2

1.6K 77 0
                                    

*alur mundur ya

Aku berlari tergesa-gesa keluar pintu depan rumahku menuju garasi. Di mulutku terdapat roti tawar berselai coklat, tangan kananku memegang kunci mobil, dan di pundakku tersampir ransel yang talinya agak turun ke bawah bahu pada bagian kiri.

Sesampainya di garasi, aku langsung menghampiri mobil Toyota Yaris berwarna merah dan menyalakannya. Bi Inah yang sudah hapal kebiasaanku mepet berangkat kuliah segera membukakan pagar agar mobilku bisa keluar dari rumah.

“Makasih bi Inah”, ucapku seraya menurunkan kaca mobil dan melaju keluar dari rumah.

“Iya, sama sama, hati hati ya non”. Bi Inah melambaikan tangan ke arahku. Aku melihatnya melalui spion dan tersenyum.

“Haduh, non Desyca dari dulu gak pernah berubah, bi Inah geleng geleng sambil menutup kembali pintu pagar.

----------------

Desyca berhenti di lampu merah simpang jalan. Tangan kanannya asyik membantunya memakan roti tawar berselai coklat yang awalnya menempel di mulut. Ia melirik sekilas jam tangan yang bertengger di tangan kirinya.

“Jam 7.45 WIB, oke Desyca sang ryder waktunya kita beraksi, bisa mati aku kalau telat mata kuliah dosen itu”, Desyca agak panik. Lampu merah mulai berganti menjadi kuning, Desyca mulai bersiap-siap. Ting, lampu kuning berganti hijau. Desyca melajukan mobilnya dengan kecepatan bertahap yang semakin naik, kini kecepatannya telah tembus 120 Km/jam.

Desyca merupakan pengemudi yang handal, dia jeli melihat peluang untuk menyalip kendaraan lain meskipun dengan kecepatan tinggi. Ia asyik melajukan mobilnya sampai menuju gerbang kampus.

Sesampainya di kampus, ia langsung mencari space kosong untuk memarkirkan mobilnya. ‘yeay, ada tempat kosong disana”, Desyca melirik ke arah kanan yang diperkirakan cukup untuk parkir mobilnya, iapun langsung melajukan mobilnya kesana.

“Ah sial, direbut duluan sama mobil honda jazz putih”. Desyca mengumpat kesal dan melirik si pengemudi jazz tersebut dari spion. Sang pengemudi jazz keluar dengan santai mengenakan kaus berwarna hitam dipadukan dengan jeans berwarna senada dan sneakers abu abu.

Desyca berusaha kembali mencari space kosong untuk parkir mobilnya, untungnya tak terlalu jauh dari sana ada tempat kosong. Desyca segera melajukan mobilnya, ia tak mau kejadian tadi terulang lagi.

Selesai memarkirkan mobilnya, ia turun lalu berlari menuju kelasnya. Kelas ia pagi ini tak terlalu jauh dari pintu masuk fakultas dan kebetulan juga ada di lantai bawah. Mungkin ini salah satu dari hokinya Desyca.

Ia masuk ke kelas dan langsung duduk di samping Dirga. Ia mengatur nafasnya yang naik turun agar lebih stabil. Dirga melirik Desyca keheranan lalu memberinya air mineral. Desyca mengambil air mineral tersebut dan langsung meminumnya.

“Pelan pelan minumnya cewek slebor, heran deh gue kok ada ya cewek begini?” Dirga masih heran memandang Desyca yang minum dengan sangat cepat.

“Hehe, makasih ya ga”. Desyca cengengesan sambil mengembalikan botol air mineral yang sudah kosong ke Dirga.

“Ampun dah, botol kosong dibalikin ke gue, buang gak des”. Dirga kesal dan melirik tajam ke Desyca.

Desyca hanya cengengesan. Karena kesal, akhirnya Dirga mengambil botol kosong itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Reihan dan Irene yang duduk di belakang mereka terkekeh melihat tingkah Desyca dan Dirga yang kalo ketemu udah kaya kucing dan anjing tapi kalo gak ada salah satu dari mereka, mereka malah saling mencari.

“Des, lu niat kuliah gak si? Rambut di kuncir asal gitu? Reihan menarik rambut Desyca.

“Aduh, Reihan sakit ih. Desyca mengambil rambutnya yang ditarik oleh reihan.

Lost (304th Study Room)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang