23

392 36 4
                                    

'Mas Jun.” Desyca melambaikan tangannya dari depan kelas saat melihat Juna. Juna yang menyadarinya pun segera menghampiri sang pujaan hati.

“Ekhem.” Irene mendeham, menggoda Juna dan Desyca yang membuat keduanya salah tingkah.

“Yuk balik Des,” ajak Juna sambil mengulurkan tangannya, Desyca menyambut uluran tangan Juna dengan senang hati.

“Kita duluan ya,” seru Desyca dengan senyum mengembang yang memancarkan kebahagiaan.

Dirga terus memperhatikan Juna dan Desyca yang menjauh dari pandangan, hatinya terasa nyeri namun ia harus menahannya karena ia tahu Desyca berhak bahagia.

'Sekarang aku mengerti, kebohongan yang paling menyakitkan adalah merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain’ batin Dirga sendu.

Irene dan Reihan saling bertatapan seolah berkata bagaimana dengan Dirga? Tak mungkin kita biarkan ia galau berlarut-larut seperti ini.

Irene dan Reihan mengusap pundak Dirga lembut, mencoba menguatkan Dirga untuk menerima kenyataan walau terasa pahit dan menyesakkan.

“Garong, ayo kita balik.” Reihan menggandeng tangan Dirga dan juga Irene. Dirga langsung mendapatkan kesadarannya dan tersenyum kecut ke arah Reihan dan Irene.

“Jangan galau mulu lu, ntar gue kenalin deh sama temen gue,” ceplos Irene mencoba membuat Dirga move on dan bisa membuka hatinya lagi.

Dirga hanya menghela nafasnya, “gue mau menikmati masa sendiri gue Ren,” sahut Dirga.

“Yakin lu? Temen Irene banyak yang cantik loh.” Reihan ikut-ikutan.

“Oh, jadi temen aku cantik-cantik ya?” Tanya Irene sambil mencubit pinggang Reihan.

“Ampun Ren,” keluh Reihan mencoba melepaskan cubitan Irene yang terasa menyakitkan, bagaimana tidak Irene mencubitnya dengan gerakan memutar, bisa kalian bayangkan rasanya bukan.

“Hahaha, rasain lu Rei, makannya jangan jelalatan,” kekeh Dirga yang diangguki setuju oleh Irene.

---------

“Gimana tadi bimbingannya mas? Lancar?” Tanya Desyca pada Juna yang fokus dengan kemudinya.

Juna mengulas senyum di wajahnya. “Lancar kok Des, tadi kuliahmu gimana? Lancar?” Tanya Juna balik.

“Lancar juga mas, hehehe,” kekeh Desyca.

"Kalau ada yang gak ngerti, jangan ragu buat tanya gue ya Des."

"Siap mas Jun." Desyca hormat pada Juna. "Oiya mas, banyak yang mesti direvisi kah mas?” Lanjutnya lagi.

“Enggak kok, cuma beberapa bagian aja, setelah itu gue bisa lanjut ke bab selanjutnya,” jawab Juna sambil mengelus lembut rambut Desyca dengan satu tangannya. Desyca memejamkan mata menikmati moment saat Juna memanjakannya.

'kruk’ terdengar suara perut Desyca yang tak tahu malu mengganggu moment. Desyca merutuki perutnya yang memberi alarm di saat tak tepat.

Juna tertawa mendengarnya, sudah dua kali saat seperti ini terjadi pada dia dan Desyca.

“Laper ya Des? Mau coba makan disana?” Tunjuk Juna pada sebuah cafe yang cukup ramai di siang hari ini.

“Boleh mas,” sahut Desyca semangat.

Juna pun memarkirkan mobilnya di cafe tersebut. Juna dan Desyca turun dengan senyum yang mengembang di wajah keduanya, mereka duduk dekat dengan jendela yang menampilkan pemandangan yang cukup menarik dan mampu menambah suasana romantis diantara keduanya.

Desyca memakan dengan lahap makanan yang tersaji di depannya, Juna terkekeh melihat cara makan kekasihnya yang sangat lahap.

“Pelan-pelan makannya sayang.” Juna mengusak lembut rambut Desyca yang membuat Desyca menghentikan makannya.

“Kok berhenti makannya?” Tanya Juna bingung.

“Ma, malu mas,” jawab Desyca terbata.

“Malu karena apa?” Juna mengintimidasi Desyca dengan tatapannya, kemudian menaik turunkan alisnya menggoda gadis yang ada di depannya.

“Malu, mas Juna panggil aku sayang,” ucap Desyca malu-malu menundukkan kepalanya. Juna malah tertawa mendengar ucapan Desyca.

“Mas Juna ih,” kesal Desyca sambil mengerucutkan bibirnya.

“Lu imut kalau kaya gitu Des,” sahut Juna dengan tangan yang menopang dagunya, matanya terus memperhatikan Desyca yang salah tingkah dibuatnya.

Wajah Desyca terasa memanas, menampilkan rona merah yang begitu ketara di wajahnya. Juna tersenyum menatap Desyca yang membuatnya semakin salah tingkah.

“Makanannya dihabisin dong sayang,” Juna mengambil makanan dengan sendok dan menyuapkannya pada Desyca yang membuat  Desyca seakan melayang terbang bersama kupu-kupu.

'Andai waktu bisa berhenti melangkah, aku berharap ia berhenti saat ini, berhenti saat mas Juna menatapku  penuh cinta, memanjakan ku bagai ratu, dan selalu memperhatikan ku karena aku adalah bagian berharga dari dirinya’ batin Desyca.

Juna membersihkan sisa makanan yang menempel di sudut bibir Desyca dengan ibu jari lalu memakannya. “Enak,” ujar Juna yang membuat Desyca melongo, bisa dipastikan wajahnya sudah sangat merah saat ini.

“Ma, mas Jun,” ucap Desyca terbata.

“Iya,” jawab Juna dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.

'Ah, bisa diabetes aku liat senyumnya, manisnya ngalahin gula di toples’ batin Desyca.

“Des, Des, kok malah bengong?” Juna menepuk pelan pundak Desyca mengembalikan kesadarannya.

“Aah, iya mas?”

“Tadi lu kenapa manggil gue?” Tanya Juna dengan dahi yang mengernyit.

“Hehe, pulang yuk mas, aku udah kenyang,” jawab Desyca polos yang membuat Juna tertawa.

“Hahaha, lu lucu banget si Des.” Juna mencubit pelan pipi Desyca, membuat Desyca menatapnya malu.

Setelah membayar makanannya, mereka pun melanjutkan perjalanan untuk pulang.

“Mau mampir mas?” Tawar Desyca pada Juna saat sudah sampai depan rumahnya.

“Gak dulu Des, gue langsung aja ya, gak enak udah mau petang” jawab Juna.

“Oh yaudah, hati-hati ya mas.” Desyca melambaikan tangannya melihat mobil Juna yang mulai melaju.

Desyca melangkahkan kakinya menuju kamar, merebahkan badannya di atas kasur dan tersenyum tiada henti. Ia menendang-nendang udara dengan kakinya saat mengingat moment dirinya dan Juna.

'Mas Juna  manis banget si, cowok yang cuek, dingin di luar, tapi sangat perhatian di dalamnya, beruntung banget aku bisa dapetin dia, bisa ngerasain perhatiannya dia, ngerasain cara dia manjain aku dan bagaimana cara dia saat menatap aku yang memancarkan  cinta dan membuat hati teduh’

“Mas Juna, i love you so much,” ucap Desyca sambil mencium foto Juna yang pernah diambilnya secara diam-diam.

Hay semuanya, baca juga cerita baruku ya yang berjudul 'Aluna' ada di work ku, dan semoga kalian semua suka
Thank you 🤗😘

Lost (304th Study Room)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang