Hoshi

238 16 2
                                    

"(Y/n)..."

Aku terbangun karena merasakan ada yang menusuk pipiku berulang-ulang.

"(Y/n) banguuuuuuunnn..."

Samar-samar aku melihat sosok lelaki sipit tepat didepan wajahku.

"GYAAA!?" Setelah kesadaranku utuh, aku terkejut dan refleks menendang sosok itu yang ternyata adalah Hoshi hingga terjatuh kebawah kasur.

"KAMU NGAPAIN DI KAMAR AKU HAH?! NGANU YA?!" Tuduhku sambil menyilangkan tangan didepan dada.

"Aduuhhh... (y/n), kau lupa lagi bahwa kita sudah menikah?!" Protesnya, masih dalam posisi terjungkir.

1

.

2

.

3

"Oh astaga.. maafkan aku." Ujarku sambil membantunya berdiri.

Iya, dia benar. Kami sudah menikah beberapa minggu yang lalu. Tapi aku terus menyangka bahwa pernikahan kami itu mimpi. Karena.. bagiku terlalu indah.

Dia, Kwon Soonyoung, aku mengaguminya sejak masih di bangku SMP. Dan ketika SMA, siapa sangka aku satu sekolah dengannya lagi, bahkan satu kelas. Dan entah keberuntungan sedang memihakku atau apa, kuliah pun kami di tempat yang sama. Betapa senangnya aku saat itu.

Lalu ia tiba-tiba melamarku saat kelulusan, padahal aku tidak pernah berbicara padanya. Aku hanya memandangnya dari jauh.

Dan lebih mengagetkan lagi, ia bilang bahwa ia juga memperhatikanku sejak hari pertama di SMA. Dan juga, ia mengikutiku masuk ke kampus yang sama.

Setelah lamaran yang mengagetkan saat itu, kami menikah 2 bulan kemudian.

.

.

"Tidak mau!" Katanya sambil mempoutkan bibirnya.

Ha?

"Tak mau kumaafkan!" Oh astaga, dia ngambek... lucunya..

"Oh ayolah Hoshiii~"

Ia mengeluarkan smirk andalannya, "Cium dulu!" Ujarnya sambil memajukan bibirnya.

Glek.

Dengan cepat aku mengecupnya singkat lalu berdiri. "Sudahkan? Aku mau tidur lagi."

Ia tersenyum puas. "Hei! Jangan tidur lagi!"

"Hoshi.. ini hari Minggu, waktu bersantaiku.."

"Kau yakin mau tidur lagi? Hari ini aku ingin mengajakmu ke Taman Bermain! Ayolaahhh!" Rengeknya. Ya Tuhan, kenapa dia jadi manja begini sejak kami menikah?

"Baiklah-baiklahh, aku mandi dulu!" Ujarku mengalah.

"Yey, aku mencintaimu (y/n)!"

Blush.... untung aku sudah di kamar mandi, jadi dia tidak bisa melihat wajah merahku.

.

.

.

-Taman Bermain-

"Hoshi, mau naik apa dulu? Tanyaku sembari membuka peta.

"Mau foto sama badut dulu," Hah? Dia sadar umur tidak sih?

Akhirnya aku mengalah lagi dan memotretnya. Lalu kita memutuskan untuk menaiki Roller Coster, wahana yang sebenarnya aku dan Hoshi takuti. Tapi Hoshi tetap bersikeras untuk menaikinya. Katanya untuk menguji adrenalin//bhaks.

.

.

"Huekkk!"

"Ya ampun Hoshi.. Kalo gakuat gausah maksain deh!" Ucapku sambil memijit lehernya.

"Ayo (y/n)! Sekarang kita ke rumah hantu!" Setelah muntah, tiba- tiba dia menarik tanganku.

Loh? Diakan penakut?

"Tidak usah, kau kan penakut,"

"Kata siapa? Aku berani!"

Aku hanya menghela nafas dan mengikutinya. Karena aku tahu, dia akan bersikeras seperti Roller Coster tadi.


-depan rumah hantu-

Dapat kulihat Hoshi meneguk ludahnya.

"Kau janji tidak akan berteriak?" Tanyaku.

"Pasti."

"Kalau kau teriak, kau harus mengenakan bando itu sampai kita pulang." Ucapku dan menunjuk bando kucing yang dijual disekitar rumah hantu.

"Se-setuju." Aku tersenyum puas. Karena aku yakin bahwa dia pasti akan berteriak di dalam sana.

***

"GYAA! PALANYA JATOH!" Tuhkan..... baru juga masuk berapa langkah...

"WOY TANGANNYA MANA ITU?!" Sekarang dia malah bergelantungan di tanganku.

"Ayolah.. sebentar lagi sampai pintu keluar.." Ujarku malas.

"(Y/N)! KEPALANYA NGEJER AKUUU!"

"Haishh.. tutup matamu." Suruhku akhirnya, ia menurut.

Aku menggenggam tangannya dan menuntunnya berjalan.

"(Y/N)! ADA YANG MENGGENGGAM TANGANKU!" Teriaknya.

"Itu aku bodoh!" Ujarku kesal.

"O-oh.... begitu.. jangan dilepas ya.."

"Jika kau bicara lagi akan kulepas!" Ancamku.

Lalu aku memasangkan earphone ke telinganya agar dia tidak mendengar suara-suara aneh.

Haahh.. kenapa aku bisa naksir sama dia ya??

.

Sesampainya diluar, aku melepaskan earphone-nya lalu menyuruhnya membuka mata.

"Um.. mau sampai kapan kau memejamkan matamu?" Tanyaku ragu-ragu.

"Hei! Mataku sudah terbuka tahu!" Ujarnya sambil melebarkan matanya.

Yah.. walaupun sama saja sih.. hehe

"Oh, oke! Sesuai janji karena kau teriak tadi, kau harus memakai ini!" Ujarku semangat dan memakaikan bando kucing yang baru saja kubeli.

"Baiklah, toh tidak ada ruginya." Dia menerimanya begitu saja.

Karena gemas aku mencubit pipinya berulang-ulang.

"Aduuh sakit tau, kalo gemes mending cium aja, lebih enak!"

"Ini tempat umum bego!" Ujarku lalu mencubit hidungnya.

"Biarin, kan kita udah nikah." Jawabnya.

Aarrgghh.. dengan cepat aku berjinjit dan menciumnya lagi.


"Sudahkan? Jangan minta yang aneh-aneh! Ini bukan di rumah!"

"Berarti kalo di rumah boleh minta yang aneh-aneh ya!" Dia mengeluarkan smirk andalannya yang selalu berhasil membuatku lemas.

"G-ga gitu juga!"

"Ayo (y/n) kita pulang! Udah gak sabar~" Ujarnya seraya menarik tanganku.


Oh shit..

Kalo udah begini, Hoshi gabakal bisa dihentikan...

"Agghh! Mulut sialaaaann!! " rutukku dalam hati.

THE END.

 ܹGimana rasanya kalo punya suami kek Hoshi?enaknya diapain yah?

baper gakk? kalo engga maapin,,

vommentnya selalu ditunggu ^^

-vrs.

SEVENTEEN X YOU(Imagine Seventeen)Where stories live. Discover now