Chapter 11

819 68 7
                                    


Desclamier : Naruto punya paman Masashi Kisimoto

Pairing : SasuHina dan temukan sendiri

Warning : OOC, AU,typo (always) dll

Don't like, don't read

.

.

.

.

"SASUKE!!! SASUKE!!" Hinata menggedor pintu kamar salah satu apartemen di kawasan Tokyo. Setelah pesawat yang membawanya menuju Tokyo landing, ia segera bergegas untuk membuktikan bahwa apa yang dikirimkan oleh penomor asing di HPnya itu tidak benar. Ino, salah satu sahabatnya itu tidak mungkin menikamnya dari belakang.

"Sasuke!!!" Kepalan tangan Hinata yang mungil itu terasa kebas karena menggedor pintu berbahan sejenis alumunium itu keras-keras.

Hinata bergerak sedikit ke belakang ketika suara dari pintu apartemen yang dikunci itu terbuka. Ia mendapati Naruto dengan ekspresi terkejut karena melihatnya di sini.

"Hinata-neesan? Mengapa kau ada di sini? Kau ingin memberikan kejutan untuk Sasuke ya? Beberapa hari ke belakang dia tampak uring-uringan sekali karena tidak bisa menghubungimu." Kekehan khas Naruto terdengar.

Hinata yang tidak peduli langsung menerobos ke dalam.

Naruto membola. Pasalnya ia melihat Itachi juga datang bersama Hinata.

"Lama tak berjumpa, aniki." Ia membungkuk hormat kepada Itachi yang telah masuk menyusul Hinata.

"Perasaanku menjadi tidak enak," ujar Naruto.

"Kau bisa jelaskan ini?" Suara rendah Hinata yang tiba-tiba itu membuat Sasuke reflek berdiri dalam posisinya yang tidur-tiduran di sofa.

"Hinata?" Raut wajahnya berubah cerah. Berhari-hari ia tidak bisa menghubungi Hinata membuatnya frustasi. Tenten—salah satu sahabat Hinata sudah ia hubungi untuk menanyakan kabar Hinata, tetapi jawaban dari gadis itu selalu membuat darahnya mendidih. Sepertinya Tenten tidak pernah menyukai dirinya. Gadis bercepol itu selalu saja membanding-bandingkan dirinya dengan sang kakak. Wanita itu mengatakan bahwa Itachi lebih cocok mendapatkan Hinata daripada dirinya.

Sakura juga sempat ia hubungi. Namun jawaban gadis itu yang selalu mengatakan bahwa Hinata baik-baik saja tidak bisa membuatnya tenang. Baik-baik saja untuk Hinata bukan berarti baik untuk dirinya. Ia rindu suara Hinata yang membuatnya tenang. Ia rindu pelukan gadisnya yang membuatnya bisa kembali lagi menjadi sosok anak kecil yang tidak pernah takut untuk dimarahi. Ia benar-benar butuh kata penyemangat dari Hinata dikala ia merasa down.

Sasuke langsung memeluk Hinata, tetapi gadis itu menepisnya. Ia beringsut ke belakang beberapa langkah. Amnestynya tidak menatap Onyx Sasuke. Sasuke merasa sedikit terluka.

"Ada apa Hinata? Mengapa kau bisa kemari? Apa tugas kuliahmu sudah selesai, hm?" tangan Sasuke meraih dagu Hinata dan memaksa gadis itu untuk menatap ke arahnya.

"Kau masih saja bisa tenang ha? Setelah semua kelakuan mu di belakangku?"

"Apa maksudmu?" Sasuke lagi-lagi tidak mengerti arah pembicaraan Hinata.

"Lihat ini baik-baik! Dan katakan kalau aku memang salah! Katakan kalau pemuda di foto ini bukan kau!" Hinata menyerahkan HP miliknya kepada Sasuke.

Hinata tertawa sarkas.

"Aku bisa jelaskan ini, Hinata."

"JELASKAN??!! SUDAH JELAS BAHWA DI FOTO INI ADALAH KAU, DAN KAU MASIH SAJA MENGELAK?" nafas Hinata memburu hingga dadanya naik turun. Semua penghuni kamar apartemen; Naruto, Sai, Gaara hanya bisa membungkam bibir mereka. Mereka tak punya hak untuk ikut campur dalam urusan pribadi bungsu Uchiha dan si sulung Hyuuga. Itachi yang jelas-jelas saudara sedarah Sasuke memilih untuk mengamati saja.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang