AZKI |12

12 2 0
                                    

Gedung gedung pencakar langit memenuhi Indra penglihatan Kirana, disana sini banyak gedung tinggi, yang seakan berlomba untuk paling teratas. Berbagai pencahayaan menerangi malam dingin ini.

Dengan santai Azka berjalan mendekat kearah Kirana berada, setelah ia memarkirkan kendaraan beroda empat itu.

"Kok... Azka, bawa Kirana kesini sih?" tanya Kirana saat Azka sudah sampai didekatnya.

Azka terkekeh, "kan Lo yang bilang, terserah... Ya udah gua ajak lo kesini." Azka melanjutkan berjalan meninggalkan Kirana yang melongo, karena jawaban Azka.

Setelah sadar, Kirana mengikuti Azka dari belakang, karena Kirana tertinggal cukup jauh dibelakang Azka.

"Maaf mbak, anda tidak bisa masuk!"pak satpam penjaga, pintu utama gedung ini. Mencegat Kirana, saat Kirana akan kembali mengikuti Azka.

Tak lupa, satpam itu melirik sinis, Kirana dari atas sampai bawah.

"Ndak boleh ya om? Tapi kenapa temen Kirana boleh?" jari telunjuk Kirana yang lentik, mengarah ketubuh Azka, yang sedang berbicara kepada resepsionis.

Azka sama sekali tidak menyadari keberadaan Kirana yang sangat sangat tertinggal dibelakangnya.

"Maaf mbak, tapi apa benar mba itu temannya den Azka? Bukannya mbak pemulung? Atau pencari uang zakat?" kata Pak satpam yang bernama lukman, yang berada pada tag name didadanya.

Kirana masih tersenyum, walau sakit dihatinya sudah terbuka saat pak lukman berbicara seperti itu.

"Tapi Om, itu beneran temen Kirana kok, namanya Azka... Tadi dia yang ajak Kirana kesini. Dan... Kirana ndak pemulung atau pencari sumbangan," suara Kirana mengecil saat kalimat terakhir ia katakan. Dan senyuman masih merekah disudut bibir Kirana. Walau itu hanya pengganti air mata yang tak lama akan meluncur dari mata indahnya.

"Ki... Gua pikir lo ilang!" Azka datang dengan suara kesal, tadi saat Azka sudah selesai dengan resepsionis, ia menengok kebelakang mencari Kirana. Tetapi yang dicari tidak ada ditempat. Dan itu membuat Azka panik.

"Maaf den Azka... Saya kira gadis ini bukan teman Den Azka, jadi saya menghalangi untuk masuk..." pak satpam yang tadi, menunjukan keangkuhan dan sombong, seketika berhadapan dengan Azka, ia langsung menundukkan kepala.

'Den Azka?' batin Kirana bertanya.

Dan dengan cepat Azka menarik tongkat Kirana, membuat pemilik tongkat itu tergesa gesa menyeimbangkan langkah kaki Azka.

"Lo sih, lelet banget dah!" gerutu Azka, masih menarik tongkat Kirana, menuju kantin hotel ini.

Ooh iya... Sekarang mereka berada dihotel, dan itu membuat Kirana mengernyit kan dahinya, 'masuk sini aja Kirana ndak bisa... Apa lagi bayarnya...'  pikir Kirana.

"Azka pelan pelan... Susah jalannya.. " Keluh Kirana. Tapi matanya masih mengelilingi gedung besar ini, dari indahnya, uniknya, sampai miniatur gedung ini.

"Hmm," jawab Azka dengan deheman.
"Azka, kenapa Kirana diajak di hotel yang gede ini?" tanya polos Kirana. Masih dengan kedua bola mata yang menjelajahi gedung ini saat melewatinya.

"..." tidak ada jawaban dari Azka. Padahal Kirana sudah bertanya pertanyaan itu dua kali.

"Azka... Mahal ya, buat pergi kesini?" tanya Kirana. Menatap Azka yang mengambil beberapa snack  dan minuman dingin. Karena mereka berada dikantin hotel.

"Bisa diem gak sih! Ngomel mulu! Diem! Ikutin gua jalan kemana aja! Okey! " bentak Azka, yang sudah geram dengan pertanyaan Kirana.

"Maaf..."

Azka kembali menarik tongkat Kirana dengan lembut, memasuki sebuah kotak persegi panjang, dan menekan lantai atas gedung ini.

Sedangkan Kirana ia hanya diam, dan menuruti perkataan Azka tadi, taku jika Azka berubah pikiran mengajari Kirana Skate.

"Ting"

Azka langsung keluar dari lift, dan menuju lorong kamar hotel yang berada disini.

'Kenapa Azka ajak Kirana ke kamar hotel ya? Apa ndak mahal buat bayar nya? Azka kan masih pelajar?' batin Kirana bertanya pada diri sendiri.

Jika Kirana bertanya kepada Azka, pasti Azka tidak menjawab malah memarahi Kirana seperti tadi dikantin.

---

(25 Maret 2020)

Jangan lupa vote dan commentnya:')

Stay at home😊

AzkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang