[17] Miss

8K 980 130
                                    

Seminggu kepulaungan Xhiun dan sudah seminggu juga hubungan Winwin dan Xhiun menjadi baik lagi.

Tepat hari Minggu, Ara merenung di meja belajarnya. Menatap selembar foto yang menunjukkan sebuah pasangan suami istri dan seorang anak perempuan.

Setetes air mata menetes tepat di foto wajah wanita yang tengah tersenyum manis.

"Ara rindu," lirih Ara.

Seseorang menelpon Ara dan membuatnya terperanjat dari lamunannya.

"Iya halo?" tanya Ara.

"Ra, jalan yuk!" ajak penelpon diseberang sana.

"Maaf, aku malas, Sagang!" tolak Ara dengan halus.

"Ya, padahal gue mau ngajak kamu ke suatu tempat," ucap Sagang, dari nada suaranya terdengar kecewa.

"Sama Hana aja, Sagang jauhin aku. Aku udah tau akal busuk kalian berdua." ucap Ara memutuskan sambungan telepon sepihak.

Ara dan Winwin telah mengetahui bahwa Sagang dan Hana berniat memisahkan Ara dan Winwin.

Flashback-

Saat di taman, Ara dan Winwin berjalan bersama sepulangnya dari minimarket. Xhiun awalnya yang akan pergi, tapi Winwin menawarkan dirinya.

"Makasih banyak ya, karena lo gue kembali lagi sama ibu gue," ucap Winwin tersenyum.

"Iya." balas Ara tersenyum pula.

Hingga Ara dan Winwin mendengar 2 orang tengah berbincang di belakang mereka.

"Kita harus pisahin mereka," kata Sagang dengan yakin.

"Gue juga udah berusaha deketin Winwin, tapi nihil." kata Hana kecewa.

"Kita harus berusaha lebih keras lagi!" ucap Sagang.

"Lo ben—" ucapan Hana terpotong.

"Oh, jadi kalian rencana in buat misahin kami?" potong Winwin.

"Buk—bukan, tapi Hana!" tolak Sagang.

"Sagang, aku kecewa," ucap Ara.

Orang yang Ara sayang ternyata berencana jahat untuk memisahkan dia dan Winwin.

Ara menarik Winwin, tapi Winwin menolak dan berkata.

"Kami udah jadian, kalian nggak bisa ganggu lagi!" tandas Winwin tersenyum licik dan menarik Ara pergi dari taman.

Sagang dan Hana melongo, mereka merutuki kesalahan bodoh mereka. Bagaimana bisa ia tidak mengenali Winwin dan Ara dari belakang.

"Lo yang salah! Yang duluan bicara kan lo!" kata Hana dengan kesal.

"Lo kenapa enggak bisa ngenalin mereka dari belakang? Hah bodoh!" rutuk Sagang yang segera pergi meninggalkan Hana. Entah kemana perginya pacar author ini, mungkin ke hati author.

Flashback off-

Ara mengambil hoodie dari lemarinya dan memasukkan ponsel nya kedalam saku celana jeans nya.

Ara pergi ke makam mamanya dengan membawa sebuah bucket bunga mawar.

"Ma, Ara rindu sama mama." kata Ara ketika sampai di makam mamanya.

Ia mencurahkan isi hatinya, yang mungkin tidak bisa disampaikan ke siapapun kecuali ibunya.

"Ara iri sama Sicheng yang bisa ketemu ibunya lagi," kata Ara terisak.

"Ma, Ara rindu banget sama mama. Jemput Ara ma!" Ucap Ara.

Makam ibunya ada di Busan, dan saking rindunya, dia bahkan pergi ke Busan tanpa sepengetahuan Minhyun.

Seseorang memegang bahu Ara.

"Ra, lo masih punya gue, om Minhyun, dan orang tua gue." tiba-tiba seseorang datang dan memegang pundak Ara.

"Sicheng?" lirih Ara berbalik melihat Winwin.

Winwin merentangkan tangan seperti ingin memeluk. Ara berdiri dan langsung memeluk Winwin.

"Gue rindu mama," ujar Ara.

"Ada gue," ucap Winwin mengelus pucuk kepala Ara.

Ara membenamkan wajahnya di dada Winwin dan terisak. Winwin mempererat pelukannya pada Ara.

2 jam berada di makam, Winwin mengajak Ara pulang.

"Pulang yuk! Nanti om Minhyun nyariin," ajak Winwin.

"Iya," jawab Ara murung.

Winwin tidak mengantar Ara langsung ke rumahnya, melainkan mengajak Ara ke taman bermain.

"Kenapa kesini?" tanya Ara.

"Nggak usah nanya," ucap Winwin mendudukkan Ara pada salah satu ayunan dan mendorong nya.

Ara tersenyum.

"Jangan kencang, nanti gue jatuh."

"Lo jatuh kan ada gue," ucap Winwin yang membuat pipi Ara merah.

Setelah cukup lama bermain ayunan, Ara berdiri dan Winwin juga ikut berdiri dari ayunan di samping Ara.

"Pulang yuk!" ajak Ara.

"Tunggu," tolak Winwin.

Winwin memegang tangan Ara, dan menatap Ara dalam.

"Lo nggak usah pikirin mama lo lagi, dia udah tenang disana. Jangan juga kepikiran buat ikut mama lo, masih banyak yang sayang sama lo." pesan Winwin.

"Iya Cheng, lo bener," ucap Ara tersenyum.

"Yuk pulang! Nanti kita kemalaman bisa di hukum," Winwin mengangguk tanda setuju.

Winwin pun mengantar Ara pulang ke rumahnya, saat sampai Minhyun menunggu di depan rumah.

"Papa!" sahut Ara dengan bersemangat.

"Kamu dari mana sayang?" tanya Minhyun lembut.

"Dari makam mama, maaf pa nggak izin kan tadi papa keluar dan Ara nggak sempat buat nelpon." jelas Ara.

"Tidak apa-apa sayang, masuklah makan malam!" ucap Minhyun.

"Iya pa, makasih ya, Cheng!" ucap Ara sebelum masuk ke dalam rumah.

Setelah Ara masuk rumah, Minhyun menghampiri Winwin.

"Sicheng, makasih ya!" ujar Minhyun mengelus kepala Winwin.

"Iya om, kasihan juga liat Ara." kata Winwin.

"Andai kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin istri om masih ada disini bersama kita." ucap Minhyun tersenyum kecut.

"Memangnya ada apa om?" tanya Winwin.

"Dulu, saat Ara masih kecil. Kami berdua memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau, karena terlalu bersemangat, Ara hampir terseret arus namun mamanya dengan segera menolongnya. Dan malam mamanya yang terseret," jelas Minhyun yang menceritakan peristiwa mengenaskan yang merenggut nyawa istrinya tercinta.

"Om sabar, setiap peristiwa pasti memiliki hikmah." kata Winwin.

"Iya kamu benar," ucap Minhyun tersenyum.

"Kalau gitu Winwin pulang dulu ya!" pamit Winwin.

"Iya, hati-hati kamu," pesan Minhyun.

Minhyun menatap kepergian Winwin yang mulai tidak terlihat di jalanan.

"Sicheng anak yang baik, tapi kenapa kata Sagang dia itu bad boy yang nakal dan pembuat onar," pikir Minhyun dalam hati.

"Jadi yang benar siapa Sagang atau Sicheng?" batin Minhyun.

Minhyun pun masuk ke dalam rumah.

Jangan lupa vote💛

Bad Boy || Winwin NCT/WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang