Aku tuh berniat revisi part 2 dan update cerita ini dari tadi malam, tapi kuota hanya tinggal 300 MB dan aku gelisah, antara revisi atau aku simpan untuk kepentingan lainnya, akhirnya hubungi temanku, minta di kirim pulsa dulu, dan aku nunggu dong di kirim teman, dan jrenggg... semalaman aku tungguin sampai tadi siang tuh si pulsa nggak masuk juga, akhirnya aku restart dulu HP-nya yang sepertinya memang nge-hang, dan pulsa masuk hanya 50 ribu dari pulsa yang aku butuhkan, gemes, kesel dan berbagai perasaan campur aduk aku rasakan.
Tapi memang rejeki Allah yang ngatur ya, saat aku sedang kesal dan berniat minta di kirim ulang pulsa lagi, masuk dong pemberitahuan isi ulang pulsa, dengan nominal berkali lipat dari yang hendak aku pesan lagi. Alhamdulillah, walaupun aku tidak tahu siapa yang ngirimnya, semoga Allah SWT membalas berkali lipat. Jazakumullah Khairon Katsiron.
Dan yang pasti kalian berseru seneng kan? Hehehe... Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan koment ya.. Kiss..
****
MASA KINI
SEPULUH TAHUN KEMUDIAN,
Kepergian Darrel bukan akhir dari pertengkaran kedua orang tua itu, karena setelah hampir sepuluh tahun Darrel berpulang, Mama Lembayung Pramestika dan Papa Narendra Sebastian Winters masih mempertahankan ego masing-masing. Mama merasa terkhianati karena perselingkuhan yang dilakukan Papa dengan rekan bisnisnya, dan Papa karena ia sudah jengah di cemburui oleh Mama, dari kesalahan yang tidak ia lakukan menurut kacamatanya.
"Daisy aku yang bawa," teriak Mama malam itu membangunkan Diandra dari tidur lelapnya.
"Tidak, tidak, Daisy harus berada di bawah pengasuhanku," suara menggelegar membuat Diandra yang tengah mengumpulkan nyawa setelah suara teriakan membangunkan tidur lelapnya.
Diandra keluar dari kamarnya, dan mendapati Daisy sudah lebih dulu berdiri didekat tangga. Mendengar suara teriakan Mama dan Papa, Diandra mengkerut ketakutan. Wajah pucatnya tersembunyi dibelakang Daisy. Walaupun Daisy mencoba menenangkannya dengan memberikan pelukan hangatnya, tapi tidak mengurangi ketakutan yang Diandra alami saat ini karena teriakan Mama dan Papanya.
Mereka mencoba mengintip ke ruang tengah dimana Mama dan Papanya tengah saling berteriak memperebutkan Daisy. Belakangan ini memang pernikahan kedua orang tuanya semakin bermasalah, karena hal yang hanya orang dewasa yang mengerti, dan saat ini hubungan pernikahan keduanya sudah mencapai titik terkritis, karena akhirnya Papa memutuskan mengakhiri semuanya.
Semuanya yang tidak pernah di mengerti oleh Diandra dan Daniel.
Bukan hanya Diandra yang tengah mengintip pertengkaran yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Karena Daniel, anak laki-laki bungsu kebanggaan orang tuanya juga tengah mengintip, dari selasar undakan tangga menuju lantai dasar, yang mengerti akan apa yang terjadi dengan orang tuanya hanya Daisy, sedangkan Diandra dan Daniel masih dengan tatapan tidak mengerti, untuk Diandra yang masih remaja tanggung, apa yang diterjadi ke keluarganya sungguh tidak ia mengerti, maklum saja, usia Diandra yang masih empat belas tahun dan Daniel yang masih delapan tahun, dunia mereka hanya berisi tentang main, dan belajar, belum memikirkan hal lain yang jauh dari nalar mereka.
"Lebih baik kita kembali tidur Dek!" ajak Daisy dan menggiring kedua adiknya untuk kembali masuk ke kamar mereka masing-masing. Meninggalkan percekcokan yang terjadi pada kedua orang tuanya.
Sebelum kembali jatuh tertidur pikiran Andra melayang kemana-mana.
Ia begitu sedih dengan perjalanan hidupnya ini.
Mama dan Papa tidak ada yang pernah sayang sama Diandra, saat Mama dan Papa bertengkar hebatpun, yang mereka perebutkan hanya Daisy, atau Daniel, tidak pernah ada Diandra dalam pembahasan mereka, kecuali kata-kata caci maki dan penghinaan, dan hukuman saja untuknya.
Setiap kali ada undangan dari sekolah, Mama dan Papa lebih memprioritaskan Daisy dan Daniel, dan diwaktu akhir akan meminta Mbok Sumi yang datang untuk memenuhi undangan sekolahnya Diandra.
"Mama dan Papa tidak pernah sayang Andra, tidak ada satupun dari Mama dan Papa yang menginginkan Diandra ada dalam kehidupan kalian." Diandra menarik napas berat, sambil mengusap airmatanya yang menetes diam-diam. "Atau jangan-jangan Diandra bukan anak kandung Mama dan Papa, makanya mereka tidak ada yang peduli dengan keadaan Diandra?" pikir Diandra lagi lirih, dibalik banjir air matanya.
Dan itu bukan merupakan puncak dari pertengkaran yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Karena puncak pertengkaran itu terjadi, saat akhirnya Papa memutuskan meninggalkan rumah, dan meninggalkan Daisy, Diandra, dan Daniel hanya tinggal bersama Mama yang sekarang ini semakin jarang di rumah karena kesibukannya di kantor dua kali lebih banyak dari biasanya.
Permasalahan yang terjadi sepuluh tahun yang lalu, masih berlanjut di keluarga ini, dan semakin kompleks, hanya keajaibanlah yang bisa menyelamatkan pernikahan mereka, yang sudah dilalui selama 17 tahun ini.
****
Perceraian itu tidak terjadi diantara Mama dan Papa, entah bagaimana caranya, tapi Mama dan Papa tidak berpisah, hanya komunikasi mereka yang semakin memburuk, masing-masing sibuk mempertahankan egonya, dan menenggelamkan diri dengan aktivitasnya yang menggunung, dan sama sekali tidak ada yang mau mengalah.
Papa jarang pulang, begitu juga dengan Mama yang semakin enjoy dengan pekerjaannya.
Meninggalkan anak-anaknya mencari perlindungan keamanan dan kebahagiaan kepada orang lain.
Beruntung masih ada orang-orang seperti Mbok Sumi, dan sederet asisten rumah tangga di rumahnya, yang selalu berhasil mengemong anak-anak mereka, saat mereka galau dan kelelahan atas permasalahan hidup yang terjadi diusia belianya.
Karena tanpa sosok Mbok Sumi, Ratmi, dan yang lainnya, bisa saja mereka bertiga terseret kepergaulan bebas, yang belakangan ini menjadi titik tertinggi dari pencarian seorang anak akan kasih sayang orang tuanya.
Tapi kedua orang tua mereka terlalu asik dengan dunia mereka, hingga melupakan keberadaan anak-anaknya. Limpahan materi yang didapatkan Daisy, bisa membeli apapun yang ia inginkan, tapi hal ini berbanding terbalik dengan yang dialami oleh Diandra, karena baginya uang adalah suatu kemewahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Diandra
RandomDiandra, atau Andra. Hampir sepanjang hidupnya harus ikhlas menerima sebutan, "Pembunuh," dan anak, "Pembawa Sial," dan yang lebih menyakitkan, karena sebutan-sebutan itu ia dapatkan dari orang-orang terdekatnya, orang tua dan keluarganya. Dari keri...