Rank : #1 on #pelaut 20 Okt 2018
Camelia melabuhkan cinta pertamanya pada seorang pelaut. Sosok yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali, namun juga memberikan luka pertama yang akan selalu membekas di hatinya.
Kehadiran sahabatnya perla...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I love you, for now and forever
. . .
Dua bulan sudah berlalu sejak pernyataan cinta yang absurd itu. Selama itu juga aku mulai mengenalnya lebih jauh. Dia adalah sosok yang dewasa, yang mampu mengimbangiku dalam segala hal. Dia adalah seseorang yang selalu ada untukku, melindungiku, dan memberiku kekuatan. Aku akui, mungkin saat ini aku menjadi orang yang terlalu bergantung padanya.
Hari ini, adalah hari pertamaku duduk di bangku SMA, sebenarnya tidak, minggu lalu aku sudah menjalani OSPEK. Ayah sudah memutuskan untuk mendaftarkanku di sekolah swasta yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Aku juga senang saat mengetahui bahwa sekolahku juga tidak begitu jauh dengan akademi tempat Mas Dirga menimba ilmu. Meski begitu, tentu saja kita tetap tidak bisa sering-sering bertemu.
"Nak, kamu mau dianterin Ayah apa Kakak?" Ujar ibu saat tengah menyiapkan sarapan. Dua hari yang lalu kakak memang pulang untuk menengok ibu dan ayah, namun ia tidak mengajak serta istrinya karena sedang hamil muda dan tidak ingin membuat istrinya kelelahan di perjalanan mengingat jarak antara Jakarta dan Bandung yang cukup jauh.
"Udah sama kakak aja, sekalian kakak berangkat." Terdengar suara kakak yang tengah bersiap di dalam kamar.
"Nggak ah, Amel mau sama Kevin aja kita udah janjian mau berangkat bareng."
Ini juga termasuk salah satu kebetulan yang membuatku bersyukur. Pada awalnya Kevin akan mendaftar di sekolah negeri, begitupun Chanya. Tentu saja aku sedikit kecewa karena aku tidak bisa bersama dengan mereka di jenjang akhir sekolahku. Namun sepertinya, dewi fortuna tidak berpihak kepada mereka. Mereka gagal, dan akhirnya kita bisa bersama kembali dalam satu sekolah. Ya bisa dibilang aku memang sedikit lega.
"Assalamualaikum!!!" Teriak seseorang yang tiba-tiba saja batang hidungnya sudah berada di ruang makan.
"Waalaikumussalam, belum aja disuruh masuk ni anak."
"Biasa juga gitu hehe," ujar Kevin tanpa rasa bersalah.
"Tante, om, pamit dulu ya." Kevin menghampiri orangtuaku satu persatu dan mencium tangannya.
"Ke kakak enggak nih?" ujar kak Indra yang baru saja keluar dari kamar dengan seragam lengkap.
"Eh ada Kakak, pamit juga ya hehe. Udah rapih aja Kak, mau kemana?"
"Mau berangkat lagi ini. Jagain Amel ya, baik-baik kalian."