LIMA BELAS

95 19 2
                                    

MAMA Krystal menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Perlahan-lahan kesehatannya pulih dan warna di wajahnya membuat Krystal semakin yakin mama baik-baik saja.

Papa sering sekali berada di rumah sakit. Tiba-tiba saja tidak ada dinas yang selama ini membuatnya menghilang dari rumah beberapa hari. Setiap kali Krystal menemukan Papa di rumah sakit saat menjenguk Mama. Krystal menduga pria itu bolos kerja dan pulang di tengah jam kantor.

Suatu ketika, handphone Papa berbunyi ketika mereka berada di kamar Mama. Papa memandangi nama yang tertera di handphone dan air mukanya berubah. Semua orang dalam ruangan—yang berarti Mama, Bi Ima, dan Krystal—kontan terdiam. Papa member isyarat pada Krystal untuk mengikutinya keluar.

Papa menyerahkan handphone-nya ke Krystal yang terheran-heran.

“Dia,” Kata Papa datar.

Krystal tertegun.

Wanita penyihir itu...

Krystal mendongak, mengamati wajah Papa yang penuh harap. Tidak ada lagi rasa enggan yang dulu Krystal rasakan setiap kali menatap Papa. Krystal tersenyum dan mengembalikan handphone Papa. Sudah ada satu missed call dan kini handphone itu mulai berbunyi lagi.

“Papa aja yang terima. Cuma Papa yang bisa nyelesaiin semuanya,” Kata Krystal penuh toleransi. “Krystal masuk ya!”

Papa mencekal tangan Krystal. “Ya sudah, Papa yang terima. Tapi kamu di sini aja, temenin Papa!”

Krystal menurut. Ia duduk di kursi tunggu.

Papa menelan ludah dan mengangkat telepon. “Y-ya?”

Krystal meremas tangan Papa dan berdoa dalam hati. Terdengar suara nyaring di seberang. Tampaknya wanita itu berteriak karena Krystal juga bisa mendengar jeritannya.

“KEMANA AJA SIH?!?! DITELEPONIN NGGAK DIANGKAT. DIDATENGIN KE KANTOR NGGAK ADA, AKU KAN KANGEN, APA KAMU NGGAK KANGEN SAMA AKU? KAMU KENALAN SAMA CEWEK LAIN YA? KURANG AJAAAR!!!” Cerocos wanita itu cepat.

Krystal mengernyit ngeri.

Papa menjauhkan telepon itu dari telinganya dan memandang Krystal dengan wajah memelas. Butuh waktu sepuluh menit untuk membiarkan penyihir itu nyerocos sampai capek sendiri.

“Bicara dong!” Akhirnya wanita itu menjerit putus asa.

Ayah berdeham. “BoA, dengar. Kita nggak bisa ketemu lagi. Saya nggak bisa kehilangan keluarga saya, saya sangat menyayangi mereka.”

Tidak ada suara di seberang.

KLIK.

TUUT… TUUT… TUUT...

Krystal dan Papa berpandangan.

*#*#*

Seseorang menyodorkan segelas kopi ke wajah Krystal. Cewek itu mendongak.

Yixing.

Mahasiswa kedokteran yang masih magang itu tersenyum. Krystal menerima kopi yang diberikan untuknya. Papa sedang berduaan dengan mama di dalam kamar, jadi Krystal duduk di luar. Kebetulan hari ini Bi Ima tidak ikut ke rumah sakit.

“Apa kabar?” Tanya cowok itu, mengamati raut wajah Krystal yang cemas.

Krystal teringat artikel di Koran yang sedang dipegangnya. Kai akan mengikuti pengadilan lagi lusa. Mungkin itu pengadilan terakhirnya. Hati Krystal mendadak cemas.

Gimana kalau hakim memutuskan cowok itu bersalah?

Gimana kalau Kai dihukum penjara seumur hidup?

De BURON KAISTAL Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang