(You can play the song)
Park Jimin berdiri dihadapannya dengan lengan yang terlipat didepan dada. Menatapnya penuh selidik, seakan setiap gerak-geriknya begitu diamati.
Ia menatap sekilas netra pemuda itu sebelum kembali menunduk dalam.
"Semalam aku sudah memikirkannya, dan pagi ini aku yakin dengan keputusanku." Nafasnya berhembus pelan, meski ia tahu ada keraguan dalam helaan nafasnya. "Aku tetap memilih V."
Pupil Jimin melebar, ia tidak menyangka jika Jeon Jungkook begitu keras kepala atau bahkan hatinya tidak bisa merasakan apapun.
"Kau bersungguh-sungguh?"
Anggukan pasti dari pemuda Jeon membuat Jimin tidak bisa berkata apapun lagi. Jimin bahkan tidak tahu bagaimana harus bereaksi.
Jungkook tersenyum tipis sebelum menundukkan tubuhnya sebentar, "Kalau begitu aku pergi dulu. Aku harus melihat keadaan V."
Setelahnya Jungkook melangkah menjauh, meninggalkan Jimin yang bahkan masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Jungkook.
.
.
Jungkook hanya terdiam dengan pandangan lurus menatap tubuh lelaki yang sedang tidak sadarkan diri itu. Dokter mengatakan bahwa pemuda itu sudah melalui masa kritisnya, namun Jungkook tidak mengerti mengapa kekasihnya ini belum juga membuka matanya. Jungkook menjadi sedikit ketakutan. Jungkook takut kehilangan, lagi.
"Aku mohon, bukalah matamu." Bisiknya lirih.
Tangannya menyentuh jemari pucat kekasihnya, menggenggamnya erat mencoba menyalurkan kehangatan disana. Netranya terpejam, bersamaan dengan sebulir air mata mengalir membasahi pipinya.
"Aku merindukanmu." Gumamnya meski ia tak yakin kepada siapa kalimat itu bertuan.
.
.
Seokjin mendudukkan dirinya di sofa dalam ruang rawat Taehyung. Nafasnya berhembus lega, setidaknya ia tidak perlu khawatir saat ini setelah mendengar dokter mengatakan bahwa Taehyung sudah melalui masa kritisnya.
Setidaknya untuk saat ini Seokjin bisa menenangkan dirinya.
"Taehyung-ah, cepatlah bangun. Jika tidak, aku akan mengabari keluargamu di korea." Ancamnya. Meski ia tahu Taehyung tidak akan mendengar dan menanggapi ancamannya.
Pandangan Seokjin beralih kearah vas bunga yang berada di sebelah ranjang Taehyung, Irene baru saja menggantinya dengan bunga yang baru.
Baby Breath.
Seingatnya bunga itu adalah bunga kesukaan Jungkook. Taehyung yang mengatakannya. Maka sejak saat itu pemuda Kim itu juga menyukai bunga hias itu.
Bibirnya mengukir senyum kecil, "Kim Taehyung, kau pasti sangat mencintai Jungkook." Gumamnya sebelum senyuman itu menjadi lebih menyedihkan, "Tapi Jungkook sepertinya tidak mengerti perasaanmu."
.
.
Sejak pagi buta hujan sudah mengguyur tanpa henti, bahkan ketika sang surya terbangun dan memulai tugasnya untuk menyinari bumi, hujan tak kunjung berhenti.
Seokjin menghembuskan nafasnya gusar, ia bahkan menjadi malas untuk beraktifitas. Mungkin lebih baik ia menghabiskan waktu di apartemen Taehyung saat ini. Lagipula Irene sudah berada di rumah sakit untuk menggantikannya menjaga Taehyung.
Bahkan dua hari setelah Taehyung melewati masa kritisnya, pemuda itu tak kunjung membuka matanya.
"Taehyung-ah, kapan kau akan bangun?! Hyung sangat merindukanmu." Gumamnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisters Relationship✔
Fiksi PenggemarBahasa ㅡ Sad/Angst ㅡ BOYS LOVE ㅡ TaeKook 17+ Jeon Jungkook tidak menyangka satu kesalahan yang dilakukannya membuat ia menjadi terjebak dalam perjanjian tak berujung.