ini dia berdiri di belakang barisan kelas XI IPA-8. Pak Tohur berdiri tepat di samping Edi.

"Dimana anak itu?." tanya Pak Tohur.

Edi menengok, ekspresinya pun saat melihat Pak Toruh menjadi ketakutan. Tentu saja, Pak Tohur adalah guru PKN kelas X. Dia terkenal dengan sikapnya yang sangat galak terhadap murid,   bahkan dengan nada bicara pun bikin bulu kuduk berdiri.

"Siapa pak?." tanya Edi gugup, namun, dia memberanikan diri.

"Itu anak yang sering ke ruang BP." seloroh Pak Tohur.
"Kemana dia?." tanya Pak Toruh seraya mengarah Edi.

Edi pun menundukkan kepalanya,
"Saya engga lihat dia pak." imbuhnya jujur.

Tak lama, Pak Tohur pun pergi.

Edi yang melihat Pak Toruh pergi lantas menghela nafas. Alvin, ketua kelas yang berdiri di depannya sontak menoleh ke arahnya.
"Pak Tohur kenapa?." tanya Alvin pada Edi yang sudah bernafas lega.

"Dia nanyain Reihan." jawab Edi.

Alvin pun menjinjitkan kakinya, melihat teman-temannya yang berada di barisan.
Kemudian menoleh ke arah Edi,
"Reihan tadi ada. Kemana dia?." ucap Alvin.

"Sebenernya gue liat dia tadi di kantin." ucap Edi memberitahu Alvin.

Alvin yang mendengarnya melebarkan bola matanya. Kakinya melangkah mundur.

"Lo jangan kesana. Mungkin, Reihan udah engga di kantin." ucap Edi membuat Alvin kembali ke barisannya.

"bahaya kalau lo kesana, Vin. Pak Tohur pasti disana. Yang ada lo kena kasus sama dia." ucap Edi menjelaskan masalah yang akan di terima Alvin jika dia pergi.

Alvin mengangguk mengerti.

***

Ketika Pak Chaerul ingin memberikan amanat, tiba-tiba Pak Tohur datang bersama seorang anak laki-laki. Pak Tohur menghampiri Pak Chaerul.

"Izin sebentar Pak." ucapnya pada Pak Tohur.

Semua murid tertuju pada anak laki-laki itu. Alvin dan Edi yang mengetahui kalau itu teman sekelasnya lantas berucap,"Reihan ketangkep, Vin."

Alvin lantas membalikkan badannya,  melihat Pak Ruli yang berdiri di depan ruang guru. Wali kelasnya itu hanya menepuk-nepuk jidatnya.

Pak Toruh menarik kerah baju Reihan.
"Kalian lihat ini!." ucap Pak Toruh.

Hanna yang melihat Reihan lantas menoleh ke arah Larati dan Tika seraya menyunggingkan senyuman.

"Anak ini ketahuan merokok di toilet." ucap Pak Toruh.

Aldy yang begitu kenal Reihan lantas menatapnya, Reihan mengarah pada Aldy yang kini mengarah padanya lalu menundukkan kepalanya.

"Mati saja kau, Merokok di tempat yang tidak seharusnya." teriak Pak Toruh kepada Reihan.

Reihan menggigit bibir bawahnya seraya mengepal tangannya.

Tak lama, Pak Chaerul menghentikan aksi Pak Toruh. Baginya, Ucapan Pak Toruh sudah kelewatan untuk seorang guru yang harusnya mendidik dengan ucapan yang baik.

Pak Toruh melepaskan kerah baju Reihan yang longgar akibatnya cengkraman yang kuat.

"Kembali kebarisan, ya." bisik Pak Chaerul pada Reihan.

Reihan mengangguk, "Terima kasih, pak." ucapnya lantas dia berjalan menuju barisan kelasnya.

Sedangkan, Pak Toruh menatap Pak Chaerul tidak adil. Pak Chaerul merangkul Pak Toruh, "Anak seperti itu tidak boleh di kasari, dia harus di rangkul." ucapnya pelan.

Pak Toruh mendelik kesal, dia pergi begitu saja.

***

Brak. Suara pukulan meja membuat Reihan tersentak kaget, anak laki-laki itu mengelus dadanya.

"Kamu ini..." ucap Pak Ruli emosi.

Reihan menundukkan kepalanya.

"Kamu tau ini kasus kamu ke berapa kalinya. Memangnya kamu mau di keluarkan dari sekolah ini?." ucap Pak Ruli, pria itu kemudian mendengus letih.

Reihan menggelengkan kepalanya pelan. Menandakan dia tidak ingin hal itu terjadi padanya.

"Saya tau sebetulnya kamu bisa bedakan mana tempat yang cocok atau tidak untuk merokok." ucap Pak Ruli.

"Kamu ini masih muda, jangan membawa penyakit pada diri sendiri." tegas Pak Ruli.

"Maaf, Pak." ucap Reihan.

Pak Ruli menghela nafas,
"bagaimana pun kamu itu tanggung jawab saya di sekolah. Saya tidak ingin murid saya di keluarkan, jadi kamu juga harus bisa bekerja sama dengan saya. Jangan membuat masalah." ucap Pak Ruli.

"Baik, Pak." sahut Reihan.

After you make a mistake, everyone will see you as a devil.

Larati (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang