5

700 55 2
                                    

Desyca melangkahkan kakinya keluar dari gerbang kampus. “Tin” suara klakson berbunyi. “Des”, teriak Irene yang terlihat duduk di samping pengemudi.

Desyca segera menghampiri mobil itu dan duduk di belakang tepat di sebelah Dirga.

“Kalian udah lama nunggunya?” tanya Desyca. “Engga kok, santai aja”, Irene, Reihan dan Dirga menjawab kompak.

“Woy pak, hati hati ya nyetirnya bawa princess ni”, Desyca menepuk bahu Reihan yang sedang duduk di depan kemudi.

“Princess apaan slebor kaya lu des”. Dirga tertawa meledek Desyca.

“Tau, princess kok gitu”, Reihan ikut meledek.

“Makannya dandan des”, Irene tertawa dan ikut menimpali.

“Gue takut kalian pada terpesona kalo gue dandan”, Desyca pd mode on.

“Iya aja dah”, Dirga menatap jengah ke Desyca.

“Nanti kita makan disana aja ya”, Irene menunjuk sebuah rumah makan yang tak terlalu jauh dari mobil mereka.

“Oke” yang lain menjawab serempak.

Mereka pun memarkirkan mobilnya di rumah makan itu.

“Mbak”, Dirga memanggil seorang pelayan dengan mengangkat tangannya. Pelayan tersebut segera menghampiri meja mereka.

“Mbak, pesen ini, ini, ini, ini, mereka bersemangat memesan makanan. Tak lama kemudian makanan datang, mereka segera mengeksekusi makanan tersebut.

“Des, makan tu pelan pelan, sampe belepotan kemana mana, bener bener slebor dah lu”, Dirga mengingatkan sambil menyodorkan tisu.

Desyca segera mengambil tisu itu dan melap area wajahnya. “Udah bersih belum ga?” Desyca menatap Dirga.

“Deg”, kok gue deg degan ya. Dirga memegang dadanya.

Desyca malah semakin mendekatkan wajahnya. “udah belum ga, kok malah bengong si?”

“Ih, itu masih ada des”, Dirga melap pipi Desyca dengan jarinya. “blush” pipi Dirga blushing, memerah seperti tomat.

Irene dan Reihan berpandangan memperhatikan sikap Dirga yang aneh.

“Ga, kok pipi lu merah, naksir ya sama Desyca?” Irene meledek dengan usil.

“Apaan si ren, kaga dah, masa iya gue naksir sama cewek slebor macem Desyca”.

“Tau lu ren, masa gue ditaksir cewek si, hahaha”, Desyca tertawa puas.

Reihan tertawa ngakak. “Hahhaha, ga, ga, lu masih aja dianggep cewek sama si slebor”.

“Hahaha, muka lu terlalu cantik ga buat jadi seorang cowok”, Irene ikut ikutan.

“Kalian minta di garuk ya”, Dirga murka memasang wajah evil.

“Ampun ga”, mereka kompak. “Gak ada ampun buat kalian”. Dirga langsung mencubiti mereka dengan gemas.

------------

Setelah selesai makan mereka melanjutkan perjalanan kembali menuju rumah Irene.

“Ah, sampai juga”, Irene merebahkan dirinya ke sofa ruang tengah yang kebetulan bisa dijadikan mirip bed. Reihan ikut ikutan merebahkan dirinya di sampingnya Irene. Mereka berdua tak sengaja berpandangan, mata mereka terkunci cukup lama.

“Hayo, ngapain lu berdua?” Desyca yang baru masuk langsung melemparkan tas nya ke arah Reihan dan Irene.

“Aduh des, sakit tau kena jidat gue”, Irene mengusap jidatnya.

Lost (304th Study Room)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang