Part 8

12.1K 732 65
                                    

Jangan lupa ya.. part 9 aku private ya... Part ini jangan lupa vote dan koment ya.. Kiss...

****

Ini hari Minggu,

Sore itu, Daisy dan Diandra menghabiskan waktunya berdua, menggunakan mobil kado ulang tahun yang diberikan oleh Papa kepada Daisy saat ulang tahun beberapa saat yang lalu, walaupun saat ini Daisy yang belum memiliki SIM A dan belum diijinkan membawa mobil, tapi Papa dan Mama begitu mudahnya memberikan ijin kepada Daisy untuk mengendarai mobil mungil berwarna merahnya.

Mungkin karena Daisy yang keras kepala, yang selalu merajuk manja kepada Papa, hingga akhirnya Papa dan Mama memberikan ijin Daisy membawa mobilnya, tanpa pendampingan orang dewasa bersamanya, karena seingat Diandra selama ini Papa selalu menolaknya.

Tapi hari ini entah bagaimana caranya Daisy berhasil keluar dari rumah hanya berdua dengan Diandra, tanpa Pak Ujang sopir yang bertugas mengantar mereka kemanapun perginya.

Dan saat itu, Daisy dan Diandra menghabiskan waktu berdua mereka dengan mencoba menjelajah ke Bandung Utara berenang di air panas Ciater yang terkenal.

Mendung hitam menggelayut berat dilangit, saat Daisy dan Diandra keluar dari tempat pemandian air panas di Ciater.

"Kak sepertinya hujan mau turun deras ya?" Diandra memecahkan keheningan di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Iya."

"Hati-hati bawa mobilnya Kak, jalannya pasti licin, udah itu jalannya kan naik turun!"

"Tenang aja Dek, Kak Daisy udah bisa kok." Daisy berkata dan tersenyum menenangkan.

Hujan yang turun rintik-rintik di Ciater, ternyata berubah menjadi hujan yang lebat diperbatasan saat mobil yang mereka tumpangi tertatih di belakang sebuah truk pengangkut galon di Tanjakan Emen.

Saat itu hujan benar-benar deras mengguyur, bagian Utara Kota Bandung arah menuju Bandung, kabut tipis menghalangi jarak pandang bagi sebagian pengendara kendaraan bermotor dan udara yang mak dingin menusuk tulang, menggantarkan orang untuk sesegera mungkin menuju tempatnya masing-masing. Air yang mengalir membuat sebagian pengendara mobil maupun motor mengurangi kecepatan kendaraannya.

Daisy pun ikut memperlambat laju mobil yang ia kendarai. Tapi hanya sebentar, melalui kaca spionnya ia mengawasi mobil di belakangnya, dan saat dilihatnya mobil yang terdekat dengan mobilnya hampir lima puluh meter jauhnya. "Surprise Diandra...!" teriak Daisy, dan mendadak mobilnya meloncat, seperti kuda jalang keluar dari kandangnya.

Jalan yang menanjak naik, dan tikungan tajam yang di sertai dengan jurang terjal di kiri kanan jalan, tidak menjadikannya patokan dalam bertindak saat itu, jarum spidometernya terus merangkak naik, walaupun Diandra sudah menjerit-jerit ketakutan.

"Kak Daisy, jangan ngebut, bahaya jalanannya licin...!" teriak Diandra yang meringkuk di jok sebelahnya. Tapi Daisy tidak mendengarkan teriakan Diandra, karena didalam hatinya saat itu yang ada adalah keinginan untuk menunjukan bahwa ia pun mampu mengendara dengan baik di tengah hujan lebat.

Mobilnya meliuk ke kiri dan ke kanan dengan tajam, menyelinap di antara kendaraan lain yang sengaja mengurangi kecepatannya karena hujan yang cukup deras dan kabut tebal yang menghalangi jarak pandang.

"Tenang aja Andra, Kak Daisy hati-hati kok,"

"Tapi Kak, ini kan sedang hujan jalanan licin, bahaya Kak...." belum juga mulut Diandra tertutup rapat, muncul sebuah truk pengangkut galon yang meluncur rapat dari arah berlawanan, posisi mobil yang ternyata hampir tiga perempatnya berada di jalur kanan yang menurun, membuat trailer itu berusaha memberi peringatan tajam kepada Daisy, melalui lampu jauhnya yang menyala benderang sebanyak tiga kali kedipan, tapi karena posisi Daisy yang terlalu senang, karena bisa membawa mobil dengan kecepatan tinggi tidak mengindahkannya.

Dunia DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang