"Saat kamu menjadi temanku, saat itu pula kamu menjadi seseorang yang berharga dalam hidupku."
***
Kriiiiing...kriiiiing...
Jam menunjukkan pukul 04:30, aku terkejut dengan suara alarm ponsel yang sebenarnya sudah sangat biasa di telingaku. Aku bergegas untuk bangun, namun rasanya mataku ini sulit diajak untuk berkompromi.
"Sepuluh menit lagi deh."
Akhirnya aku menekan opsi "tunda 10 menit" pada layar ponsel dan kembali tidur.
Kriiiiing...kriiiiing...
"Ishhhh...nyebelin!!sepuluh menit lagi..."
Aku tidak mempedulikan alarm dan melanjutkan tidurku, mungkin aku terlalu lelah kemarin hingga rasanya pagi ini aku ngantuk sekali.
***
Tok..tok..tok..
"Mel, kamu nggak sekolah nak? Udah jam enam ini!!" terdengar suara ibu berteriak dari luar kamarku.
"Amel!!!!"
Aku terkejut bukan main.
"Hahh!!!" sontak aku terbangun dan melihat jam dinding. Benar pukul 06:05, aku kesiangan.
Bergegas aku meraih handuk biru milikku dan berlari ke kamar mandi. Aku tidak mempedulikan ibu yang hampir terjatuh karena tersenggol olehku.
"Ada-ada aja nak kamu ini."
***
"Bu Amel berangkat," ujarku dengan roti selai yang masih penuh di dalam mulut.
"Habisin dulu susunya!"
"Telat bu, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
"Duh telat nggak ya? Pasti angkot udah berangkat nih." Aku harap-harap cemas sambil berjalan ke tempat biasa aku menunggu angkot.
Sepi, kulihat jam telah menunjukkan pukul 06:45. Aku sangat berpeluang terlambat hari ini. Aku hanya berdiri dengan gelisah di pinggir jalan raya dan berharap bisa menemukan angkot lain yang searah.
Tinnnnn...
"Chanya!!!"
"Masuk, cepetan udah siang ini."
Untungnya ada Chanya, rupanya dia juga kesiangan. Chanya mengebut di jalanan ibukota yang masih cukup lengang. Aku yakin, saat ini pun bel sudah berbunyi.
"Lo kesiangan juga ternyata."
"Iya nih, Mami nggak bangunin gue."
"Pak Arfan udah dateng belum ya? Kita pasti dihukum nih." Pak Arfan adalah guru Sejarah Indonesia yang terkenal killer. Baginya, kata "terlambat" tidak ada di dalam kamus kehidupannya.
***
Kami memasuki gerbang bertuliskan "SMA Jayakarta" yang beruntung belum ditutup oleh Pak Seto, satpam sekolah kami.
Chanya dengan cepat memakirkan mobilnya dan kami berlari menuju kelas. Lengang, semua kelas sudah memulai kegiatan belajarnya. Langkah kami sangat terdengar jelas di sepanjang koridor dan sejujurnya menimbulkan suara yang sangat menarik perhatian seisi kelas yang kami lewati.
"Assalamualaikum..." aku terengah-engah saat mengucapkan salam. Dan tentu saja, seisi kelas memandang ke arah kami dengan tatapan iba.
"Waalaikumsalam..." senyuman killer menghiasi wajah Pak Arfan yang tengah membuka kegiatan belajar pagi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Tunggu Kau di Ujung Dermaga
RomanceRank : #1 on #pelaut 20 Okt 2018 Camelia melabuhkan cinta pertamanya pada seorang pelaut. Sosok yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali, namun juga memberikan luka pertama yang akan selalu membekas di hatinya. Kehadiran sahabatnya perla...