Jun

224 15 0
                                    

"Jun lama sekali sih.." Keluhku.

Disinilah aku sekarang, di kafe Moonbucks tempat janjianku dengan Jun, pacarku.

Aku sudah menunggunya lebih dari 30 menit, namun batang hidungnya belum muncul juga.

Awas saja kalau 10 me-

"(Y/n)!" Ah.. panjang umur.

"Maaf aku terlambat, sudah menunggu lama?" Tanyanya.

"Sangat lama." Jawabku acuh tak acuh.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku to the point.

"Begini... aku.."Jawabnya terputus-putus.

"Kamu apa sih, bicaranya yang benar" Sahutku tak sabaran.

"Aku.. aku dijodohkan oleh kedua orang tuaku dengan anak dari teman ayahku. Bagaimana ini?"


Deg.

"Lalu... kita bagaimana...?"

Kulihat Jun mengacak rambutnya frustasi.

"Maafkan aku.. aku sudah menolaknya, tetapi ayah tetap bersikeras..."

Aku berdiri, dan segera berlari meninggalkan Jun keluar dari kafe itu. Mataku panas, airmataku pasti akan jatuh sebentar lagi. Sepertinya Jun tidak mengejarku.


Sesampainya dikamar, aku menangis sejadi-jadinya.

Aku tahu ini bukan salah Jun, ia melakukannya karena tidak ingin mengecewakan orang tuanya.

Tapi, hati ini sakit. Aku belum siap untuk menerima kenyataan.

Handphone ku berdering tanda ada telpon yang masuk. Aku mengambil benda gepeng itu dan melihat layarnya.

Jun Calling...

Aku langsung non-aktifkan handphoneku. Aku lelah, dan memutuskan untuk tidur sebentar.


Tok tok tok

Aku terbangun karena ada yang mengetuk pintu kamarku.

"(Y/n)! Bangun! Ganti baju dan bersiaplah! Kita akan makan diluar malam ini! Oh iya, pakai baju yang ibu gantung dibelakang pintu kamarmu!" Panggil ibuku dari luar.

Sebenarnya aku malas, tapi kalau tidak menurut, aku takut dicap anak durhaka. Akhirnya dengan berat hati, aku beranjak turun dari kasur dan bersiap untuk mandi.

.

.

Aku memakai baju yang ibu pinta. Baju dress dibawah lutut bewarna peach dengan renda bewarna putih. Tak lupa hiasan bergambar bunga mawar bewarna pink di roknya.

"Ibu, sebenarnya kita mau ngapain sih?" Tanyaku saat sudah didalam mobil.

"Mempertemukanmu dengan anak dari teman ayah, jangan khawatir, anaknya tampan kok," Jawab ayah santai.

"Oh--APA?! AKU DIJODOHKAN?" Teriakku tak percaya,

"Yup." Jawab mereka kompak.

"Ayah, tapikan aku sudah punya pacar!" Bantahku tidak terima.

Ayah dan ibuku hanya menghela nafasnya.

"Pacarmu itu sudah dijodohkan (y/n), lihat saja dulu. Kalau kau tetap bersikeras tidak mau, ayah akan membatalkan perjodohan ini, meski ayah tak yakin kau akan menolaknya." Jawab ayahku sambil terkekeh.

"Tunggu, tahu darimana ayah kalo Jun sudah dijodohkan?"

Ayahku hanya mengedikkan bahunya, sedangkan ibu tersenyum penuh arti.

.

.

Sesampainya di restoran, ayah dan ibuku menghampiri temannya yang ternyata sudah sampai terlebih dahulu. Aku mengikuti dibelakang.

"Wah, ini (y/n)? Lebih cantik dari difoto!" Sapa istri dari teman ayahku.

"Hoho, pasti dong!" Bangga ayahku, aku hanya tersunyum kecil.

"Omong-omong perkenalkan, saya Nyonya Wen, tapi panggil saja Mama, hoho" Ucapnya lalu menjabat tanganku.

Tungu.. Wen? Jangan-jangan...


"Mama, maaf terlambat, aku ke kamar mandi dulu tadi,"

Tunggu.. aku kenal suara ini..

"JUN?!"

"Hehe.. kita bertemu lagi sayang. Terkejut?" Godanya.

Aku langsung menarik tangannya keluar restoran,

"Maaf Nyonya, aku pinjam Junnya dulu ya," Ujarku.

"Hoho.. silahkan, yang lama ya nak,"


-Luar restoran-

"Jun, kenapa kau bisa ada disini?"

"Menurutmu?"

"Bukankah kau sudah dijodohkan dengan anak dari ayahmu?"

Jun menghela nafasnya. "Kau benar-benar tidak peka ya."

"Hah? Jangan-jangan, anak dari teman ayahmu itu.... aku?"

"Pintar." Jawabnya lalu tersenyum dan mengacak rambutku.

"Heol....."

"Jadi, yang di cafe tadi.. hanya akting?" Tanyaku memastikan.

"Bagaimana? Aktingku bagus tidak?" Jawabnya sambil tersenyum menyebalkan.

"Cih,"

"Kenapa? Kau tak mau menikah denganku? Pacarmu sendiri?" tanyanya sambil mempoutkan bibirnya.


Astaga... imut sekali sih.. kumohon jangan membuatku khilaf..

"Bodoh! Mana mungkin aku menolaknya!" Ucapku lalu menunduk, menyembunyikan wajahku yang sudah memerah karena malu.

"Lucunya pacarku ini ketika sedang malu.. lihatlah itu, mukamu lebih merah daripada tomat!" Godanya.

"Berisik!"

Jun bergerak untuk memelukku, lalu mengusap kepalaku.


"(Y/n)."

"Apa" Jawabku, masih dalam dekapannya.

"Aku mencintaimu."

Blush..

"Aku juga membencimu.." Ucapku mengeratkan pelukanku.

"Hei!!" Protesnya tak puas dengan jawabanku, kemudian tertawa.


Author Pov

Tanpa mereka tahu, orang tua mereka diam-diam mengintip, dan terkikik. Bahkan ibu (y/n) mengabadikan momen itu dengan memvideokannya, yang rencananya akan diputar saat pernikahan mereka nanti.

THE END



SEVENTEEN X YOU(Imagine Seventeen)Where stories live. Discover now