Mencintainya takpernah mudah.
Ketika melihat wajahnya, yang kautemukan hanyalah luka, duka, sedih, dan perih. Ketika kaujatuh dalam coklat matanya, entahlah apa yang bisa kauambil dari sana. Mungkin saja angan yang tetap ia simpan bersama wanitanya yang masih saja dia rindukan, mungkin saja sakit yang dipendamnya akibat tidak sanggupnya ia menapaki kenangan, mungkin saja pedih yang larut dalam nestapa dan kehilangan.
Mencintainya juga takpernah menyenangkan.
Kadang senyum yang kaulukis dengan lebar hanya dibalas tatapan datar dari matanya. Sesekali hanya waktu yang penat menunggu ia menepikan rasa jenuhnya dalam penantian. Juga desir angin yang berbisik terlalu pelan seringkali turut menyurutkan bahagiamu, ia sering membisikimu bahwa seseorang yang kaucinta lebih sering menyimpan airmatanya untuk seorang diri—sebenarnya kau mampu untuk menyadarinya; sayangnya
kau takmampu berbuat apa-apa. Kau diam saja di sana dan tak melakukan apapun meski kau sangat ingin.
Namun, pada akhirnya: mencintainya kini membuatmu mengerti bahwa ada yang lebih sakit dari usaha merelakan—dengan bertahan menaruh rasa dan asa, pada lelaki yang masih mempertahankan seorang perempuan dalam singgasananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quotes
PoetryRank#5-tentang senja Rank#39-Awan Rank#75-Bijak Rank#148-prosa Rank#303-perasaan Rank#607-Hati kata_kata bijak