DUA

151 21 0
                                    

JAKARTA- Masih Senin, 5 September

SOROT matanya yang tajam kini terlihat ketakutan. Pakaiannya kumal dan basah. Matanya melirik liar ke sana-sini, sepertinya takut ada yang menyadari kehadirannya di sini selain Krystal.

Sekarang Krystal tahu dari mana lumpur kering di lantai kamarnya dan bau busuk itu berasal. Pakaian kumal, sepatu kets kotor dan keadaan cowok itu sudah menjelaskan semuanya. Cowok itu benar-benar tampak mengerikan dan 100% kelihatan seperti penjahat. Krystal melongok melihat senjata yang nyaris membunuhnya tadi.

Pisang?!

Krystal melongo. Ia berhalusinasi.

Mana mungkin buronan membawa pisang sebagai senjata?

Krystal mengerjap-ngerjapkan mata, berharap dapat melihat jelas kenyataan yang ada dihadapannya. Namun bentuk pisang itu tidak berubah menjadi pistol atau pisau. Warnanya tetap kuning cemerlang. Bukan hitam atau abu-abu mengilap.

Orang itu tampaknya menyadari keanehan yang dirasakan Krystal. Ia mengikuti arah pandang Krystal, ke arah tangannya yang menggengam buah kuning itu erat. Cowok itu meringis kecil, senyumnya tampak amat dipaksakan. Ia menyodorkan pisang tersebut ke arah Krystal.

"Mau?" Tawarnya tertahan. "Maaf, saya mengambilnya dari kulkas. Cuma buat menggertak. Takut kamu teriak."

Krystal mengambilnya, kemudian menjauh darinya, sama sekali tidak percaya dengan alasan mustahil itu. Kalau Taemin datang dan menodongnya dengan pisang, Krystal akan percaya cowok itu sedang bercanda. Tapi buronan seperti orang yang di depannya ini tentu tidak akan bercanda dengan orang yang tidak dikenal seperti Krystal. Dikoran bahkan disebutkan angkatan bersenjata pusat dan daerah sudah memasukkan orang itu sebagai salah satu target utama yang berbahaya dan harus segera ditangkap.

"Ma.. mau apa kamu?" Bisik Krystal takut.

Cowok itu mendekat, Krystal meloncat selangkah ke belakang.

"Ja.. jangan mendekat! Nan.. nanti saya teriak!"

Tampaknya gertakan itu berhasil karena cowok itu berhenti dan tampak panik sambil kembali menoleh ke arah jendela berkali-kali. Mungkin ini saat yang tepat untuk berteriak, Namun lidah Krystal terlalu keluh untuk mengeluarkan suara selain bisikkan.

"Maaf saya bikin kamu takut. Saya nggak tahu lagi harus ke mana. Sudah tiga hari saya sembunyi ke mana-mana, sampai akhirnya saya sampai diperumahan ini," Kata cowok itu menjelaskan. Krystal mendengar nada sedih dalam suaranya.

Apa Krystal berhalusinasi lagi?

Tapi kayaknya nggak deh. Krystal baru menyadari bahkan sedari tadi pun ia tidak mengalami halusinasi atau fatamorgana. Semua ini nyata. Dan cowok buronan yang digandrungi cewek-cewek itu sekarang tidak lebih dua meter di depannya.

Krystal langsung luluh begitu melihat sorot mata cowok itu. Sorot yang penuh perasaan tertekan pada wajah yang sekarang kotor dan cekung. Wajah yang berbeda dengan foto di surat kabar Luna. Kenyataannya cowok itu terlihat berantakan. Liar. Berandal.

Krystal bego!

Jangan percaya omongannya!

Dia buronan! Pembunuh!

"Kamu... percaya sama saya?" Tanya cowok itu ragu-ragu.

Krystal merasakan tatapan memohon dari mata cowok di depannya. Krystal berusaha menghilangkan perasaan iba dari hatinya, tapi sulit sekali.

"Kamu mau apa?" Tanya Krystal pelan. Suaranya bergetar.

Cowok itu menunduk. "Saya... nggak tau. Nggak ada yang bisa saya mintai tolong. Nggak ada yang bisa bantu saya menuntut kebenaran."

De BURON KAISTAL Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang