EMPAT

138 21 0
                                    

JAKARTA-Rabu, 7 September

LAGI-LAGI Luna terlihat asyik sendiri dengan korannya. Ini berarti sudah tiga hari ia terbius dengan surat kabar. Benar-benar perubahan yang sangat besar pada diri cewek itu.

Guru kewarganegaraan mereka yang selalu mempromosikan betapa pentingnya membaca surat kabar sampai mulutnya berbusa pasti akan menangis bahagia begitu tahu anjurannya dipatuhi salah seorang muridnya yang selama ini selalu anti koran. Yang pasti, mengapa alas an Luna membaca Koran tidak lain dan tidak bukan adalah karena ada info tentang cowok buronan favoritnya, Kai. Krystal memperhatikan temannya yang berwajah menarik, dengan mata bulat, alis rapi hidung mungil, dan tahi lalat kecil di tulang pipi sebelah kanan, rambutnya ikal sebahu.

'Mungkin Taemin bakal bangga kalo Luna yang jadi pacarnya...'

'Mungkin Papa tidak bakal menyeleweng kalau punya anak semanis Luna...'

Sebuah tangan melambai-lambai di depan wajah Krystal, membuatnya menoleh. Sepasang mata berbentuk almond yang dibingkai alis lebat tengah memandangi dirinya.

Amber meringis, memperlihatkan dua lesung pipi yang amat manis di kanan-kiri bibirnya.

'Atau mungkin juga Amber... Yang pasti, bukan aku.'

"Idiihhh... makin sering bengong deh, lo!" Kata Amber sambil mencubit pelan tangan Krystal.

Krystal berusaha menarik ujung bibirnya sedikit.

"Ada apa sih? Lo punya masalah? Kayaknya muka lo gimanaaa gitu. Sedih amat," Lanjut Amber pelan.

Krystal menggeleng. Dia senang setidaknya teman baiknya menaruh perhatian padanya. Namun Krystal tidak sedikit pun berniat curhat dan menumpahkan semua masalah pada kedua temannya. Cukup dia sendiri yang menanggung semua beban ini.

"Bener lo nggak pa-pa?" Tanya Amber tidak percaya.

Krystal menggeleng lagi. "Nggak pa-pa kok! Gue cuma capek. Tau sendiri kan tugas kita banyak banget?!" Jawabnya beralasan.

Alis Luna terangkat sebelah. Ia mengangguk-angguk. "Iya sih... Tapi dapet tugas banyak, muka lo kok malah sedih? Kalo gue sih pasti kelihatan stress."

"Siapa bilang gue sedih?" Sahut Krystal mengelak. "Gue tuh ngantuk, tau!"

Krystal menatap ke depan lagi. Beberapa teman sekelasnya sedang bermain basket. Sisanya berusaha (dan gagal) menjadi cheerleader di pinggir lapangan. Hanya segelintir yang duduk-duduk jauh dari lapangan, biasanya karena bermaksud bergosip ria seperti yang sekarang dilakukan gerombolan cewek di dekatnya.

Krystal sendiri duduk di pinggir lapangan karena mengikuti keinginan Luna. Temannya itu lebih bernafsu melahap berita tentang Kai-nya (sekarang Luna kerajinan menambahkan kata kepemilikan di belakang nama si cowok buronan) daripada mengikuti pelajaran olahraga yang gurunya absen.

Cewek-cewek di dekat Krystal tampaknya sedang bergosip sambil cekikikan. Kira-kira ada tiga-empat anak. Krystal sering melihat mereka berjalan bersama si cewek lipgloss pengirim surat kaleng, sehingga ia tidak heran jika punggungnya tiba-tiba terasa panas karena pandangan bertubi-tubi cewek itu. Terdengar suara mereka, yang kayaknya sengaja dibesar-besarkan agar sang "objek" pembicaraan tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"... kecap manis, kecap manis! Mana ada sih makan pizza pake kecap maniiiis?!"

"Idih. Jijay! Nggak heran lah, orang aneh, selera makan juga aneh! Orang najis, selera makannya juga najis!!!"

"Kalo gue jadi dia sih, ya ampuuuuuun. Diliat Taemin pula! Mendingan mati!"

"Dia gitu lhooo... ga punya malu, chiiiiiin...!"

De BURON KAISTAL Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang