HAL KEENAM

170 20 2
                                    

Seventeen - I Don't Know

Hana berpamitan dengan teman satu kampus yang mengantarnya pulang malam ini kemudian turun dari mobil dan melambaikan tangannya ketika temannya itu memberikan bunyi klakson singkat dan kembali melajukan mobilnya. 

Ketika hendak membuka pintu pagar rumahnya, Hana tersentak kaget sehingga membuat tubuhnya mundur beberapa langkah. Setelah menyadari bahwa di hadapannya ini adalah seorang manusia yang tengah duduk sambil menunduk dengan balutan hoodie putih di tubuhnya, ia bernafas lega.

Hana menghampiri secara perlahan dan membelakkan matanya ketika menyadari bahwa orang tersebut adalah laki-laki yang membuatnya selalu ingin menangis selama satu minggu ini. Hana menumpukan lututnya pada tanah dan mengangkat wajah S.Coups secara perlahan. 

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

S.Coups menatap Hana dengan tatapan lelahnya sambil tersenyum kecil. "Apa yang mengantarmu tadi adalah kekasih barumu?"

Hana dapat mencium bau alkohol dari mulut laki-laki di hadapannya. "Berapa banyak yang kau minum malam ini?"

"Apa dia tahu bahwa kau lebih suka menggunakan bus dan kedua kakimu sebagai alat transportasimu?" 

Hana mencoba untuk menarik tubuh S.Coups agar membuatnya bangkit. "Aku akan mengantarmu pulang." ucap Hana sambil meletakkan lengan kanan S.Coups di lehernya dan menuntun laki-laki itu ke arah jalanan untuk mencari taksi. 

"Bukankah dia harus mengetahui hal yang kau suka?" tanya S.Coups dengan kekehan kecilnya. "Kenapa kau mengembalikan semua uang tabungan yang ku berikan untuk biaya kuliahmu?" tanyanya lagi. 

Hana menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan S.Coups yang terakhir. S.Coups kembali terkekeh namun kali ini terdengar seperti seseorang yang tengah mencoba menahan tangisnya. 

"Hana, aku ini adalah satu dari mereka yang ingin melihatmu lulus dengan baik. Jadi terimalah uang yang aku berikan." tutur S.Coups.

Hana lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Aku tak berhak mendapatkannya."

"Lantas aku pun tak berhak mendapatkan semua ini, Hana." timpal S.Coups seraya menarik lengan kanannya dan berdiri tegak. "Aku benci pada diriku sendiri karena dirimu."

"Kau ini sedang mabuk, Choi Seungcheol!" 

S.Coups terkekeh kecil. "Tolong jangan seperti ini, Hana! Jangan bersikap bahwa kau baik-baik saja dan dapat menerima semuanya."

"Lantas aku harus apa?!" bentak Hana. "Aku sudah berkali-kali memintamu untuk tetap bersamaku, aku sudah berkali-kali menangis di hadapanmu menunjukkan bahwa aku ini tersakiti, Seungcheol!"

Hana merasakan nafasnya mulai tak teratur, untuk sekian kalinya laki-laki di hadapannya ini membuat hatinya tak karuan setengah mati. Selama bertahun-tahun Hana bersama S.Coups, namun gadis itu tetap tak bisa memahami mengenai apa yang laki-laki itu inginkan. 

"Tolong jangan datang padaku jika hanya ingin membuat hatiku semakin sakit," ucap Hana melemahkan suaranya. "Satu-satunya hal yang paling aku harapkan darimu ketika datang padaku seperti saat ini adalah kau mengatakan bahwa kau menyesal." 

"Aku tak pernah mencintainya, Hana." tutur S.Coups seraya menatap ke arah mata Hana. "Wanita yang kau anggap lebih cantik darimu itu, aku tak pernah sekalipun menaruh hati padanya." 

Hana membuang nafasnya. "Kau ini sedang mabuk, berhentilah bergurau."

S.Coups menggeleng. "Aku melepaskanmu karena aku memang sudah tidak mampu lagi, Hana." 

Hana terdiam mengeraskan rahangnya mencoba untuk menahan tangisnya. "Aku tidak tahu, Hana. Semuanya tidak berjalan semestinya lagi, dan aku sudah tidak mampu untuk menjalaninya lagi. Kau yang selalu tersakiti, aku yang selalu merasa tak peduli." lanjut S.Coups.

"Apa kau masih mencintaiku saat ini?" 

Pertanyaan yang keluar dari mulut Hana secara tiba-tiba itu membuat S.Coups tak bergeming. "Cukup katakan bahwa kau ini tak mencintaiku lagi, maka detik ini pun kita telah usai. Aku mohon untuk tidak datang padaku lagi." ucap Hana sambil kembali berjalan ke arah rumahnya. 

"Apa aku masih mencintaimu?" tanya S.Coups dengan suara yang cukup keras. "Bagaimana bisa kau bertanya seperti itu ketika aku tak pernah sekali pun berhenti melakukannya, Hana."

Hana menghentikan langkahnya dan menoleh. Dalam detik itu pun, air matanya meluruh beriringan dengan lari kecilnya menuju S.Coups untuk menghambur ke dalam pelukan laki-laki itu.

S.Coups membalas pelukan gadis itu dan mencium puncak kepala Hana. "Maafkan aku, Hana. Ku kira kita masih membutuhkan waktu masing-masing, akan ku temui kau lagi di hari ketika tangismu jatuh karena bahagia dengan hasil kelulusanmu."

"Akan ku temui kau lagi di hari ketika kau akan mengatakan pada dunia bahwa terdapat seorang dokter hebat yang menyaksikan perjuanganmu."

S.Coups tak bergeming hingga Hana mulai berjalan mundur. "Tolong tetap kenali aku ketika esok atau lusa bahkan ketika kau telah berhenti mencintaiku." ucap Hana sambil tersenyum miris.

"Katakan padanya, kau telah mencintainya mulai hari ini. Dan tolong katakan pada hatimu, kau telah berhenti mencintaiku mulai hari ini. Agar aku tak memiliki harapan mengenai akan kembalinya kau padaku lagi, Seungcheol." lanjut Hana seraya membalikkan badannya dan mulai kembali berjalan dengan tegar.

Dengan helaan nafas yang berat S.Coups mengucapkan hal yang diperintah oleh Hana dengan suara yang seperti gumaman. Bukan, bukan karena laki-laki itu memang telah mencintai gadis lain. Melainkan karena ternyata selama ini terdapat seorang laki-laki lain yang juga menaruh hati pada gadisnya itu, dan merupakan seseorang terdekatnya.


i know ini gaje bgt setengah mati. ya tapi kumaha dei aku jg bingung dan pusing sm si seungcheol dan keseluruhan cerita ini.


Memoir [SEVENTEEN'S S.COUPS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang