EMPAT BELAS

86 19 1
                                    

PERASAAN Krystal bercampur aduk hari itu. Krystal tidak pernah pergi ke pengadilan dan tidak tahu apa yang harus dipakainya. Setelah sepersekian menit berkutat dengan pikirannya yang tidak bisa jernih, Krystal memilih memakai celana bahan hitam dan kemeja jingga terang. Ada yang bilang warna jingga bisa menenangkan hati dan Krystal sangat mengharapkannya sekarang. Tapi sebenarnya pakaian hanyalah hal kecil jika dibandingkan kesedihan, kegalauan, kegelisahan, dan perasaan senada lain yang harus Krystal rasakan.

Hari ini orangtuanya akan bercerai dan Krystal tidak tahu harus melakukan apa. Sepertinya tidak aneh jika seorang yang berada di posisi Krystal merasakan hal ini. siapa sih yang mau orangtuanya bercerai?

Dalam keadaan normal siapa pun (dan benar-benar siapa pun) pasti berharap hubungan keluarganya terjalin harmonis. Tapi di sisi lain, Krystal merasa ini pilihan terbaik bagi keluaganya. Tidak ada yang bisa memaksakan cinta jika cinta itu sendiri sudah pergi entah kemana. Sedih membayangkan dulu orangtuanya pernah dengan wajah penuh kebahagiaan menandatangani surat yang mengikat mereka berdua, tapi sekarang malah memutuskan menandatangani surat lain yang akan memisahkan.

Jika tahu itu yang akan terjadi, Krystal benar-benar bertekad menjadi pihak penentang pernikahan orangtanya. Tapi kemudian ia menyadari ia bahkan belum lahir saat itu. Lagipula kalau orangtuanya benar-benar batal menikah, Krystal tidak akan pernah ada. Dan Kai akan menjadikan kamar orang lain sebagai tempat persembunyiannya.

Krystal berlama-lama di kamar, berharap jika mereka terlambat datang, pengadilan akan marah dan mencoret nama mereka dari daftar pengguna jasa pengadilan selama-lamanya. Itu artinya orangtuanya kedua orangtuanya tidak akan bisa bercerai. Kalaupun bisa, pasti tidak akan sah secara hukum. Tapi apa lagi sih yang diharapkan Krystal?

Jelas-jelas ayah sudah tidak menyayanginya dan mamanya lagi. Jelas-jelas ayah terlihat enggan tinggal bersama mereka. Jelas-jelas Krystal menghindari ayah—pandangan mata dan orangnya sendiri. Jelas-jelas kedua orangtuanya sudah memutuskan bercerai.

Krystal menghela napas. Setelah mengerling singkat ke poster kesayangannya, akhirnya cewek itu keluar juga dari kamar. Setidaknya Krystal ingin menghargai mama yang sudah meminta izin sekolah karena Krystal tidak masuk hari ini. Lagipula ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

*#*#*

Krystal memandang ke luar jendela tanpa benar-benar memerhatikan suasana di luar mobil. Ayah dan mamanya duduk di depan. Membisu. Tidak satu pun dari mereka berniat membuka suara.

Mungkin tadi orangtua Krystal juga tidak tahu harus memakai baju apa, jadi mereka memakai pakaian formal untuk ke kantor.

Pikiran Krystal menerawang. Terbersit bayangan wanita berbibir tebal dan berbadan molek. Pikiran itu begitu nyata, sehingga Krystal bisa mencium parfum wanita itu, pasti seperti parfum mobil yang dipasang ayah (mungkin saja, kan? wanita itu sering bolak-balik naik mobil ayah, pasti bau parfum mobil menempel di tubuhnya). Wajah wanita itu sumringah begitu mendengar ayah akan bercerai, bibirnya (yang bahkan lebih besar daripada bibir Krystal saat bengkak) bergerak-gerak penuh haru (yang akan dianggap seksi oleh para pria), kemudian wanita itu memeluk ayah Krystal.

Fuck!

Tanpa sadar hidung Krystal basah dan matanya berlinang. Krystal membersit hidungnya dan mengerjabkan mata beberapa kali, berusaha menghilangkan mimpi buruk itu dari pikirannya.

Satu-satunya yang bersuara di mobil itu hanyalah radio. Si penyiar bercuap-cuap ceria, mempermasalahkan suhu kota yang meningkat setiap waktu. Ia melontarkan lelucon tentang kemungkinan kita akan menjadi lebih nyaman jika mengikuti cara penduduk padang pasir berpakaian, kemudian tertawa sendiri.

Wajah tiga makhluk di dalam mobil tampak seakan penyiar itu baru saja mengumumkan berita dukacita.
Intro lagu terdengar, menggantikan suara penyiar yang berjanji akan kembali bercuap-cuap setelah lagu habis.

De BURON KAISTAL Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang