Terlihat seorang gadis yang berdiri diantara banyaknya gundukan tanah merah yang bertabur bunga indah diatasnya. Ia berdiri di tempat itu kurang lebih dua jam lamanya. Suasana yang lengang dan mencekam, juga hari yang semakin gelap tidak membuat gadis itu gentar untuk kembali.
Hujan pun tidak membuatnya beranjak dari tempat ia berpijak. Sang gadis tetap bergeming di tempatnya tanpa peduli pandangan aneh orang-orang. Atau mungkin bukan orang?
"Hei Seungcheol! Aku datang lagi!"
...
"Apa kabar? Aku? Aku sangat tidak baik sejak kau pergi."
...
"Hei lihat apa yang kupakai sekarang, tara! Aku memakai kalung pemberianmu. Cocok kan?"
...
"Apa kau merindukanku?"
...
"Kumohon jawablah aku... kau tahu? Aku amat sangat merindukanmu..."
...
Air mata sang gadis perlahan mulai menetes.
"Maaf.. maafkan aku... aku benar-benar menyesal..."
...
"Aku... aku tahu ini sangat terlambat.. Aku mencintaimu.. maaf aku terlambat.." Lirih sang gadis dalam isakannya, perlahan ia berjongkok dan memeluk sebuah batu nisan.
Ya. batu nisan bertuliskan nama orang yang gadis itu cintai.
Choi Seungcheol.
3 Tahun lalu
"(Y/n)!" Panggil seorang pria tampan berperawakan tinggi, tegap, berkulit putih, hidung mancung mempesona bernama Seungcheol lalu datang menghampiri seorang gadis. Namun gadis yang dipanggil itu tampak tak berminat untuk bertemu dengan pria itu.
Pria itu sebenarnya sadar bahwa sang gadis itu tidak menyukainya, tapi dia tidak peduli. Pria itu tetap menunjukkan betapa besar rasa cintanya, meskipun tak satupun yang ditanggapi dengan baik oleh sang gadis.
"Mau apa kau?" Tanya (Y/n) dingin.
"Tidak ada. Aku hanya ingin mengantarkan ini. Kau belum makan kan? Makanlah." Jawabnya sambil memberikan kantung berisi makanan favorit (Y/n).
Gadis itu melirik sebentar, sebenarnya ia ingin, namun ego dan rasa gengsinya lebih tinggi. "Terimakasih. tapi tidak perlu." Tolak sang gadis lalu kembali fokus pada laptopnya.
"Sudahlah ambil saja. Aku taruh disini ya," ucap Seungcheol bersikeras sambil meletakkan kantung itu di atas meja. "Dah! Sampai bertemu lagi!" Katanya sebelum meninggalkan ruangan.
Tak lama setelah Seungcheol pergi, masuklah seorang pria bernama Soonyoung, teman baik (Y/n). "Hei! Apa kabar?" Sapanya. "Ah, hei. Baik." Jawab (Y/n) singkat.
"Wuihhh! Ada makanan!" Ujarnya setelah matanya menangkap bungkusan yang dibelikan oleh Seungcheol. "Makan saja." Ujar (Y/n) malas. "Serius? Makasih! Omong-omong, ini dari siapa?" Tanya Kenya penasaran. (Y/n) diam sebentar lalu menjawab tanpa minat, "Seungcheol."
Hening sebentar mengisi ruangan itu sebelum Soonyoung angkat bicara. "Sepertinya Seungcheol itu benar-benar mencintaimu. Mengapa tak kau coba untuk membuka hatimu untuknya?"
Si gadis menghela napas malas "Bukan urusanmu."Soonyoung menyerah, "Yasudah, terserah kau saja. Asal jangan kau menyesal ketika ia sudah tidak ada lagi di sisimu. Kau telah menyia-nyiakan pria sebaik itu." Katanya sebelum mulai memakan makanan (Y/n).
.
.
.
."Hei." Panggil seorang pria tinggi berkulit putih yang dikenal dengan nama Joenghan. "Apa?" Jawab Seungcheol.
"Kau.. masih berharap pada gadis itu?" Tanya Jeonghan hati-hati. "Kau ini bicara apa, tentu saja masih!" Jawab Seungcheol yakin. "Serius? Bahkan setelah ia mengecewakan dan menolakmu berkali-kali?"