1-Kenangan

1.8K 97 166
                                    

"Benar,aku selalu saja mengingat mu meski kabut kebencian itu masih selimuti hatiku."

...

Rintik hujan perlahan terdengar mulai deras dipagi itu. Tidak ada mentari ataupun kicau burung yang selalu bersahutan. Yang ada hanyalah hujan. Semesta memang kadang suka berubah tanpa bisa diprediksi, termasuk kamu.

Aku merindukan saat-saat seperti ini. Aku lupa kapan terakhir kalinya aku mencium aroma khas tanah yang terkena guyuran hujan untuk pertama kalinya. Sungguh menentramkan. Musim kemarau tahun ini memang lumayan panjang. Jadi wajar aku sangat menantikan datangnya hujan. Apalagi ditengah panasnya udara ibukota.

Aku duduk memandang keluar jendela, ditemani segelas susu dan roti tawar yang sudah habis sejak tadi. Jam masih menunjukkan pukul 05:30, artinya masih terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah. Aku melihat diluar air mulai menggenang, akan sulit bagiku untuk berjalan kaki ditengah guyuran hujan deras seperti ini.

"Hmm...Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang," Gumamku.

Kata orang, jangan pernah mau punya kenangan saat hujan karena nanti kamu akan tersiksa oleh kenangan itu apabila hujan turun. Mungkin itu ada benarnya. Aku ingat dua tahun yang lalu ada seseorang yang di waktu senggangnya dia gunakan untuk menungguku di depan gerbang sekolah setiap musim hujan tiba. Benar, hanya musim hujan. Aneh memang tapi itulah kenyataannya. Katanya, takut aku sakit atau seragamku basah karena kehujanan. Dia selalu meminjamiku jas hujan miliknya dan membiarkan dirinya yang basah kehujanan. Dia rela jauh-jauh dari sekolahnya hanya untuk menjemputku. Teman-temanku sama sekali tidak ada yang tahu karena aku selalu pulang lebih lambat, yakni saat sekolah sudah benar-benar sepi. Aku sengaja pulang lambat hanya untuk menunggu dia. Bagiku sekarang, itu adalah pengorbanan yang sia-sia. Bukan aku tidak bersyukur atas apa yang dulu ia lakukan untukku. Tapi, aku hanya menyesali kenapa dulu dia lakukan itu. Toh, sekarang pada akhirnya aku bukan milikmu dan kamu pun bukan milikku.

Ponselku bergetar, sms dari Kevin sahabatku.

Kevin
Lo dimana? Belum berangkat kan? Bareng gue aja

Amel
Belum, masih hujan. Terserah lo aja

Kevin adalah sahabatku sejak SD. Dia anak baru pindahan dari Pekan Baru, Riau. Dan anehnya, kami dulu cepat akrab hanya karena dia tahu kalau aku suka dengan film Disney. Film Disney tidak selalu berbau anak perempuan kan? Dan dia dulu antusias menceritakan tentang Lion King. Ah, masa itu rasanya sungguh membahagiakan. Bisa bercerita tentang banyak hal, dan tentu saja jauh dari kata cinta.

Kami tidak satu SMP, tapi kini Kevin kembali satu sekolah denganku di SMA meski tidak satu kelas. Dia tidak pernah bercerita padaku tentang perempuan yang disukainya. Aku pun tidak pernah menceritakan orang yang kusukai kepadanya. Pacar pun aku ragu dia punya. Berbeda denganku, kelas 3 SMP adalah awal aku mengenal cinta. Tapi setelah berpisah dengan dia, aku mulai merasa nyaman dengan Kevin. Aku sadar mungkin Kevin tidak tahu tentang perasaanku ini. Tapi biarlah, aku belum berharap lebih padanya karena kita hanyalah sepasang sahabat.

Suara ibu membuyarkan lamunanku.

"Mel... itu Kevin nungguin dari tadi di depan. Bengong aja."

"Kevin? kapan datengnya Bu?"

"Tadilah, ibu kira kamu masih
ganti baju."

"Oh, maaf Bu. Yaudah Amel berangkat ya Bu?"

"Iya, hati-hati."

Ku Tunggu Kau di Ujung DermagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang