6-Hampir Menjadi Hari yang Sempurna

450 21 15
                                    

"Aku benci berharap. Dan jangan sekali-kali membuatku berharap padamu. Karena itu hanya membuatku bimbang dan bingung untuk menentukan pilihanku."

***

"Dia salah paham. Aku itu bukannya takut. Tapi belum siap aja buat ketemu dia. Meskipun waktu itu aku pernah nekat buat ngejar dia, tapi tetep aja, aku belum siap."

"Sebenernya, masalah kalian sebesar apa sih?"

"Bukan besar, hanya terlalu rumit untuk dibahas..." Aku menghembuskan nafas, putus asa.

"Yaudah, coba jelasin gih ke dia."

"Aku nggak bisa, bingung mau ngomong apa."

"Kalian harus ketemu langsung kalo gitu."

"Nggak!!! Nggak, nggak, nggak!!!"

"Ampun deh, aku jadi ikut pusing kalo gini, bikin bingung aja. Emang kamu masih suka sama dia? Kok sampe segitunya sih?"

"Jujur aja, sekarang aku udah mulai suka sama orang lain. Tapi, di sisi lain aku juga masih kangen sama Mas Dirga. Terlalu indah kenangan yang dia kasih. Baiknya, dewasanya, romantisnya, pokoknya belum ada cowok yang bisa gantiin sosok Mas Dirga di hati aku."

"Meski kamu udah suka sama orang lain?"

"Ya, aku hanya berusaha membuka hati dan berhasil. Rasa suka itu kan bisa muncul karena kita udah nyaman kan sama orang itu."

"Cieee...siapa sih cowo yang berhasil bikin kamu jatuh cinta lagi?" Ata mulai menggodaku, dan itu sukses membuatku malu. Apalagi jika dia tahu, pria yang kusukai adalah Kevin.

"Ra...ha...si...a..."

"Ah, nggak seru."

Aku pun hanya tertawa karena berhasil membuat Ata cemberut. Malam ini pun kami lewati dengan saling bertukar cerita. Aku tidak menyangka akan semudah ini akrab dengan Ataya. Tapi aku mengakui, dia memang sosok yang menyenangkan dan mudah mencairkan suasana.

***

Tok...tok...tok...

"Nak, ada Kevin nih. Mau jemput Ataya katanya." Suara ibu di luar kamar menghentikan pembicaraan kami.

"Yaaaaah...padahal baru jam delapan." Ata terdengar kesal karena Kevin mengganggu ceritanya.

"Udah, pulang gih. Nanti main lagi. Btw ceritaku tadi rahasia ya? Jangan bilang ke Kevin, dia ember."

"Santai aja."

Aku pun mengantar Amel ke ruang tamu. Rupanya masih gerimis dan Kevin terlihat sedikit kebasahan. Dia sedang duduk manis sambil bermain game saat kami tiba di sana.

"Nih Ata nya. Nggak gratis yaaa? Hehe..." ujarku seraya menyenggol lengan Ata.

Kevin pun berdiri dan mengacak rambutku seperti biasanya. "Tenang aja kali, nih martabak keju kesukaan lo."

"Aaaaaaa!!!!! Makasih Kevin, baik banget deh." Aku menerima bingkisan itu dengan wajah berseri-seri.

"Cieeeee, seneng nih. Yaudah aku pulang dulu ya? Makasih ya udah mau direpotin, hehe."

"Santai aja kali, ya nggak Vin."

"Yoi, eh Ta nih payungnya. Duluan aja ke mobil, gue ada urusan bentar."

"Huhh, nyuruh-nyuruh!!" Meski kesal, Ataya tetap pergi lebih dulu. Aku pun bingung, apa sebenarnya yang akan dibicarakan oleh Kevin.

Dia pun berdiri di hadapanku dengan tatapan menyelidik. Aku mengerutkan kening, bingung dengan sikapnya yang mendadak aneh.

Ku Tunggu Kau di Ujung DermagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang