CHAPTER 8

877 63 7
                                    



Desclamier : Naruto punya paman Masashi Kisimoto

Pairing : SasuHina dan temukan sendiri

Warning : OOC, AU,typo (always) dll

Dont like, dont read

.

Hinata terbangun dari tidurnya dan mendapati bahwa ia sendirian di kasur. Sasuke tidak ada di sampingnya. Ia mendudukkan dirinya di tepi kasur dan melihat sekeliling. Sasuke pasti sedang membersihkan diri. Pikir Hinata. Namun rasanya suara gemericik air tidak sampai diindera pendengarnya. Ia beranjak dari tempat tidurnya kemudian menuju dapur yang lagi-lagi tidak menemukan keberadaan Sasuke sampai amnestynya tertuju pada segelas susu yang uapnya sudah menghilang. Hinata tersenyum tipis, pasalnya Sasuke tidak pernah sekalipun membuatkannya susu. Ia pun mengambil gelas itu dan meminumnya sedikit demi sedikit. Senyum yang terpatri di bibir merah mudanya meledak-ledak. Namun sejurus kemudian bahunya langsung saja turun ketika secarik kertas yang tertempel di pintu kulkas.

Aku harus segera ke Tokyo. Manager menghubungi kami secara mendadak. Jadwal debut kami ternyata dimajukan dari jadwal yang seharusnya. Aku minta maaf.

Kini ia sendirian. Benar-benar sendirian. Hinata menghirup nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannnya perlahan. Padahal ia pikir hari ini ia akan menghabiskan waktunya lebih banyak dengan Sasuke. Meluapkan semua rindu yang rasa-rasanya tidak akan pernah habis untuk laki-laki itu. Dan semua rencana Hinata hanya sebatas rencana. Ia harus menelan pahitnya kenyataan yang ternyata memang lebih pahit dari pil antibiotik yang ia minum saat terkena infeksi bakteri.

Namun seberapapun kecewanya, Hinata tidak boleh egois. Ia harus menerima apapun konsekuensinya. Bukankah ia satu-satunya orang yang mendukung Sasuke untuk mewujudkan mimpinya menjadi penyanyi disaat keluarga laki-laki itu sangat menentang dengan keras?

Setelah menghabiskan susunya, buru-buru ia mengambil handphone yang berada di atas nakas kemudian mengetik pesan untuk Sasuke.

Hinata

Kau sudah sampai?

Sambil menunggu balasan, Hinata sengaja membuka galeri photo 'tersembunyi' di HPnya. Galeri yang berisi photo-photonya bersama Sasuke. Hinata tidak bermaksud menyembunyikan galeri photo itu di HPnya. Ia hanya berjaga-jaga saja jika nanti ada orang yang tidak bertanggung jawab tiba-tiba meminjam HPnya dan menyebarkan photo-photo mereka.

ketika ada notifikasi pesan dari Sasuke, buru-buru ia membukanya.

Sasuke

Hm. Aku sibuk. Tolong untuk sementara waktu kau jangan menghubungi aku lagi.

Hinata

Kenapa? Bagaimana dengan rencana debutnya? kapan kau akan debut? aku sudah tidak sabar ingin melihat lelakiku tampil di televisi :*

Sasuke

ck, kau ini tidak sabaran ya. Tunggu saja bisa tidak sih? Kau tahu... aku tidak suka dengan wanita yang tidak sabaran dan lemah seperti dirimu.

Amnestynya melebar dan langsung cepat-cepat ia menekan lama nomor Sasuke dan icon panggilan segera muncul di layar handponenya. Ia mengeratkan genggaman di HPnya saat nomor Sasuke tidak bisa ia hubungi. Mengapa Sasuke bisa mengirimkan pesan sekejam itu padanya? Ia memang sudah sangat sering mendengar dari orang lain bahwa ia adalah seorang yang lemah, bahkan selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya dan adiknya. Ia memang tak pernah bisa membuat bangga ke dua orangtuanya. Masuk universitas Tokyo pun ia tak mampu, wajar saja jika beberapa orang meragukan darah Hyuuga yang mengalir di tubuhnya. Awalnya ia benar sakit hati dengan semua perlakuan itu, namun keluarganya melindunginya. Keluarganya sangat menyayanginya. Bahkan Neji pun tidak akan diam saja jika mendengar Hinata dihina. Ia tidak segan-segan akan melapor kepada polisi jika ada orang yang tidak bertanggungjawab menghancurkan nama Hinata lagi. Semua perlakuan keluargannya membuat Hinata merasa tak perlu menanggap serius omongan orang diluar. Tapi hari ini, ketika Sasuke—orang yang sangat berharga dihidupnya mengatakan hal itu sangat membuat hatinya terluka. Luka yang sudah kering itu dibuat berdarah lagi oleh orang yang ia cintai, oleh orang yang ia percayai.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang