Awal Sebuah Kasus

359 22 1
                                    

PINTU jati itu menjeblak terbuka, kemudian seorang cowok berhambur keluar dengan panik. Wajahnya tampak pucat dan tegang. Rambutnya basah gara-gara keringat, begitu juga seluruh wajahnya. Namun bukan itu yang dipikirkannya sekarang. Bukan juga parfum dikausnya yang sudah bercampur keringat dan mengeluarkan bau yang mungkin sanggup membunuh semua binatang liar di dunia. Satu-satunya gambar yang memenuhi kepalanya sekarang cuma isi ruangan yang baru saja dilihatnya. Mengerikan. Sungguh.

Ia menoleh ke kanan-kiri dengan panik, kemudian memutuskan segera berlari dari tempat itu. Ia menuruni tangga sepi yang tidak mungkin terjadi selain di tengah malam atau di waktu makan siang seperti ini, melewati meja-meja penuh kertas bertebaran yang pemiliknya sedang asyik melahap nasi uduk atau nasi goreng di warung terdekat. Terus berlari keluar dari kantor itu.

Jantungnya berdebar keras, seakan-akan ada seseorang yang menyalakan house music bervolume tinggi tepat di sebelah telinganya. Yang pasti, saat itu ia tidak sempat berpikir sedikitpun mengenai apa kata cewek-cewek jika melihatnya berpenampilan kumal seperti ini dan berlari keluar dari sebuah kantor dengan gerak-gerik ala pencuri yang habis merampok uang miliaran rupiah. Ia benar-benar tidak peduli, karena yang terjadi jauh lebih mengerikan dari sekadar pencurian.

Berulang kali cowok itu bergumam sendiri. Setengah mati berharap tidak ada orang yang melihatnya keluar dari kantor itu. Namun ternyata malang nasibnya. Seorang office boy yang tidak pergi makan (dalam rangka diet karena ditolak cewek kesukaannya dengan alasan orang gendut selalu bau keringat) baru saja keluar dari gudang ketika cowok itu keluar dari pintu ruang direktur.

Begitu anak muda yang berlari pergi itu tidak kelihatan lagi, sang office boy segera menghampiri ruang direktur dengan heran-sambil bergumam, "Semangat anak muda yang bikin iri, mereka masih punya semangat berlari-lari di siang bolong super terik seperti ini"-dan mengetuk pintu yang sedikit terbuka.

Tidak ada jawaban.

Pintu bergeser terbuka ketika tangannya hendak mengetuk lagi. Si office boy mengoceh lagi, "Anak muda zaman sekarang malas amat nutup pintu sih?" Pemandangan yang dilihatnya membuat office boy itu mengatupkan mulut dan terbelalak sampai bola matanya nyaris keluar dari rongganya.

Sesaat kemudian, teriakkan membahana menggetarkan kaca kantor mewah itu seperti gempa bumi berkekuatan Sembilan skala Richter yang melanda Bumi.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA...!!!!!!!!!!"

!!!!!!!!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
De BURON KAISTAL Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang