Budidayakan menekan Bintang dipojok kiri!
---
Lampu menyala begitu terang disekitarnya, beragam warna menghiasi malam yang dingin ini, seperti ungu, biru, dan merah. Benda benda disekitarpun berfariasi pula, ada yang berbentuk kotak, lingkaran besar, dan lain sebaginnya, yang memenuhi tempat ini. Suara bising dari penjuru arah juga memenuhi gendang telinganya.
Disini berlalu lalang banyak orang. Ada yang menggandeng sang pujaan hati, sang buah hati, dan tentunya banyak pemuda pemudi yang sedang bercandara ria.
Berbeda dengan gadis yang sedang berdiri sendiri ditengah keramaian ini, menggunakan kedua tongkat untuk menompang tubuhnya.
'Waah pasar malam' pekik bahagia dari mulut kecilnya, dengan semangat ia melangkahkan salah satu tongkatnya kedepan. Tetapi dari berlawanan arah, segerombolan anak anak kecil yang sedang berlari, tak sengaja menabrak salah satu tongkatnya.
"Aaaa, jangan lari kamu," ucap anak laki laki yang mengejar teman sebayanya.
Kirana hanya menghela nafas, sambil tersenyum kearah anak anak yang tadi menabraknya. Ia sudah terbiasa dalam situasi seperti tadi. Untung saja ia bisa menyeimbangkan badan mungilnya, menggunakan kedua tongkat ini.
Setelah memastikan ia sudah berdiri dengan benar, Kirana bersiap untuk melangkah, melihat lihat keramaian disekitar. Tetapi sebelum melayangkan tongkat untuk berpindah, ada sebuah tangan yang menarik tangannya.
Tentu saja membuat Kirana mempertahankan posisinya berdiri, tidak ingin mengikuti seseorang yang menarik tangannya dengan lembut.
Seseorang itu, menengok kebelakang karena ia merasa yang ditariknya tadi tidak bergerak mengikuti langkah kakinya.
Ia tersenyum kearah Kirana yang sedang terpaku. Hal itu membuat Kirana menahan nafasnya, ia terpesona akan ketampanan sosok didepan tubuh mungilnya ini.
Hidung yang mancung, bibir yang seksi, rahang yang kokoh, bulu mata yang begitu lentik, oh jangan lupakan kedua bola mata indahnya yang berwarna coklat gelap, seakan memberi ketenangan kepada orang yang melihatnya.
"Haii," suara bass yang begitu merdu masuk kedalam gendang telinga Kirana. "Follow me."
Seperti terhipnotis, Kirana pun mengikuti cowok yang sedang menuntunnya kedepan dengan tarikan yang lembut.
Kirana tidak sadar dengan keadaanya sekarang. Ia begitu mengagumi sosok didepannya.
Saat langkah kaki didepannya terhenti, otomatis Kirana memberhentikan kedua... Dimana tongkatku? Kenapa bisa aku berdiri disini? Batin Kirana dengan gugup. Dan ia barulah sadar dari pesona yang bagaikan hipnotis dari sosok didepannya.
Bagaimana tidak? Dia berdiri tanpa kedua penjaganya, dan, lihat ini! Mereka sekarang sedang berada di komedi putar, dan tepat saat mereka berada diatas, komedi putar pun telah berhenti. Seakan kejadian ini telah direncanakan.
'Tunggu...' Setelah menyadari sesuatu yang menjanggal, Kirana pun menengok sosok didepannya tadi.
Seketika Kirana menegang ditempatnya, ada aliran listrik saat kedua telapak tangan itu menangkup kedua pipi halusnya. Dan ingat! Ini pertama kali Kirana mendapat sentuhan itu dari seorang cowok selain ayahnya dulu.
Tetes demi tetes keringat dingin bercucuran dari dahi Kirana, ia gugup setengah mati, dan ia bergerak gelisah, seakan ia akan mengantri untuk disuntik. Padahal dia sangat ketakutan berada diketinggian.
Cowok itu melihat tetesan keringat yang jatuh ditanganya, ia masih menangkup kedua pipi halus Kirana dan tak lupa tersenyum menenangkan kearah Kirana, ia faham betul bahwa gadis didepannya ini sedang gelisah.
"Tenang, ada aku disini."
"Allahuakbar Alla...huakbar." Kirana langsung terbangun dari mimpi aneh nya, dengan keadaan kacau.
Suara adzan subuh yang bagaikan alarm untuk Kirana Adistia.
'Allhamdulilah... Cuman mimpi.' batin Kirana sambil mencari kedua tongkat, yang selalu menjaga dirinya.
Setelah menemukan penjaganya, ia langsung kekamar mandi untuk mengambil wudhu dan bersiap sholat.
---
" Assalamualaikum warahmatullah... Assalamualaikum warahmatullah..." kedua tangan Kirana mengangkat, dan ia berdoa.
'Ya Tuhan aku memohon kepada mu tempatkan ayahku disisimu, tarik semua penyakit dari ibuku, dan berikanlah aku teman yang selalu menemaniku.' setelah berdoa, kedua tangan Kirana, diusapnya perlahan ke permukaan wajahnya.
Setelah sholat, ia merapikan mukena bersama sajadah, sesudah itu, Kirana bersiap untuk berangkat kekampus, dan tak lupa ia membuat sarapan pagi untuk ibunya, yang sekarang terbaring lemah di ranjang tidur.
"Ibu... Makan dulu ya," ucap Kirana sambil menyendokkan nasi beserta lauk tempe. Karena hanya nasi dan tempe yang bisa Kirana beli.
Tia -ibu Kirana- membuka mulut, dan menerima sesuap nasi yang diberikan anaknya.
Kini sendok terakhir sudah dilahab oleh ibunya, dengan senyum ceria Kirana memegang tangan wanita yang telah melahirkannya dan mencium punggung tangan beliau.
"Kirana berangkat dulu ya bu... Assalamualaikum."
"Aashkumsalam.(waalaikumsalam)" setetes air asin lolos begitu saja dari mata Tia.
---
Lanjut tidak?
Comment wajib! [Tinggalkan jejak]
Kasih saran atau apalah! Okaii...
Salam ✨
Dari penulis amatir.Ps: maap kalo ada typo
( 15 Juli 2018 )
KAMU SEDANG MEMBACA
Azki
Teen FictionKirana Adistia, siapa sih yang gak kenal sama dia se-antero kampus? Cewek cantik, pintar, ceria, namun banyak orang yang menjauhinya. Itupun karena hal sepele, yaitu kedua kakinya. Setiap doa, ia selalu meminta teman, untuk menemani kesepiannya. Da...