SEPULUH TAHUN YANG LALU,
Suatu sore, disebuah taman kota di Bandung,
"Mama tidak mau tahu, kalau Papa masih sayang Mama, dan anak-anak, Papa harus hentikan kegilaan ini, Papa harus tinggalkan dia, wanita itu untuk kami," suara teriakan seorang wanita.
"Tapi itu tidak mungkin Ma..."
"Kenapa tidak mungkin? Papa sudah tidak mencintai Mama? Papa tidak mencintai anak-anak?" tanya Mama. "Atau dia hamil anak Papa?" tanya Mama, suaranya menurun dari sebelumnya.
Papa menggelengkan kepalanya. Tidak menjawab apapun membuat Mama menduga-duga.
Dan Mama tidak sempat berkata apa pun, karena dari tempatnya duduk terdengar suara lengkingan rem mobil yang ditarik paksa, juga teriakan ketakutan, dari masayarakat yang melihat.
"BRAKKKK.." suara benturan hebat, jerit kesakitan, dan teriakan histeris orang-orang yang melihat kejadian itu, membuat Mama dan Papa itu bergegas mencari tahu suara mengerikan itu.
Papa terpaku sejenak, ia dapat merasakan nyeri didadanya saat melihat pemandangan didepan matanya, melihat korban yang tergeletak di tengah jalan, dengan genangan darah yang keluar dari kepalanya.
Darrel, dan tidak jauh dari posisi Darrel, Diandra pun tergeletak dengan kondisi yang sama mengenaskan.
"Darrel..." Papa berlari disamping tubuh Darrel yang dia tidak bergerak, menatapnya dengan tidak percaya. Keadaan Darrel dan Diandra yang sama-sama mengenaskan, dan otaknya masih belum bisa mencerna, apa yang terjadi dengan keduanya.
"Darrel.." bisik Papa lirih sambil mengusap kepala mungil yang basah oleh darah yang keluar dari lukanya.
"Mereka harus segera dibawa kerumah sakit," teriak seseorang.
Dengan getar ketakutan Papa menghampiri Darrel, dan Diandra, tapi hanya Darrel yang Papa dan Mama peluk dengan penuh perasaan, dan membiarkan Diandra terkapar tanpa penangan, hingga akhirnya ambulance datang tidak lama kemudian, dan polisi datang yang akan mengamankan pelaku yang hendak kabur dari tempat kejadian.
****
DUA HARI KEMUDIAN
Diandra berusaha membuka matanya, walaupun setiap kali ia berusaha membuka matanya rasa sakit dikepalanya terasa sangat menyiksa.
Kening Diandra berkerut seolah mengingat-ingat kejadian yang terlupakan olehnya, dan saat ia telah mengingatnya, ia melonjak kaget, matanya terbeliak lebar dan liar, ia menatap sekelilingnya, dan saat ia tidak melihat objek pencariannya, "Darrel, dimana Darrel?" tanyanya panik, matanya berkeliaran mencari sosok Darrel di setiap sudut ruangan.
Hening. Yang terdengar hanya suara-suara denging dari mesin-mesin yang dihubungkan ketubuhnya.
Airmata Diandra keluar membanjiri wajahnya yang pucat, ia melupakan kepalanya yang sakit, juga kondisinya yang baru bangun.
Tanpa menjawab Mbok Sumi menangis, membuat Andra khawatir, "Neng sabar ya...!" nasihat Mbok Sumi.
Diandra mulai menangis, "Mbok Darrel..."
"Den Darrel masih berada di ICU Neng, nanti kalau Neng Andra sudah kuat Mbok akan antar Neng Andra untuk melihatnya..
Diandra beringsut bangun, "Andra sudah kuat, kita lihat Darrel sekarang Mbok!" ajaknya. Walaupun Diandra tahu, kondisinya masih memprihatinkan, dengan sakit dikepalanya, juga tubuhnya yang terasa sakit di banyak bagian tubuhnya.
Mbok Sumi menganggukan kepalanya, "Mbok akan meminjam kursi roda, karena Neng Andra belum cukup kuat berjalan, dan meminta tolong perawat untuk mengantar kita."
Diandra menganggukan kepalanya, dan membiarkan Mbok Sumi keluar, dan tidak lama kemudian sudah kembali bersama dengan perawat laki-laki yang mendorong kursi roda.
Saat Diandra sampai ke ruang perawatan Darrel, tampak kesibukan disana, dimana Mama dan Papa sedang berpelukan sambil menangis, juga keluarga yang lainnya.
Diandra meminta perawat yang mendorong kursi rodanya untuk sesegera mungkin menghampiri keluarganya, "Mama, Papa, apa yang terjadi dengan Darrel.."
Tapi sebelum Diandra melanjutkan bicaranya, Mama menepis tangan Diandra kasar, menatap Diandra tajam, sebelum bicara dengan desis menyakitkan, "KAMU PEMBUNUH."
Dan kalimat Mama itu sukses membuat Diandra terdiam tidak mengerti.
"Kalau bukan kamu yang maksa untuk datang ke taman sore kemarin," tunjuk Mama penuh emosi ke Diandra, "Darrel pasti masih sehat sampai sekarang, dia masih hidup, dia akan menemani hari-hari kami," teriak Mama histeris, "KENAPA HARUS DARREL YANG MATI? KENAPA BUKAN KAMU SAJA ANDRA, KAMU SAMA SEKALI TIDAK BERGUNA HIDUP PUN ANDRA, KARENA SEJAK LAHIR KAMU SAMA SEKALI TIDAK DI INGINKAN, KAMU PEMBAWA SIAL, DAN KAMU MATIPUN TIDAK AKAN MEMBUAT KAMI MENANGIS," Mama mencengkram baju rumah sakit yang Diandra kenakan erat-erat, memukuli tubuh Diandra yang masih kesakitan dengan membabi buta, dan semua orang tidak ada yang berniat melarang atau mencegah perbuatan Mama, hanya perawat yang mendorong kursi roda Diandra, dan Mbok Sumi yang menahan tindakan brutal Mama kepada Diandra.
Diandra hanya terdiam melihat perlakuan Mama kepadanya. Wajahnya pucat pasi, dan tampak diwajahnya gurat ketakutan yang nyata. Tetesan airmata dan isak tangis yang menyayat hati. Mbok Sumi berulangkali menyeka airmatanya yang tanpa ia sadari jatuh membasahi pipinya yang keriput.
Apalagi saat melihat kondisi Diandra yang berusaha tegar, walaupun Mbok Sumi tahu Andra merasakan ketakutan, kesedihan yang dalam, apalagi dengan perlakuan keluarga kepadanya.
Kesedihan, kecewa, luka dan merasa sendirian, Diandra hanya kubur dalam-dalam disudut hatinya yang terdalam.
****
Pemakaman Darrel dilakukan hari itu juga.
Hujan yang turun seolah menggambarkan kepada dunia, bahwa bukan hanya keluarga yang di tinggalkan Darrel yang merasa kehilangan, tapi bumi juga mengalaminya.
Air mata meleleh tidak kuasa Diandra cegah lagi, saat jenazah Darrel adik laki-laki yang ia cintai, akhirnya di turunkan ke liang lahat. Tangisnya semakin menjadi saat, tanah mulai menutupi jenazah Darrel.
Tidak ada satu pun keluarga mencoba menguatkan Diandra atas pedihnya kehilangan itu, pelukan yang diterima Diandra hanya dari Mbok Sumi yang setia berdiri disampingnya dan menguatkan, dan mencoba memberikan ketenangan, dan perlindungan kepada Diandra.
Seluruh harapan hidupnya sepertinya hilang, dan matahari sudah tidak tampak lagi untuknya, karena saat ini Diandra hanya sendirian, tidak ada lagi Darrel yang tempatnya berbagi.
Dan hal itu masih berlanjut sampai saat ini, walaupun tiga tahun kemudian dari hari kematian Darrel akhirnya Mama melahirkan seorang bayi tampan yang diberi nama Daniel, walaupun untuk Daniel, Mama dan Papa tidak pernah memberikan ijin Diandra untuk berdekatan dengannya.
Mungkin Mama dan Papa khawatir, kejadian yang sama terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Diandra
RandomDiandra, atau Andra. Hampir sepanjang hidupnya harus ikhlas menerima sebutan, "Pembunuh," dan anak, "Pembawa Sial," dan yang lebih menyakitkan, karena sebutan-sebutan itu ia dapatkan dari orang-orang terdekatnya, orang tua dan keluarganya. Dari keri...