"Cantik tapi beracun. Mengajarkan bahwa tidak semua yang terlihat istimewa diluar pasti istimewa didalam."
***
Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang jelas kepalaku pusing sekali. Untuk membuka mata pun beratnya minta ampun. Tanganku juga pegal rasanya.
Meskipun berat, aku mencoba untuk membuka mataku. Yang pertama kali kulihat adalah ruangan asing, serba putih, dan aroma obat yang sangat menyengat. Kulihat tanganku, ah diinfus. Pantas saja pegal sekali. Aku berfikir pasti ini rumah sakit, tapi aku sakit apa? Aku menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Disampingku berjajar tiga ranjang yang ditempati oleh remaja wanita seusiaku, nenek tua, dan pria dewasa. Tidak ada ayah dan ibu, kemana mereka?
Tapi tunggu, kenapa tangan kiriku terasa seperti ada yang menindih. Dan ternyata saat kulihat ada Kevin yang tengah tertidur pulas dengan wajah yang menghadap kearahku. Ternyata dia yang menjagaku selama disini. Dan kau tau bagaimana perasaanku saat itu? bahagia, benar-benar bahagia.
Aku merasa diperhatikan, dijaga, dilindungi, oleh seorang pria yang menyebut dirinya sahabat. Dan kini wajah tampan nya itu sedang tertidur pulas diatas tanganku. Aku bahkan berpikir bahwa ini mimpi. Ingin aku membelai wajahnya, sekali saja aku ingin merasakannya.
Aku pun mencoba untuk mulai menggerakkan tanganku, perlahan, perlahan, dan... tiba-tiba kepalanya bergerak. Gagal sudah rencanaku.
"Ah, gagal," gumamku dengan kesalnya.
Mata Kevin terbuka, dia bangun dan melihatku dengan terkejut.
"Mel, lo udah sadar? Gimana? Apa yang lo rasain? Masih sakit?"
Dia berkata seperti itu sambil memegang keningku."Mmm...masih pusing, Ayah sama Ibu mana?"
"Satu jam yang lalu mereka disini, habis itu pamit pulang sebentar. Eh belum balik lagi."
"Oh, gue sakit apa sih? Ini dimana?"
"Lo di Puskesmas Mel, habis pingsan lo langsung dibawa kesini. Kata dokter lo kecapean sama kurang cairan, makannya banyakin minum air putih, jangan es mulu."
"Trus gue tidur udah berapa lama?"
"Waktu pingsan lo udah siuman, cuma sebentar. Pas sampe sini, dokter langsung nyaranin rawat inap sampe kondisi lo stabil lagi. Habis itu lo dikasih obat dan langsung tidur lagi masa nggak inget sih? Kira-kira udah ada tiga jam kita disini."
"Terus lo gitu yang nungguin gue?"
"Iyalah, demi liat lo sembuh apapun gue lakuin deh."
Serius? Ini Kevin? Perhatian banget sih. Tapi wajarlah, dia kan sahabat aku. Tapi dengan perlakuan dia yang seperti ini, membuatku semakin menaruh hati terhadapnya.
Salahkan aku sebagai perempuan mencintai sahabatku sendiri? Mencintainya sebagai seorang pria, bukan sebagai sahabat. Karena dia memberiku perhatian yang sudah lama tidak aku rasakan.
***
"Vin, gue laper. Cariin makan dong, plisss. Ini jam berapa sih?" Aku ingat aku belum makan sejak pulang sekolah tadi. Pantas saja aku lapar sekali.
"Baru jam 8 kok. Belum terlalu malem, mungkin masih ada tukang bubur. Gue cari dulu ya?"
"Makasih ya?"
"Santai aja."
***
Kulihat wanita disampingku terus memandangiku. Dia sendirian sejak aku melihatnya pertama kali tadi. Wajahnya cantik sekali, rambutnya ikal sebahu, dan kulitnya putih. Dia tampak tersenyum saat aku memandangi dirinya. Aku pun membalas senyumannya. Dia pun mencoba untuk menyapaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Tunggu Kau di Ujung Dermaga
RomanceRank : #1 on #pelaut 20 Okt 2018 Camelia melabuhkan cinta pertamanya pada seorang pelaut. Sosok yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali, namun juga memberikan luka pertama yang akan selalu membekas di hatinya. Kehadiran sahabatnya perla...