"Hei (Y/n),"
"Apa? kalo nanya nya gapenting mending gausah. aku mau fokus sama baksoku." jawabku cepat.
"Kamu.. beneran gak pacaran sama Seungcheol?" Tanya Rose to the point - yang tentu saja dihadiahi oleh semburan kuah bakso.
"Bangsat,"
"Ya sori, lagian situ nanya yang masuk akal dikit ngapa? Tukang kerdus kek gitu mana mau gue." sewotku.
"Ya santui bosku, gausa ngegas,,"
"Yamaap" jawabku cepat dan kembali fokus pada baksoku. Maunya sih gitu.. tapi..
"Gibah trroossss" tibatiba makhluk antah berantah menjitak kepala ku keras.
"Oh si kerdus panjang umur rupanya." ucapku tak peduli dan tetap fokus pada baksoku.
"Bodoamat kerdus yang penting ganteng." Jawabnya sambil duduk mengambil tempat kosong disebelahku.
"Iuh najis."
"Najis najis... tar naksir kualat sia." ledeknya lagi.
"Bodoamat gua ga denger, gua pake headset. Dah ah, ke kelas duluan." ucapku asal dan langsung beranjak menuju kelas, Rose mengikuti.
.
.
."Tau gak,"
"Enggak. kan blom dikasi tau,"
"Makanya denger sampe tuntas bambank!" Rose mulai emosi.
"Apa?"
"Sesekolahan udah mikir kalian berdua pacaran loh. kemana mana selalu nempel."
"Heleh netijen dasar. mikir aneh aneh trus" jawabku singkat.
.
.
.
Namun sebenarnya, aku punya satu rahasia yang selama bertahun-tahun ini tak pernah kuceritakan pada siapapun. Termasuk teman terdekatku.Bahwa sebenarnya... Seungcheol adalah orang yang kusuka, plus cinta pertamaku. karena itu ketika banyak yang mengira kami pacaran, rasanya senang sekali. Namun rasa senang itu tak pernah kuperlihatkan.
Hebat ya aku bisa memendam perasaan ini? Hehe...
.
.
.
-Rumah Seungcheol-"(Y/n)," Panggilnya ketika aku sedang bermain di rumahnya.
Ketika orang di rumahnya pergi, dia selalu memintaku untuk menemaninya. Yah, mengejutkan sih.. tapi dia memang penakut.
"Hm?"
"Inget ga? Lu pernah ngenalin gue ke cewe pas gua habis putus dari Yuna?"
"Ingetlah. Kan gue yang makcomblangin kalian."
"Nah, dia mulai sering ngechat nih. Apa dia mulai naksir ya?''
"Hmm... kayaknya iya. Kenapa? Situ juga mulai naksir?"
"Hehe, kayaknya sih gitu.. kalo gitu kira-kira bagusnya kapan ya nembaknya?"
Kretek...
Kalian dengar barusan? Ya, itu adalah suara hatiku. hehe.
"Hm.. kayaknya besok bagus tuh. Kan weekend tuh. Lo ajak aja dia jalan-jalan bentar, terus tembak deh." Saranku.
"Bagus juga tuh. Makasi ye, lu emang sohib guee!" Katanya sambil memelukku.
Degdegdegdeg
Agh napa harus meluk sih?!
"Y-yauda! Aku mau balik dulu! Nyokap nungguin di rumah," Alasanku.
"Eh gausa balik, udah kemaleman. tadi gue juga udah bilang ke nyokap lo kalo lo nginep disini nemenin gue."
Bener juga... udah jam 11 malem...
"Trus nyokap bolehin?"
"Iyalah. Katanya 'oh yaudah titip ya, kalo sama Seungcheol tante percaya.' gitu,"
Anjiranjiranjir... serius nyokap ngomong gitu?
"Yaudah pokoknya tunggu aja dulu disini. gue mau siapin kamar buat lo."
Haaaahhh. Seneng si... tapi...
.
.
.
.
07.00 am"Oi kadal! Bangun!!" Ntah udah berapa kali aku bangunin setan satu ini, ga bangun juga..
"Bentar mah..... 30 menit lagi..."
"Mamah gundulmu?! Liat udah jam berapa ini! Lu janjian sama doi jam 8 kan! Buru bangun!!"
"Aaah bentar lagi ngapa-EANJIR LUPA!" sepersekian detik dia langsung bangun.
Dasar. kalo nyangkut pautin cewe, emang paling gercep dia.
30 menit kemudian
"(Y/n)! Pergi dulu ye! Doain lancarrr!!" teriaknya
"Eeeeh bangke tunggu bentarr!!" kataku seraya mengambil sisir terdekat.
"Rambut lo belom disisir." Tanpa sadar aku merapikan rambutnya yang masih basah dan berantakan. Seungcheol hanya diam saat aku merapikan rambutnya.
"Hehe... jadi inget waktu SD.. dulu lo sering nyisirin gue kek gini"
"Gaada waktu buat nostalgia. Dah cepetan sana, tembak si doi!" ujarku sambil mendorong nya keluar rumah.
"Dah! Sukses yak, nanti berhasil jangan lupa kabar kabari!!" Ucapku di depan pintu.
"Siap bosku!" Jawabnnya lalu menaiki motor yang akan ia kendarai.
Aku? aku hanya memandangi motornya yang mulai menjauh. Lalu setelahnya barulah aku menangis.
Padahal udah sering.... tapi rasanya tetap sakit ya....
.
.Cheol Tai
Oi!
P
P12.30
You
Apaan?12. 35
Cheol Tai
Gua diterima!12. 35
Jlebb
You
ooo.. Congrats
Traktirannya Pizza ya12. 37
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ah... sepertinya takdirku memang hanya untuk pendorong baginya ya... ya sudahlah... mau gimana lagi...
End